Komunitas Sepeda Lowrider: Twist Rod Ferium
Setiap minggu pagi ngumpul di Car Free Day |
Peribahasa mengatakan; biar pelan
yang penting selamat. Tetapi tidak selalu begitu bagi komunitas sepeda lowrider.
Pesepeda ceper ini memang selalu berjalan pelan, karena memang sudah begitu
karakternya. Dengan bentuk sepeda custom kreatif, pemuja lowrider lebih
menitikberatkan pada performa livestyle. Kecintaannya pun diaplikasikan dalam
bentuk saling peduli.
Saban Minggu
pagi komunitas lowrider yang menamakan
dirinya Twist Rod Ferium (TRF) tak pernah absen hadir di Car Free Day (CFD) di
Lapangan Merdeka, Balikpapan. Ce-ef-de ini destinasi warga Kota Minyak dengan
ragam kegiatan olahraga masyarakat, seperti jogging, senam pagi, sepak bola,
softball, volley, serta bersepeda. Ce-ef-de berlangsung dari pagi pukul 6.00
hingga 9.00 Wita, dua jalur jalan utama Jl Jenderal Sudirman sepanjang 1 km
dibebaskan dari kendaraan bermotor.
Di salah
satu sudut jalan Ce-ef-de inilah TRF berkumpul. ‘’Dulu nama komunitas kami
Blower. Anggotanya terus bertambah, dan kami ganti dengan nama Twist Rod Ferium,’’
kata Angga ketua TRF ketika bincang dengan penulis di suatu pagi.
Sebelum punya harus belajar dulu genjot lowrider |
Kini anggota
kumunitas tersebut sudah ada 40 orang. Dan itu akan terus bertambah, lantaran lowrider
kian diminati. Sayangnya, lowrider di Balikpapan masih terkendala bengkel. Kalau
ada kerusakan mereka berusaha menangani sendiri, terutama pada kerusakan yang
dikategorikan kecil. Mereka juga saling bantu satu sama lain.
‘’Kalau
untuk pengecetan biasa, bisa kami lakukan sendiri. Terkecuali airbrush dan
chrome,’’ tukas Angga sembari menyebut sebenarnya bengkel sepeda umum juga
mampu mengutak-atik sepeda lowrider, namun sejauh ini belum fokus saja.
Toko khusus
yang menjual sepeda lowrider di Balikpapan juga belum ada. Ini peluang bisnis.
‘’Dulu sih di ACE Hardware pernah ada, tapi sekarang ga ada lagi,’’ katanya.
Sejauh ini
anggota komunitas tersebut memesan dari sebuah bengkel kreatif khusus sepeda lowrider
di kota Solo, Jawa Tengah. ‘’Kami pesan di sana, tapi ya lumayan lama,’’
ujarnya. Di sana sudah ada pilihan bentuk, namun bisa juga menerima pesanan
sesuai desain yang diinginkan. Selain di Solo, juga ada di Jakarta, Bandung,
Surabaya dan Yogyakarta. Harganya pun relatif, tergantung bahan baku, apakah dari
stainles steel, alumunium atau besi. Beberapa sepeda di TRF juga hasil produksi
pabrikan.
Angga |
Disinggung
apa saja yang dilakukan komunitas ini, Angga menyebut sekadar silaturahmi
sesama anggota. Belum ada program khusus. ‘’Ya begini, kami kumpul-kumpul.
Sering juga partisipasi dalam berbagai acara pameran. Kami memang sering diundang
pameran di mal-mal,’’ ujarnya. Beberapa kali kelompok ini juga menjuarai kontes
sepeda lowrider di Samarinda, ibukota provinsi Kalimantan Timur. Di Samarinda
juga ada komunitas sepeda ceper ini, dan rajin menggelar kegiatan.
Besi ulir mempercantik sepeda |
Siapa saja
bisa bergabung di komunitas ini. Anggota TRF mayoritas remaja pelajar dan
mahasiswa. ‘’Tapi ada juga yang sudah kerja, ya seperti saya ini,’’ kata Angga
yang bekerja di salah satu perusahaan alat berat di Batakan, Jl Mulawarman.
Menurut
Angga, yang menjadi kendala komunitas lowrrider di Balikpapan adalah beban pada
medan jalan. ‘’Jalan di Balikpapan banyak tanjakan, itu yang sulit bagi
pesepeda seperti kami,’’ ujarnya. Secara anatomi bentuk dan karakter bersepeda
lowrider memang sulit untuk melakukan perjalanan mendaki. Selain bobot sepeda
lebih berat dari kebanyakan sepeda umum, bentuknya juga rendah. Mengenjot
pancal sepeda lowrider memang lebih santai.
Ruji yang banyak jadi ciri khas |
Per bukan sekadar asesori |
Selain
bentuknya yang klasik, ciri lowrider salah satu di antaranya memiliki ruji ban
yang lebih banyak dari sepeda biasa. Sebenarnya lowrider kaya dengan keragaman
bentuk, seperti model chooper, cruiser, limousine, dan basman. Bahkan banyak
lagi bentuk-bentuk lebih ekstrem seperti di negara asalnya Amerika.
‘’Kalau
model lowrider di sana susah kami ikuti di sini. Selain sulit mendapatkan
materialnya, juga perlu modal yang besar,’’ tukasnya. Di komunitas TRF
rata-rata sepeda harganya berkisar Rp 5 jutaan. Ada yang ingin bergabung? (*)