Kamis, 26 Februari 2015

Uji Nyali di Trek Terjal

Selain melatih syahwat andrenalin dan mengasah keterampilan memegang kendali menaklukkan trek menurun, pesepeda downhill (DH) juga memerlukan kelenturan tubuh. Mereka merenda kesenangan pada trek terjal dengan rintangan menantang..
Dropoff dengan receiver hingga 7 meter

BILA anda seorang goweser, trek menantang mana yang akan dipilih: tanjakan atau turunan? Keduanya sama-sama membutuhkan skill. Namun, lintasan turunan akan menjadi pilihan pasti bagi downhillers. Mereka anti tanjakan dan akrab dengan trek-trek curam. Sepeda di-loading ke atas bukit tinggi, kemudian berselancar bebas dengan kecepatan tertentu. Rem dipergunakan pada saat diperlukan saja.


Latihan dengan panjang trek terbatas
Meluncur dengan cepat bukan berarti mulus begitu saja. Tapi ada rintangan ekstrem drop off tinggi yang harus dilompati, tikungan berm dengan kemiringan tertentu, dan obstacle yang harus diterabas. Keterampilan mengendalikan sepeda memang sangat dibutuhkan. Selebihnya bernyali.

“Bukan sekadar meluncur di turunan, tapi dengan teknik kendali dan pedaling yang baik. Sepeda dipancal pada kecepatan terkontrol, dengan emosi yang terjaga. Kelenturan tubuh dan endurance juga sangat diperlukan,” ujar Ketua Balikpapan Freeride (BFR) Pandji Arga.


Loading dengan tuntun sepeda
Bermain DH, katanya, juga mesti didukung dengan sepeda yang mumpuni. Setidaknya kepakeman rem. Salah menggunakan rem depan pun bisa over the bar (OTB) alias jumpalitan. Selebihnya harus didukung dengan keamanan diri yang baik, seperti helm full face, kacamata goggles, sarung tangan (full finger gloves), pelindung kaki, serta body protector.

BFR saban Minggu berlatih di lintasan mini downhill, kawasan Bendungan Pengendali (Bendali) 3, Jalan MT Haryono Dalam. Pada trek alam di lahan milik masyarakat ini BFR sekadar pinjam pakai. “Kebetulan bukit yang ada di situ sudah layak untuk dijadikan trek downhill. 

Sebagian elevasi kami tata agar sesuai standar kompetisi. Itu pun dengan anggaran swadaya para anggota,” katanya. Ia menyebut, rintangan latihan yang ada di trek Bendali 3 salah satunya drop off setinggi 2 meter dengan receiver sepanjang 7 meter. Ini cukup untuk memenuhi standar kompetisi tingkat nasional.


Ingin berprestasi fasilitas terbatas
Sayangnya, lanjut Pandji, panjang lintasan yang ada belum memenuhi syarat. Hanya sekitar 600 meter. Loading ke atas bukit juga dilakukan dengan manual alias tuntunbike. “Kami butuh panjang trek satu hingga dua kilometer untuk latihan,” pungkasnya.

BFR sedang menjajaki untuk membuat trek DH di lahan milik Pemkot, seperti di kawasan hutan kota. “Kami ingin meminjam lahan, tapi tidak akan merusak vegetasi hutan. Seperti menebang pohon. Lintasan sepeda akan didesain menyesuaikan dengan kontur yang ada. Ini justru lebih menarik dan alami,” katanya. Ia berharap dengan ketersediaan lintasan DH yang standar kelak akan melahirkan atlet-atlet freeride dari daerah.


Meskipun minimalis BFR tetap eksis berlatih
BFR memang satu-satunya komunitas pesepeda DH di Kota Minyak sejak 2006. Sebelumnya bernama Borneo Freeride. Anggotanya hanya 20-an orang. Ada pelajar, mahasiswa, pelaku bisnis hingga profesional muda.  “Jumlah anggota kami terus bertambah. Semula hanya beberapa orang, kini sudah mencapai 20-an pesepeda,” ujar Pandji.

Menurutnya, peminat freeride di Balikpapan sebenarnya cukup banyak. Hanya saja mereka lebih sekadar hobi, bukan untuk prestasi. “Di BFR kami melakukan pembinaan untuk para junior. Selain berlatih bersama juga acap kali kami memberikan coaching. Terutama bagi pemula,” ujar Pandji.


Penulis mencoba trek Bendali
Beberapa rider di BFR pun sering tampil di sejumlah ekshibisi dan perlombaan downhill, baik yang diselenggarakan di Kalimantan maupun di Pulau Jawa. “Beberapa kejuaraan telah kami ikuti. Ini untuk menambah pengalaman kawan-kawan BFR,” tukasnya.

Menurut Pandji, perhatian pemerintah atas cabor sepeda yang satu ini cukup baik. “Pengurus ISSI Balikpapan juga memfasilitasi kami untuk perlengkapan berlatih dan pertandingan, seperti satu unit sepeda downhill,” katanya.

Meskipun komunitas freeride di Balikpapan terbilang masih kecil, namun Pandji berharap BFR bisa menjadi wadah pembinaan prestasi. “Niatan kami ke depannya seperti itu. Agar kelak ketika ada kejuaraan tingkat lokal maupun nasional, tak mesti meminjam atlet downhill dari luar. Akan kita buktikan bahwa putra daerah juga mampu tampil,” ujarnya.

Pandji Arga ketua BFR
Banyak yang mengakui bermain sepeda DH memang membutuhkan nyali lebih. Terutama saat akan melintasi turunan curam yang mendebarkan bagi pemula. Namun menurut Risa Suseanty, si ratu downhill Indonesia, dengan latihan yang benar dan proteksi yang maksimal, maka akan memupuskan keraguan itu. “Turunan terjal itu bukanlah hal yang menakutkan,” kata brand ambassador Thrill Agent ini. (*)


Sebagian trek di Bendali masih hijau