Selain
melatih syahwat andrenalin dan mengasah keterampilan memegang kendali
menaklukkan trek menurun, pesepeda downhill (DH) juga memerlukan kelenturan
tubuh. Mereka merenda kesenangan pada trek terjal dengan rintangan menantang..
|
Dropoff dengan receiver hingga 7 meter |
BILA
anda seorang goweser, trek menantang mana yang akan dipilih: tanjakan atau
turunan? Keduanya sama-sama membutuhkan skill. Namun, lintasan turunan akan
menjadi pilihan pasti bagi downhillers. Mereka anti tanjakan dan akrab dengan
trek-trek curam. Sepeda di-loading ke atas bukit tinggi, kemudian berselancar
bebas dengan kecepatan tertentu. Rem dipergunakan pada saat diperlukan saja.
|
Latihan dengan panjang trek terbatas |
Meluncur dengan cepat bukan berarti mulus begitu
saja. Tapi ada rintangan ekstrem drop off
tinggi yang harus dilompati, tikungan berm
dengan kemiringan tertentu, dan obstacle yang
harus diterabas. Keterampilan mengendalikan sepeda memang sangat dibutuhkan.
Selebihnya bernyali.
“Bukan sekadar meluncur di turunan, tapi dengan
teknik kendali dan pedaling yang baik. Sepeda dipancal pada kecepatan
terkontrol, dengan emosi yang terjaga. Kelenturan tubuh dan endurance juga
sangat diperlukan,” ujar Ketua Balikpapan Freeride (BFR) Pandji Arga.
|
Loading dengan tuntun sepeda |
Bermain DH, katanya, juga mesti didukung dengan sepeda
yang mumpuni. Setidaknya kepakeman rem. Salah menggunakan rem depan pun bisa over the bar (OTB) alias jumpalitan.
Selebihnya harus didukung dengan keamanan diri yang baik, seperti helm full face,
kacamata goggles, sarung tangan (full finger gloves), pelindung kaki, serta
body protector.
BFR saban Minggu berlatih di lintasan mini downhill,
kawasan Bendungan Pengendali (Bendali) 3, Jalan MT Haryono Dalam. Pada trek
alam di lahan milik masyarakat ini BFR sekadar pinjam pakai. “Kebetulan bukit
yang ada di situ sudah layak untuk dijadikan trek downhill.
Sebagian elevasi
kami tata agar sesuai standar kompetisi. Itu pun dengan anggaran swadaya para
anggota,” katanya. Ia menyebut, rintangan latihan yang ada di trek Bendali 3
salah satunya drop off setinggi 2 meter
dengan receiver sepanjang 7 meter.
Ini cukup untuk memenuhi standar kompetisi tingkat nasional.
|
Ingin berprestasi fasilitas terbatas |
Sayangnya, lanjut Pandji, panjang lintasan yang ada
belum memenuhi syarat. Hanya sekitar 600 meter. Loading ke atas bukit juga
dilakukan dengan manual alias tuntunbike. “Kami butuh panjang trek satu hingga
dua kilometer untuk latihan,” pungkasnya.
BFR sedang menjajaki untuk membuat trek DH di lahan
milik Pemkot, seperti di kawasan hutan kota. “Kami ingin meminjam lahan, tapi
tidak akan merusak vegetasi hutan. Seperti menebang pohon. Lintasan sepeda akan
didesain menyesuaikan dengan kontur yang ada. Ini justru lebih menarik dan
alami,” katanya. Ia berharap dengan ketersediaan lintasan DH yang standar kelak
akan melahirkan atlet-atlet freeride dari daerah.
|
Meskipun minimalis BFR tetap eksis berlatih |
BFR memang satu-satunya komunitas pesepeda DH di
Kota Minyak sejak 2006. Sebelumnya bernama Borneo Freeride. Anggotanya hanya 20-an
orang. Ada pelajar, mahasiswa, pelaku bisnis hingga profesional muda. “Jumlah anggota kami terus bertambah. Semula
hanya beberapa orang, kini sudah mencapai 20-an pesepeda,” ujar Pandji.
Menurutnya, peminat freeride di Balikpapan
sebenarnya cukup banyak. Hanya saja mereka lebih sekadar hobi, bukan untuk
prestasi. “Di BFR kami melakukan pembinaan untuk para junior. Selain berlatih
bersama juga acap kali kami memberikan coaching. Terutama bagi pemula,” ujar
Pandji.
|
Penulis mencoba trek Bendali |
Beberapa rider di BFR pun sering tampil di sejumlah
ekshibisi dan perlombaan downhill, baik yang diselenggarakan di Kalimantan
maupun di Pulau Jawa. “Beberapa kejuaraan telah kami ikuti. Ini untuk menambah
pengalaman kawan-kawan BFR,” tukasnya.
Menurut Pandji, perhatian pemerintah atas cabor
sepeda yang satu ini cukup baik. “Pengurus ISSI Balikpapan juga memfasilitasi
kami untuk perlengkapan berlatih dan pertandingan, seperti satu unit sepeda
downhill,” katanya.
Meskipun komunitas freeride di Balikpapan terbilang
masih kecil, namun Pandji berharap BFR bisa menjadi wadah pembinaan prestasi.
“Niatan kami ke depannya seperti itu. Agar kelak ketika ada kejuaraan tingkat
lokal maupun nasional, tak mesti meminjam atlet downhill dari luar. Akan kita
buktikan bahwa putra daerah juga mampu tampil,” ujarnya.
|
Pandji Arga ketua BFR |
Banyak yang mengakui bermain sepeda DH memang
membutuhkan nyali lebih. Terutama saat akan melintasi turunan curam yang mendebarkan
bagi pemula. Namun menurut Risa Suseanty, si ratu downhill Indonesia, dengan
latihan yang benar dan proteksi yang maksimal, maka akan memupuskan keraguan
itu. “Turunan terjal itu bukanlah hal yang menakutkan,” kata brand ambassador
Thrill Agent ini. (*)
|
Sebagian trek di Bendali masih hijau |