Foto bareng sebelum gowes |
Jadwal mingguan Rabu Gowes Community
(RGC) Kaltim Post (12/2) mengambil tempat di Aston Balikpapan, hotel &
residence yang terletak di Jl Jenderal Sudirman, Balikpapan. Ada 60an goweser
ambil bagian, menjajal rute tanjakan menantang.
Lantas
kemana rute sore itu? Jl. Gajah Mada, kemudian menajak Jl Blora, samping SMA
Pangeran Antasari, dan menelusuri tanjakan Bukit Sion. Dua tanjakan ini lumayan
memerlukan energi. Namun sebagian besar goweser RGC menyelesaikan dengan baik,
meski nafas mulai tersengal. Kalau pun ada yang tuntunbike, hanya satu-dua
orang. Bukan masalah besar.
Matahari
sore itu lumayan memaksa keringat mengucur deras. Sedikit adem setelah
rombongan menerobos hutan kota di belakang Total Indonesie itu. Pohon-pohon
masih rindang. Sinar matahari pun tak sepenuhnya tembus di sepanjang single track dilewati.
SEPERTI biasa, sore itu pukul 16.30 Wita
para goweser RGC sudah mulai berkumpul. Kali ini mengambil start dari bundaran
air mancur depan loby hotel. Hari itu sinar matahari lumayan menyengat.
Setelah
berfoto sebentar, kami langsung ambil
ancang-ancang. Tumben, leader RGC
Yoyok kali ini membawa megaphone alias pengeras suara. Mau demo? Bukan, ia
sekadar memberikan arahan sebelum memimpin iring-iringan para pegiat MTB ini. “Agar
hati-hati di jalan,” tukasnya. Cuma itu, singkat padat.
Sore itu tampak
para “srikandi-srikandi” MTB ambil bagian. Bukan saja dari Permata Bank, dan Le
Grandeur, tapi juga goweser tuan rumah Hotel Aston Balikpapan. Wajah-wajah “baru
tapi lama” ini kian menambah jumlah peminat RGC. Baguslah.
Rombongan
goweser Le Granduer sendiri langsung dipimpin General Manager-nya, Dicke
Indrayana, dan PR Manager Retno S Palupi. Sedangkan tuan rumah Aston ada
Director of Sales Khairul Anam.
Gowes sore yang selalu menyenangkan |
TOLERANSI
Sikap tolerasi
para goweser ini biasanya dapat dilihat saat berada di atas bukit atau
tanjakan, mereka saling menunggu. Setelah sebagian besar berkumpul, baru
kemudian perjalanan dilanjutkan.
Tuntas
menyelesaikan tantangan Bukit Sion, iring-iringan langsung ke arah kiri Jl Mayjen
Sutoyo (Gunung Malang), kemudian arah ke kanan Jl A Yani.
Kemana rute
selanjutnya? “Belok ke kiri eks Puskib,” ujar Yoyok singkat. Sudah dapat
ditebak, rombongan RGC ini akan mendapat tantangan luar biasa. Inilah yang
ditunggu-tunggu, yaitu tanjakan dasyat yang wajib ditaklukkan oleh goweser
sejati!
Turunan coolingdown, tapi juga mesti hati-hati |
Dua tanjakan
kemiringan berbeda di belakang eks Puskib di antara perumahan penduduk ini dilewati
dengan aman. Namun “ancaman” akan tiba setelah menyeberang Jl RE Martadinata
dan tembus ke hutan kota belakang kompleks Total Indonesie. Rute ini sudah kali
kesekian jadi santapan rombongan RGC.
Sebelum
menembus hutan kota tersebut, para goweser harus mendaki tanjakan sepanjang 40
meter dengan kemiringan nyaris 45 derajat. Ini dia! Tak ada pilihan jalan lain,
mau tak mau harus dilewati.
“Ya ampun,
tinggi banget,” celetuk salah satu peserta. Keder duluan. Sebaiknya jangan
cemas dulu, coba saja. Benar, satu persatu goweser menjajal tanjakan semen
cor-coran berkelok tersebut. Dapat dijamin seratus persen, bila saja goweser
pemula tak akan berhasil sampai di puncak. Mungkin hanya mencapai seperempat
tanjakan saja!
Sebagian
besar peserta memang rontok di pertengahan, dan ada beberapa yang nyaris sampai
puncak, namun kadung lumpuh duluan. Akhirnya harus melakukan jurus selamat,
yaitu tuntunbike. Tak perlu gengsi. “Dorong sama digowes, ya podowae. Sama-sama berkeringat,” kata
mereka menghibur diri dan tetap semangat.
Boleh
dikata, sore itu bukan goweser yang menaklukkan tanjakan. Melainkan tanjakan
yang menaklukkan goweser. Terbalik.
Memang tak
semua pecandu MTB ini tumbang, beberapa “macan tanjakan” tetap saja sempurna
melewati rintangan tersebut. Sebut saja empat di antaranya, yaitu Anshari, Hengky,
Junaidi dan Bambang M Stiker.
Tapi tak
dapat dipungkiri, sesampai di puncak tenaga terkuras habis, nafas ngos-ngosan. Namun ada rasa puas.
Sekalipun sampai di atas bukit kehilangan selera untuk berbicara, karena lebih
baik menstabilkan nafas.
Bagaimana
dengan para “srikandi” MTB? Sama saja. Echy Permata Bank yang dikenal kekeh
dengan medan offroad menantang, juga
keok di tanjakan ekstrem ini. Sekalipun yang lain setengah berteriak memberikan
semangat.
