Minggu, 30 Agustus 2015

Sensasi di Jembatan Perbatasan

Gowes Tour de Malsin 2015 Etape 3 


Pada hari ketiga Tour de Malsin 2015 rombongan pesepeda Rabu Gowes Community (RGC) Kaltim Post sedianya menyelesaikan etape 3 menempuh jarak hanya sekira 60an kilometer dari Johor Bahru, Malaysia ke Singapura. Sayangnya, enerji pegiat sepeda gunung ini justru tercerabut oleh persoalan perizinan lintasan, bukan lantaran letih otot memancal sepeda.

Di benteng A Famosa Melaka 
SABTU 16 Mei pukul 06.00 kami berkumpul di restoran A Famosa Resort di kawasan Alor Gajah Jalan Raya North-South, Melaka, untuk menyantap sarapan yang serba komplit. Wajah para sahabat ‘’ergecer’’ –sebutan anggota RGC-- tampak ceria. Istirahat semalam memang dimanfaatkan maksimal. Pagi itu para pesepeda sudah mentereng dengar jersey warna dasar merah berlogo Kaltim Post, Garuda Indonesia dan Accor Hotels.com.

Pada hari ketiga Tour de Malsin ini sedianya kami ekstra gowes ke obyek wisata peninggalan Portugis di Melaka. Namun karena ribetnya untuk mengurusi loading sepeda dalam truk boks, akhirnya kami putuskan untuk naik bus saja ke tempat tersebut. Toh jaraknya tak kelewat jauh. Hanya sekira 5 kilometer.
Di depan tugu Ratu Victoria Melaka

Di tempat wisata sejarah ini sekira pukul 9 pagi. Kami sekadar mengambil foto depan tugu air mancur Ratu Victoria di sekitar bangunan merah peninggalan arsitektur Belanda bernama Stadthuys. Kemudian bergambar di depan puing gerbang bangunan tua Porta de Santiago yang dikenal sebagai benteng pertahanan A Famosa, saksi sejarah masa kejayaan Portugis disana.


Siap melintas Johor Bahru ke Singapura. 
Dari destinasi ini kami melanjutkan pelancongan ke Johor Bahru dengan bus pariwisata. Jaraknya 273 Km. Perjalanan darat sekira tiga jam benar-benar dimanfaatkan sahabat goweser untuk relaksasi. Apalagi pemandangan kiri-kanan jalan perkebunan sawit yang menjenuhkan membuat kelopak mata kami terasa berat.

Sebelum tiba di tempat check point keimigrasian, rombongan lebih dulu makan siang bareng menu nasi lemak dan teh tarik di foodcourt  yang berada di ujung timur kota semenanjung Malaysia itu. Beberapa di antara kami menyempatkan  untuk bertukar ringgit ke dolar Singapura di money changer.


Menunggu verifikasi paspor di Johor Bahru
DIHADANG MASALAH
Kami tak menyana kalau perjalanan kali ini terusik masalah. Gak ada tanda-tanda bakalan ribet. Semua mulus saat di Johor Bahru Kastam Checkpoint. Begitu juga ketika masuk ke perbatasan Singapura.  Verifikasi paspor keimigrasian di Woodlands Check Point juga lancar.  Kecuali langkah tiga kawan kami sempat terhenti untuk pemeriksaan lebih jauh karena ada yang membawa handy talky. Kami pun menunggu belasan menit.
Yang ini sungguh di luar dugaan. Truk pembawa sepeda kami yang mengekor bus jauh di belakang harus terhambat di check point gate Imigrasi Johor Bahru. Puluhan sepeda dalam truk itu tertahan di parkiran gedung Imigrasi Sultan Iskandar Muda lantaran dianggap tak berdokumen! Wadow..


Gowes malam di Jembatan Selat Johor
Jonathan yang dipercaya sebagai leader Tour de Malsin sudah kasak-kusuk agar sepeda dalam truk bisa lolos ke Singapura. Tapi apa lacur, petugas setempat tetap ngotot, lantas memberikan alternatif  bahwa untuk melintas dari Johor Bahru ke Singapura sepeda harus ditunggangi masing-masing oleh pemiliknya. Alamaaak!

Akhirnya rombongan kembali ke tempat makan siang di Johor Bahru tadi, agar bisa mengambil sepeda masing-masing untuk dipancal menuju Singapura. Okelah kalau begitu. Kami pun harus mengulang verifikasi paspor. Hebat, dalam waktu relatif singkat itu kami sudah pulang pergi Malaysia-Singapura-Malaysia-Singapura lagi.  Waktu tersita disini. Capek sih, tapi tetap harus semangat. Kami sedikit “GR” alias gede rasa ketika


 Di teras restoran Satay By The Bay  
antre check point seorang petugas mengira kami adalah rombongan atlet sepeda Sea Games 2015 yang dihelat di Singapura 5-16 Juni itu?
JALUR SEPEDA
Hari jelang petang. Janji untuk gowes bareng wali kota Balikpapan Rizal Effendi dan rombongan Garuda Indonesia di Singapura otomatis ter-delay. Padahal direncanakan sore.
Kami gowes perlahan dari Johor Bahru ke tempat check point keimigrasian sudah pukul 06.35. Sampai disini, masih juga terhambat. Kami tak diperbolehkan bersepeda  ke Singapura karena melintasi jalur bebas hambatan. Oalah byung.., rasanya seperti dipingpong.


Walikota serahkan piagam Tour de Malsin 
Setelah negosiasi berulang kali, akhirnya iring-iringan bersepeda diperbolehkan menjajal lintas batas dua negara tersebut. Saat itu matahari senja mulai menguning, langit pun perlahan mulai menggelap. Kompak lampu sepeda kami nyalakan.
Ada rasa lega ketika kami diperbolehkan melintasi perbatasan Malaysia-Singapura. Gowes melewati jembatan sepanjang satu kilometer di atas Selat Johor itu ada sensasi tersendiri. Ini sungguh berbeda ketika kami gowes melewati Jembatan Dondang di Kutai Kertanegara dimana pemandangannya lebih banyak hutan mangrove delta Mahakam.

Jembatan perbatasan negeri tetangga itu menawarkan pemandangan indah. Lampu-lampu gemerlap di Woodlands dari kejauhan yang mencerminkan potret metropolis Negeri Singa cukup melegakan hati.

Tim Garuda Indonesia di Marina Bay
Namun sayang seribu sayang. Persis di ujung jembatan Selat Johor yang dibangun 1923 itu  iring-iringan sepeda kami disemprit, lalu dipaksa berhenti oleh petugas Singapura. Kenapa? Perjalanan gak boleh diteruskan! Padahal peluh belum membanjir.

Alasannya; ‘’basikal’’ dilarang melewati jalur cepat ini. Negosiasi di pinggir jalan dengan belasan petugas di sana sampai satu jam lebih, tetap juga tak berhasil. Konyol juga. Akhirnya kami kembali duduk manis dalam bus seraya menelan kecewa. Sepeda pun harus diangkut truk yang sengaja didatangkan. Suer, enerji kami seakan-akan terkuras oleh  persoalan seperti ini.

Gowes pagi di kawasan Marina Bay  
Akhirnya peserta tur baru bisa bertemu rombongan wali kota Rizal Effendy, General Manager Garuda Indonesia Balikpapan Josep A Saul di Satay By The Bay sekira pukul sebelas malam. Foodcourt makanan halal ini tak jauh dari kawasan Marina Bay Singapura. Kami langsung “balas dendam” menyantap malam menu steamboat dan sea food sepuasnya yang harga seporsi 29 dolar  Singapura. Di sela-sela dinner itu orang nomor satu di Pemkot Balikpapan tersebut juga menyerahkan piagam penghargaan Tour de Malsin kepada tiga perwakilan peserta, Soeny, Prihandayo dan Sumantri Wibisono alias Jack Baronet.

Malam itu tak ada kesempatan untuk istirahat panjang. Setiba di hotel Ibis Novena, Irrawady Road, tempat kami menginap hampir pukul dua malam. Kesibukan Singapura mulai redup.
Kami berkemas packing sepeda. Sebagian goweser menyempatkan waktu sempit berbelanja tengah malam di Mustafa Center kawasan little India.

Di depan Hard Rock Singapura 
Pukul 4 pagi kami sudah sarapan dan bersiap meluncur ke bandara Internasional Changi mengejar penerbangan pagi via Garuda Indonesia GA 823 pukul 06.55 untuk kembali ke Tanah Air. Kami terbang satu pesawat dengan Walikota Rizal Effendi.

Empat rekan kami, Soeny, Srianti, Felix dan Evi tetap bertahan di ‘’negeri seribu satu larangan’’ itu untuk keperluan lain, dan keesokannya gowes seharian mengitari Marina Bay dan pusat perbelanjaan Orchard Road. Ketika kami di Singapura, republik seluas 716 km persegi itu masih tetap getol menggeber sejumlah program gaet wisata lewat Singapura Tourism Board-nya. (*)