Lupakan sejenak sejumlah pemandangan
indah potensi wisata kota Balikpapan yang berada di kawasan timur. Kali ini
jadwal gowes ke Kelurahan Kariangau, menuju salah satu perkampungan penduduk
tepi laut yang berada paling ujung Balikpapan Barat. Apa yang didapatkan
disana?
Angin cukup kencang di ujung jembatan |
Bersepeda minggu pagi
di sepanjang Jl Sultan Hasanuddin, Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan
Barat, Kalimantan Timur, sungguh melelahkan. Sangat berbeda bila bergowesria
menelusuri sepanjang Jalan Mulawarman Balikpapan Timur, dimana kita akan
menjumpai sejumlah objek wisata, seperti Pantai Manggar Segarasari, Pantai
Wisata Lamaru, Penangkaran Buaya, Situs Makan Jepang, tempat pemancingan dan
lain-lain.
Lantas apa yang
didapatkan di Kariangau Balikpapan Barat? Pemandangan hijau membentang, yaitu
hutan bakau atau mangrove yang berada di bibir laut. Itu saja? Tentu tidak.
Kali ini saya mencoba menggowes sepeda ke RT 1 Kelurahan Kariangau yang
letaknya paling ujung. Ada apa ya disitu? Jembatan ulin terpanjang di
Indonesia. Panjangnya 800 meter dengan lebar dua meteran.
Jembatan diapit mangrove |
Sebenarnya sudah lama
saya berhasrat menggenjot sepeda ke Kariangau ini. Akhirnya kesampaian juga,
meskipun harus didera letih. Sebab ada beberapa tanjakan sepanjang jalan yang
harus dilalui, toh gak ada jalan lain. Penggowes siapa saja pasti bisa menuju
perkampungan ini. Syaratnya: tentu harus sabar.
Saya beberapa kali
harus istirahat. Dan pada sebagian tanjakan juga harus menuntun sepeda. Apa
boleh buat. Yang penting bisa sampai ke tempat tujuan, yaitu jembatan ulin terpanjang.
Berjalan pasti meski perlahan. Kata
orang bijak; Biar jalan itu panjang, kita akan merintisnya perlahan-lahan.
Weleh…
Yang pasti, gak ada
pesepeda yang menyalip selama perjalanan. Jadi gak perlu panas hati. Lha iya
lah.. Karena setahu saya jarang penggowes melewati rute ini.
Asik untuk bermain |
Jalan ke perkampungan
nelayan ini lumayan panjang. Masyarakat Balikpapan yang bepergian ke Kabupaten
Paser Utara (kabupaten yang terletak di seberang laut kota Balikpapan) atau
sebaliknya, harus melewati jalur ini. Karena Pelabuhan penyeberangan Feri ada
di daerah ini (sebelumnya di daerah Somber, Jl AWS Syahrani). Bila melintas di
jalur ini, hilir mudik kendaraan niaga pasti tak terlewatkan.
Di pertengahan jalan Sultan
Hasanuddin ini juga ada jalan ke arah kanan, yaitu padang hijau Karang Joang
Resort, Golf dan Country Club milik pengusaha Yos Soetomo.
Sedapat yang saya
ketahui di daerah Kariangau ini kian dikenal setelah adanya program
pengembangan oleh pemerintah, yaitu Kawasan Industri Kariangau (KIK) seluas 5.130
hektare.
Rumah panggung nelayan |
Ada hal yang sulit
saya gambarkan dengan kata-kata, yaitu
ketika istiharat menggowes pada jalan ketinggian. Letih dan peluh seakan-akan
terobati dengan potret alam yang lumayan indah. Hutan bakau memukau mata di
sepanjang hulu Sungai Wain, serta aktivitas feri di pelabuhan penyeberangan,
kegiatan industri dan aktivitas pelayaran di Teluk Balikpapan yang menjadi
pemandangan yang nyaman di mata. Bingkai alam yang hijau membentang membawa rasa tenang.
