Tugu makam Jepang |
Rupanya benar apa kata
teman-teman. bersepeda ke arah timur luar kota Balikpapan ada keasikkan tersendiri.
Itu yang saya peroleh. Apalagi pagi hari, dimana udara masih segar dan sinar
surya dari arah timur rada menyengat kulit. Dan tujuan saya bergowesria pada
minggu pertama Juni 2012 adalah makam Jepang yang berada di pinggir pantai Kelurahan
Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur. Jaraknya lumayan, sekitar 25 km dari pusat
kota.
Sungguh pun tempat ini cukup terkenal, namun bukan obyek
wisata rekreasi. Lebih kepada wisata situs peninggalan. Karenanya, yang datang
lebih banyak pelajar atau mahasiswa. Tak usah membayangkan bila ke makam Jepang
ini akan sulit. Percaya, butuh waktu relatif tak banyak andai dengan kendaraan
bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Jalan aspal pun mulus.
Prasasti |
Untuk menuju
situs cagar budaya ini, kita pasti melewati objek wisata pantai Manggar
Segarasari. