Minggu, 23 Maret 2014

Takut Takluk di Tanjakan



Foto bareng sebelum gowes
Jadwal mingguan Rabu Gowes Community (RGC) Kaltim Post (12/2) mengambil tempat di Aston Balikpapan, hotel & residence yang terletak di Jl Jenderal Sudirman, Balikpapan. Ada 60an goweser ambil bagian, menjajal rute tanjakan menantang.
 

SEPERTI biasa, sore itu pukul 16.30 Wita para goweser RGC sudah mulai berkumpul. Kali ini mengambil start dari bundaran air mancur depan loby hotel. Hari itu sinar matahari lumayan menyengat.

Setelah berfoto sebentar, kami  langsung ambil ancang-ancang. Tumben, leader RGC Yoyok kali ini membawa megaphone alias pengeras suara. Mau demo? Bukan, ia sekadar memberikan arahan sebelum memimpin iring-iringan para pegiat MTB ini. “Agar hati-hati di jalan,” tukasnya. Cuma itu, singkat padat.

Sore itu tampak para “srikandi-srikandi” MTB ambil bagian. Bukan saja dari Permata Bank, dan Le Grandeur, tapi juga goweser tuan rumah Hotel Aston Balikpapan. Wajah-wajah “baru tapi lama” ini kian menambah jumlah peminat RGC. Baguslah.
Rombongan goweser Le Granduer sendiri langsung dipimpin General Manager-nya, Dicke Indrayana, dan PR Manager Retno S Palupi. Sedangkan tuan rumah Aston ada Director of Sales Khairul Anam.

Gowes sore yang selalu menyenangkan
Lantas kemana rute sore itu? Jl. Gajah Mada, kemudian menajak Jl Blora, samping SMA Pangeran Antasari, dan menelusuri tanjakan Bukit Sion. Dua tanjakan ini lumayan memerlukan energi. Namun sebagian besar goweser RGC menyelesaikan dengan baik, meski nafas mulai tersengal. Kalau pun ada yang tuntunbike, hanya satu-dua orang. Bukan masalah besar.

TOLERANSI
Sikap tolerasi para goweser ini biasanya dapat dilihat saat berada di atas bukit atau tanjakan, mereka saling menunggu. Setelah sebagian besar berkumpul, baru kemudian perjalanan dilanjutkan.

Tuntas menyelesaikan tantangan Bukit Sion, iring-iringan langsung ke arah kiri Jl Mayjen Sutoyo (Gunung Malang), kemudian arah ke kanan Jl A Yani.
Kemana rute selanjutnya? “Belok ke kiri eks Puskib,” ujar Yoyok singkat. Sudah dapat ditebak, rombongan RGC ini akan mendapat tantangan luar biasa. Inilah yang ditunggu-tunggu, yaitu tanjakan dasyat yang wajib ditaklukkan oleh goweser sejati!

Turunan coolingdown, tapi juga mesti hati-hati
 Dua tanjakan kemiringan berbeda di belakang eks Puskib di antara perumahan penduduk ini dilewati dengan aman. Namun “ancaman” akan tiba setelah menyeberang Jl RE Martadinata dan tembus ke hutan kota belakang kompleks Total Indonesie. Rute ini sudah kali kesekian jadi santapan rombongan RGC.
 
Sebelum menembus hutan kota tersebut, para goweser harus mendaki tanjakan sepanjang 40 meter dengan kemiringan nyaris 45 derajat. Ini dia! Tak ada pilihan jalan lain, mau tak mau harus dilewati.
“Ya ampun, tinggi banget,” celetuk salah satu peserta. Keder duluan. Sebaiknya jangan cemas dulu, coba saja. Benar, satu persatu goweser menjajal tanjakan semen cor-coran berkelok tersebut. Dapat dijamin seratus persen, bila saja goweser pemula tak akan berhasil sampai di puncak. Mungkin hanya mencapai seperempat tanjakan saja!

Sebagian besar peserta memang rontok di pertengahan, dan ada beberapa yang nyaris sampai puncak, namun kadung lumpuh duluan. Akhirnya harus melakukan jurus selamat, yaitu tuntunbike. Tak perlu gengsi. “Dorong sama digowes, ya podowae. Sama-sama berkeringat,” kata mereka menghibur diri dan tetap semangat.
Boleh dikata, sore itu bukan goweser yang menaklukkan tanjakan. Melainkan tanjakan yang menaklukkan goweser. Terbalik. 

Memang tak semua pecandu MTB ini tumbang, beberapa “macan tanjakan” tetap saja sempurna melewati rintangan tersebut. Sebut saja empat di antaranya, yaitu Anshari, Hengky, Junaidi dan Bambang M Stiker. 

Tapi tak dapat dipungkiri, sesampai di puncak tenaga terkuras habis, nafas ngos-ngosan. Namun ada rasa puas. Sekalipun sampai di atas bukit kehilangan selera untuk berbicara, karena lebih baik menstabilkan nafas.
Bagaimana dengan para “srikandi” MTB? Sama saja. Echy Permata Bank yang dikenal kekeh dengan medan offroad menantang, juga keok di tanjakan ekstrem ini. Sekalipun yang lain setengah berteriak memberikan semangat.

Andai saja iring-iringan goweser ini tidak terlalu rapat jaraknya saat menanjak, tentu lain lagi ceritanya. Karena terlalu dekat, ada peserta yang kehilangan traksi saat kawan di depannya mulai oleng dan mendadak stop di tengah tanjakan. Tapi sudahlah, hal teknis ini tidak perlu dibahas.

Semangat mendaki tanjakan tajam
Matahari sore itu lumayan memaksa keringat mengucur deras. Sedikit adem setelah rombongan menerobos hutan kota di belakang Total Indonesie itu. Pohon-pohon masih rindang. Sinar matahari pun tak sepenuhnya tembus di sepanjang single track dilewati. 
 
Kami tidak bisa menyalip satu sama lain. Jalan pun harus pelan. Pasalnya, di hutan penyangga itu masih banyak akar pohon, bahkan batang pohon melintang yang tak mungkin dilewati sepeda. Jalan satu-satunya silakan mengangkat tunggangannya masing-masing.

Tantangan terakhir sore itu tanjakan panjang menuju simpangan Gunung Teknik. Meski dengkul mulai terasa panas, dan nafas serasa tinggal di ubun-ubun, semangat para goweser ini tetap terbakar untuk menyelesaikan tanjakan yang satu ini. Memang bukan persoalan. Namun sebagian  terkesan mulai kehilangan power. Pelan tapi tetap sampai tujuan.

Uji andrenalin ketika iring-iringan goweser menelusuri jalan cor-coran menurun tajam. Ini akses tembus ke Prapatan Dalam. Memang harus ekstra hati-hati. Beberapa waktu lalu, seorang kawan RGC pernah terperosok di jalan turunan itu.

Setelah melewati jalan menurun tersebut, selesai sudah tantangan demi tantangan. Para pegiat sepeda ini pun menuju ke arah jalan raya Prapatan, kemudian melintasi turunan Jl Tanjungpura, dan tembus Jl Sudirman untuk mencapai finis di parkiran Aston Balikpapan.
Misransyah (55) goweser aktif RGC memacu cepat sepedanya hingga finis paling depan. Selang beberapa menit, disusul kawan-kawan RGC lainnya. Total rute yang ditempuh hanya 12 km, namun energi yang terkuras lumayan juga.

MENYENANGKAN
Gowes Rabu kumpulan komunitas MTB sore itu mendapat sajian yang berbeda. Meskipun rute lumayan menantang, namun tetap menyenangkan. Apalagi setelah di garis finis para peserta dimanjakan oleh manajemen Hotel Aston Balikpapan dengan makanan ringan menggugah selera, termasuk pilihan aneka minuman pemupus dahaga. 

Yang perlu dicatat, suasana di Aston membuat peserta betah. Dengan view laut lepas, kami menikmati hidangan di pinggir kolam renang yang diapit dua gedung megah bertingkat, yaitu hotel dan apartemen. 

Bercengkerama satu sama lain disaksikan matahari tenggelam, sembari membiarkan jersey yang basah oleh keringat menjadi kering di badan dihembus angin pantai, sungguh mengasikkan. Apalagi ditemani ragam cemilan ala chef Aston Balikpapan.

Sanuri, goweser senior sore itu sempat mengingatkan anggota RGC untuk mengumpulkan data untuk kartu anggota. “Nanti akan saya desain dan pasang foto masing-masing,” kata pengusaha percetakan yang sebelum gowes bareng itu tampak sibuk mengambil foto peserta RGC dengan smartphone-nya.


Hengky Seperti Angin

BILA Yoyok, leader Rabu Gowes Community (RGC) Kaltim Pos harus mengabsen anggotanya satu persatu sebelum gowes bareng mingguan, berbeda dengan Hengky. Pria berbadan slim ini justru dialah yang diabsen oleh peserta.

Sebelum gowes dimulai, peserta selalu mencari sosoknya. Ada kekhawatiran, bila Hengky tak hadir akan menjadi persoalan. Pasalnya, dialah orang yang selalu muncul duluan memberikan bantuan saat terjadi trouble pada sepeda peserta.

Hengky setia menjadi sweeper
 Teknisi MTB dari Kawan Bike Shop di Gunung Malang ini lebih sering menjadi sweeper saat RGC menjajal rute. Bila terjadi hambatan teknis pada sepeda, Hengky langsung ambil alih. Beberapa saat kemudian, beres. Goweser pun kembali tancap gas.
Tak heran bila setiap gowes bareng Hengky selalu membawa tools untuk “membedah” bila terjadi sesuatu pada sepeda peserta RGC. Ia seperti “dokter” saja.
Ayah dua putra ini rajin gowes, dan staminanya cukup terjaga. “Paling tidak seminggu dua kali gowes,” ujar pegiat sepeda yang pernah menjuarai race di Cambuth Hills Balikpapan ini.

Karenanya tak perlu heran, bila ada informasi trouble pada sepeda anggota RGC ia pun bergegas memancal cepat tunggangannya. “Kalau Hengky gowes lajunya seperti angin,” komentar salah satu anggota RGC.

Hengky selalu tangkas dan cepat menangani trouble tersebut. Terkecuali kerusakan parah dan harus dievakuasi. Tapi itu jarang terjadi.
Di rombongan RGC Hengky selalu datang paling akhir. Tapi suatu ketika, ia pun datang lebih awal di garis finis. Salah satunya ketika host RGC di Hotel Le Grandeur. Kok bisa? “Bisa saja, soalnya ada yang dikejar, minuman kesukaannya,” canda Umar Baki, goweser dari Blue Bike Community.

Namun saat RGC Rabu (12/2) lalu, ia sempat kecolongan. Ada peserta jauh tertinggal di belakang saat jalan turunan di Prapatan Dalam yang putus rantai, dan hanya ditemani seorang kawan. Apa boleh buat, sepeda pun dievakuasi. (*)