Untuk menuju jembatan
ulin tadi, kita mesti melewati pelabuhan feri tersebut. Ancer-acernya, di dekat
Kantor Kelurahan Kariangau. Begitu berada di depan resort PT. Galangan Benua
Raya Kariangau, ada jalan menurun menuju RT 1 dan RT 2 Kariangau. Dari
ketinggian ini sudah tampak jembatan ulin membentang. Mungkin saat menuju
jembatan saya sarankan agar sepeda tak perlu
digenjot, tapi dituntun saja. Sebab Jalan Srikandi ini menurun cukup
tajam. Tapi kalau ada yang ingin mencoba, ya silakan. Ta ada salahnya.
Sebagian papan jembatan copot |
Mungkin Anda sepakat.
Pemandangan di jembatan ini cukup indah. Apalagi bila menjelang petang. Bulatan
jingga matahari terbenam sangat mempesona. Banyak pecinta fotografi mendokumentasikan
keindahan sunset di jembatan Kariangau ini. Di sekitar jembatan juga ditumbuhi
bakau. Hutan Mangrove ini dilindungi Perda No. 5 Tahun 2006 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan 2005-2015.
Bila air laut sedang
surut, jembatan ini tampak seperti panggung dengan kaki-kaki ulinnya yang
kokoh. Sedangkan bila air laut pasang, banyak anak-anak kampung berenang
disini. Ada juga warga yang memanfaatkan untuk latihan olahraga dayung di
sekitar jembatan.
Tahun 2009 saya
pernah membesut pemandangan jembatan dan bakau ini untuk feature berjudul Anak-anak
Sekitar Bakau untuk tayangan Balikpapan Televisi. Ketika itu kondisi
jembatan masih terawat baik. Kini beberapa keping papan dasar jembatan sudah banyak
yang copot. Karena itu bila bersepeda hingga ke ujung jembatan mesti ekstra
hati-hati. Kalau tidak bisa kejeblok, nanti jadi repot.
Latihan perahu di sekitar bakau |
Sepoi angin pantai di
jembatan ini cukup kencang. Asyik juga berlama-lama disini, sambil jepret sana
jepret sini pakai kamera handphone.
Secara jarak
pandangan mata, pemukiman nelayan di perkampungan ini sebenarnya tak jauh
dengan Kelurahan Baru Ulu, yang dulu disebut Kampung Baru. Hanya sekira tiga
kilometer. Dekat kan? Ya, tapi itu harus dicapai dengan menyeberangi laut. Bila
lewat darat, kita harus menempuh jarak kurang lebih 12 kilometer dari bibir
jalan Soekarno-Hatta, Km 5,5. (sebelah kiri arah menuju Samarinda).
Aktivitas galangan kapal |
Tidak ada kendaraan
umum untuk menuju perkampungan paling ujung tersebut. Karenanya, pemukiman
warga ini sungguh terisolasi. Bila mau berbelanja kebutuhan sehari-hari, harus
naik perahu kelotok dari ujung jembatan menuju Kampung Baru, kemudian
melanjutkan dengan angkutan kota. Banyak juga warga di kampung ini memiliki
kendaraan roda dua. Kendaraan ini sangat membantu untuk mobilisasi ke kota.
Terpaksa harus mendorong |
Untuk membuka
keterisolasian ini, pernah diusulkan pembangunan jembatan dari Kariangau ke
Kampung Baru dengan menelan dana sekitar 150 miliar rupiah. Kabarnya tahun 2013
rencana itu akan digodok oleh pemerintah Balikpapan. Kita tunggu saja
realisasinya.
Pemandangan dijepret dengan handphone |
Yang pasti, jembatan
ulin terpanjang ini bisa layak menjadi obyek wisata andalan di Balikpapan. Apalagi
di sekitar perumahan penduduk ini berdiri restoran yang menyajikan menu-menu
sarilaut. Setidaknya begitu. Apakah Anda setuju? (*)