Senin, 22 Juni 2015

Menerjang Jalur Panas

Gowes Tour de Malsin 2015 Etape 2

 Etape 2 Tour de Malsin 2015 tak berlebih bila disebut tantangan terberat bagi goweser Rabu Gowes Community (RGC) Kaltim Post. Sebanyak 23 pegiat sepeda gunung ini sedianya harus melewati rute ratusan kilometer dari Putra Jaya menuju Melaka. Meski begitu, Tour de Malsin 2015 kerja bareng Garuda Indonesia ini tetap menoreh kesan.

Di Putra Jaya siap-siap ke Melaka
TUNTAS melahap Etape 1 sepanjang 30-an kilometer dari Kuala Lumpur menuju Putra Jaya, rombongan rehat sejenak di Putra Square, Jumat (5/6). Setelah menikmati matahari pagi pukul 09.15, bubuhan  touring RGC langsung menerjang tantangan rute berikutnya, yaitu jalur on-road yang membentang di negeri jiran tersebut.

Jadwal yang dipatok semula iring-iringan ini akan menempuh rute sepanjang 107 km menuju A Famosa Resort, Melaka, melalui highway. Di tempat wisata itu rombongan dijadwalkan rehat menginap hanya semalam.
Meski letih tetap ceria

“Ternyata kita tidak mendapatkan izin untuk bersepeda melewati jalan tol ke Melaka. Akhirnya kita mengambil plan B melalui jalur alternatif. Namun jaraknya lebih panjang, sekitar 200 kilometer,” ujar Jonatan, leader Tour de Malsin 2015 saat briefing sebelum landas Etape 2.

Mendengar jarak mencapai 200-an km beberapa goweser mengernyitkan kening. Sempat keder juga. Bahkan tiga peserta angkat tangan untuk tak menyertai pada Etape 2. Namun tidak demikian bagi tiga gowesist, yakni Srianti, Sugiarti, dan Evi. Tiga “srikandi” ini tetap ngotot menerobos Etape 2. “Kita gowes semampunya saja. Kalau sudah merasa tak bisa melanjutkan perjalanan, ya dievakuasi,” tandas Jonatan.

Dengan roadbike bisa hemat tenaga
Rute alternatif ini juga menetapkan satu titik peristirahatan, yakni di Port Dickson, kawasan Negeri Sembilan yang merupakan negara bagian Federasi Malaysia. Jaraknya dari Putra Jaya sekira 90 km. Di Etape 2 ini  turut dalam iring-iringan bus wisata, truk boks pengangkut sepeda, dan satu unit ambulans komplet dengan tenaga medisnya.

Konsentrasi kami yang pertama adalah bagaimana bisa mencapai Port Dickson, setelah itu baru memikirkan Etape selanjutnya; dari Negeri Sembilan ke Melaka. Sesungguhnya rute dari Kuala Lumpur-Putra Jaya-Port Dickson-Malaka ini bila dibanding-bandingkan tak seberat medan Balikpapan-Samarinda, atau Balikpapan-Sangasanga, atau Samarinda-Bontang yang banyak lintasan perbukitan.

Tak ada pilihan selain dievakuasi
Jalan dari Kuala Lumpur hingga Melaka lebih banyak flat. Lagian permukaan jalan aspal mulus. Kalau pun banyak tanjakan, elevasinya tak seganas di Tahura Bukit Soeharto itu. Landai-landai saja meskipun tetap mempertaruhkan daya tahan fisik. Yang agak menggoda kami adalah terik matahari yang membakar kulit tanpa henti. “Panasnya bisa sampai 39 derajat,” ujar goweser Bebet yang berbadan tambun.


Penulis saat di pertengahan jalan ke Negeri Sembilan
Pada awal iring-iringan menuju Port Dickson, para sahabat goweser ini ‘’anteng-anteng saja’’. Termasuk tiga gowesist Sugiarti, Srianti, dan Evi. Ketangguhan tiga perempuan pesepeda ini baru teruji pada jarak 50-an kilometer.