Andai saja
iring-iringan goweser ini tidak terlalu rapat jaraknya saat menanjak, tentu
lain lagi ceritanya. Karena terlalu dekat, ada peserta yang kehilangan traksi
saat kawan di depannya mulai oleng dan mendadak stop di tengah tanjakan. Tapi
sudahlah, hal teknis ini tidak perlu dibahas.
Semangat mendaki tanjakan tajam |
Kami tidak
bisa menyalip satu sama lain. Jalan pun harus pelan. Pasalnya, di hutan penyangga
itu masih banyak akar pohon, bahkan batang pohon melintang yang tak mungkin
dilewati sepeda. Jalan satu-satunya silakan mengangkat tunggangannya
masing-masing.
Tantangan
terakhir sore itu tanjakan panjang menuju simpangan Gunung Teknik. Meski
dengkul mulai terasa panas, dan nafas serasa tinggal di ubun-ubun, semangat para
goweser ini tetap terbakar untuk menyelesaikan tanjakan yang satu ini. Memang
bukan persoalan. Namun sebagian terkesan
mulai kehilangan power. Pelan tapi
tetap sampai tujuan.
Uji andrenalin
ketika iring-iringan goweser menelusuri jalan cor-coran menurun tajam. Ini
akses tembus ke Prapatan Dalam. Memang harus ekstra hati-hati. Beberapa waktu
lalu, seorang kawan RGC pernah terperosok di jalan turunan itu.
Setelah
melewati jalan menurun tersebut, selesai sudah tantangan demi tantangan. Para pegiat
sepeda ini pun menuju ke arah jalan raya Prapatan, kemudian melintasi turunan
Jl Tanjungpura, dan tembus Jl Sudirman untuk mencapai finis di parkiran Aston Balikpapan.
Misransyah
(55) goweser aktif RGC memacu cepat sepedanya hingga finis paling depan. Selang
beberapa menit, disusul kawan-kawan RGC lainnya. Total rute yang ditempuh hanya
12 km, namun energi yang terkuras lumayan juga.
MENYENANGKAN
Gowes Rabu kumpulan
komunitas MTB sore itu mendapat sajian yang berbeda. Meskipun rute lumayan
menantang, namun tetap menyenangkan. Apalagi setelah di garis finis para
peserta dimanjakan oleh manajemen Hotel Aston Balikpapan dengan makanan ringan
menggugah selera, termasuk pilihan aneka minuman pemupus dahaga.
Yang perlu
dicatat, suasana di Aston membuat peserta betah. Dengan view laut lepas, kami menikmati hidangan di pinggir kolam renang yang
diapit dua gedung megah bertingkat, yaitu hotel dan apartemen.
Bercengkerama
satu sama lain disaksikan matahari tenggelam, sembari membiarkan jersey yang
basah oleh keringat menjadi kering di badan dihembus angin pantai, sungguh
mengasikkan. Apalagi ditemani ragam cemilan ala chef Aston Balikpapan.
Sanuri, goweser
senior sore itu sempat mengingatkan anggota RGC untuk mengumpulkan data untuk
kartu anggota. “Nanti akan saya desain dan pasang foto masing-masing,” kata
pengusaha percetakan yang sebelum gowes bareng itu tampak sibuk mengambil foto
peserta RGC dengan smartphone-nya.
Hengky Seperti Angin
BILA Yoyok, leader Rabu Gowes Community (RGC) Kaltim Pos harus mengabsen
anggotanya satu persatu sebelum gowes bareng mingguan, berbeda dengan Hengky.
Pria berbadan slim ini justru dialah yang diabsen oleh peserta.
Sebelum
gowes dimulai, peserta selalu mencari sosoknya. Ada kekhawatiran, bila Hengky
tak hadir akan menjadi persoalan. Pasalnya, dialah orang yang selalu muncul
duluan memberikan bantuan saat terjadi trouble
pada sepeda peserta.
Hengky setia menjadi sweeper |
Teknisi MTB
dari Kawan Bike Shop di Gunung Malang ini lebih sering menjadi sweeper saat RGC menjajal rute. Bila
terjadi hambatan teknis pada sepeda, Hengky langsung ambil alih. Beberapa saat
kemudian, beres. Goweser pun kembali tancap gas.
Tak heran
bila setiap gowes bareng Hengky selalu membawa tools untuk “membedah” bila terjadi sesuatu pada sepeda peserta
RGC. Ia seperti “dokter” saja.
Ayah dua
putra ini rajin gowes, dan staminanya cukup terjaga. “Paling tidak seminggu dua
kali gowes,” ujar pegiat sepeda yang pernah menjuarai race di Cambuth Hills Balikpapan ini.
Karenanya
tak perlu heran, bila ada informasi trouble
pada sepeda anggota RGC ia pun bergegas memancal cepat tunggangannya. “Kalau
Hengky gowes lajunya seperti angin,” komentar salah satu anggota RGC.
Hengky
selalu tangkas dan cepat menangani trouble
tersebut. Terkecuali kerusakan parah dan harus dievakuasi. Tapi itu jarang
terjadi.
Di rombongan
RGC Hengky selalu datang paling akhir. Tapi suatu ketika, ia pun datang lebih
awal di garis finis. Salah satunya ketika host
RGC di Hotel Le Grandeur. Kok bisa? “Bisa saja, soalnya ada yang dikejar,
minuman kesukaannya,” canda Umar Baki, goweser dari Blue Bike Community.
Namun saat
RGC Rabu (12/2) lalu, ia sempat kecolongan. Ada peserta jauh tertinggal di
belakang saat jalan turunan di Prapatan Dalam yang putus rantai, dan hanya
ditemani seorang kawan. Apa boleh buat, sepeda pun dievakuasi. (*)