Di halaman parkir Cobek Penyet Gunung Malang |
Imansyah dan Arman di depan |
HOST
RGC Rabu (26/2) lalu di Cobek Penyet, resto di bilangan Jl Mayjen Sutoyo,
Gunung Malang. Persis di samping Hotel Mutiara Indah, Balikpapan.
Gowes mingguan prakarsa Kaltim Post ini diikuti sekitar 50 pecinta MTB. Mereka dari Bike Buster, A-Team, Mudhog, Blue Bike Community (BBC), Hobic, Le Grandeur (LG), dan Bike Bike Saja (BBS), dan Astra Gowes Community (AGC).
Di antara peserta ada GM Le Grandeur Dicke
Indrayana, Direktur Kaltim Post Tatang Setyawan, Direktur Percetakan Duta
Manuntung Bambang Setyono, owner Trans
Borneo Adventure Joko Purwanto dan owner
Rajawali Computer Khornaylius Eddy.
Terus pacu tanjakan meski perlahan |
Namun semenit kemudian, rencana rute berubah. Ada
yang berbisik minta jalan mendaki. Dan benar, rute disepakati awal batal
seketika. “Kita ke Bukit Cinta saja,” ujar Yoyok –panggilan akrab Prihandoyo.
Jadilah kalau begitu.
Peserta pun mulai mengayuh sepeda masing-masing.
Start langsung “dihajar” tanjakan samping Mutiara Indah, menuju Jl Siaga,
kemudian langsung menelusuri arah Bukit Cinta. “Yang mau ambil jalur pendek
silakan. Yang mau panjang, ayo ke arah SMP 7,” kata Yoyok ketika rombongan
berada di persimpangan jalan baru tembus Jl Siaga dan arah Bukit Cinta. Toh
akhirnya nanti bertemu juga di Bukit Cinta. Baiklah.
Tetap semangat gowes, lainnya nuntun |
Tanjakan nyaris 35 derajat itu tetap saja dilewati
penggila MTB ini. Sayangnya, lebih banyak goweser yang berguguran, alias
tuntunbike. Ga masalah, dorong sampai ke puncak. Hanya seorang goweser wanita
dari LG yang nekat mencoba tanjakan ini, namun gowes campur dorong. Cilakanya,
ada goweser yang mampu mendaki namun terhalang oleh kawan-kawan di depan yang
tuntunbike. Apa boleh buat, pasrah ikut mendorong. Tapi kondisi ini malah
dibuat candaan akrab, dan saling ejek.
Tuntunbike pilihan terakhir, gak masalah |
Trek ini menuju Bukit Cinta ini juga memeras tenaga. Di rute ini sebelumnya sulit didaki, lantaran kontur tanahnya menyulitkan. Banyak batu kecil. Goweser sering kehilangan traksi. Nah, ketika melewati jalur tersebut Rabu sore 26 Februari, sudah lebih baik. Jalan sudah dicor semen. Alhamdulillah.
Dicke dan Yoyok adu skill di tanjakan |
Bisa memacu cepat sepeda, asal pandai-pandai memainkan kesimbangan antara rem belakang dan depan.
Bukit Cinta sudah tidak seperti dulu. Kini tumbuh
perumahan warga yang begitu pesat. Di sekitar ini juga sedang ada pembangunan
real estate.
Perjalanan mendaki sore itu belum selesai. Masih ada
tanjakan dasyat mengancam di depan. Tanjakan tinggi menguras enerji ini sekitar
Pesantren Baihura. Disini, beberapa goweser kembali kompak melakukan aksi
dorong. Meski trek cor-coran ini kondisinya jauh lebih baik dibanding dua tahun
sebelumnya, namun tetap membutuhkan daya tahan yang baik untuk bisa sampai ke
puncak. Dan kudu hati-hati, kalau keliru menggunakan gear belakang bisa
kehilangan traksi, atau ban depan terangkat lalu terjungkit ke belakang.
Jangan serius di tanjakan. Dinikmati saja |
Setelah melewati tanjakan dekat pesantren itu,
rombongan kembali ke Cobek Penyet melewati perkampungan warga di Gunung Guntur,
kemudian melintas Jl Mayjen Sutoyo. Jarak yang ditempuh RGC kali ini memang relatif
pendek. Total hanya empat tanjakan yang dijajal sore itu, tapi enerji lumayan
terkuras. Bikin gedek-gedek.
Sampai di finis peserta disuguhi makanan ringan dan
teh panas dari Cobek Penyet. Lumayan untuk mengganjal perut. Sebelum bubaran,
Yoyok dan Sanuri membagikan kartu peserta RGC. (*)
Suguhan singkong dan kentang goreng |