Jalan lengang dengan kiri dan kanan pemandangan perkebunan kelapa sawit sepanjang puluhan kilometer itu ternyata tak cukup menghibur kami dari rasa letih. Bahkan dahaga berkepanjangan kian akrab ketika sinar matahari siang seakan persis di atas ubun-ubun. Syukurnya sebagian besar pegiat MTB ini mengenakan penutup kepala yang sudah dipersiapkan oleh Supriyanto dari Graffiti Collection. Kain pelindung itu sangat membantu.

Rehat sejenak menunggu suplai air
Karena iring-iringan sempat terpisah menjadi beberapa kelompok kecil, rombongan touring ini sempat beberapa kali berhenti untuk regroup. Kemudian genjot lagi semampunya. Syukurnya, tim sweeper roda empat sekali menghampiri kami untuk menyuplai minuman penambah energi. Sedikit lega.
Bekal air kami memang relatif tak cukup, sehingga sempat berhenti di pertengahan jalan untuk membeli minuman. Bahkan sempat mencicipi pisang dan tape singkong di salah satu kedai pinggir jalan. Lumayan untuk pemanis lidah. Tapi…perjalanan masih jauh.

Tetap hati-hati di jalan raya Kuala Lumpur
Karena pemandangan monoton kami pun diserang rasa jenuh. Apalagi terik siang itu benar-benar menguji mental. Para goweser yang menggunakan roadbike secara fisik sedikit terbantu. Sementara bagi yang menggunakan sepeda gunung tak ada pilihan terbaik. Tetap harus berjuang sebatas kemampuan yang ada. Memang, mobil ambulans dan bus wisata selalu mengekor jauh di belakang.

Dua rekan kami yang sempat terpisah rombongan, Prihandoyo dan Bandono sempat dicegat petugas lalu lintas, lalu mendapat arahan. “Hati-hati banyak lori,” ujar petugas. “Apa itu lori?” tanya Bandono bingung. Ternyata lori adalah truk berbadan besar. Oalah..

EVAKUASI
Jonathan angkat tangan memberikan arahan

Ketahanan fisik peserta Tour de Malsin memang dipertaruhkan. Satu per satu para sahabat goweser ini pun terpaksa “menyerah” dan harus dievakuasi. Ada yang tak berhasrat melanjutkan, ada yang diserang kram kaki, lalu ada yang bingung terhenti di persimpangan jalan kehilangan jejak pemandu arah, serta ada yang bocor ban. Akhirnya hanya lima goweser menyempurnakan perjalanan dari Kuala Lumpur-Putra Jaya-Negeri Sembilan, yakni Trias, Ronny, Jack, Anshari dan Supriadi.

Mensiasati letih berteduh di bahan pohon
Setiba di kawasan perniagaan di Port Jackson pukul tiga lebih, kami langsung menyantap menu ayam goreng KFC sembari rehat sejenak. Perjalanan masih jauh, sekira 90 km menuju A Famosa Resort, Melaka. Karena sebagian besar tenaga goweser terkuras, akhirnya Etape 2 ini disepakati harus disudahi  hingga Port Dickson saja. Dari sini kami menggunakan bus menuju A Famosa Resort.

Setibanya di resort terpadu seluas 520 hektare itu hari jelang petang. Kami disambut pemandangan danau dan padang golf nan luas, dan sejumlah tower-tower apartemen. Sesaat berlalu kami pun langsung rehat di kamar ber-AC dengan fasilitas TV layar datar. Sekadar membersihkan badan dan bertukar pakaian, lalu sempatkan berbaring sejenak.

Santap malam di A Famosa Resort
Dua jam kemudian rombongan menyantap lahap makan malam di Huang Did Chinese Restaurant di club house dengan menu oriental menggugah selera. Meski perut kenyang, letih kami malam itu serasa belum sirna. (*)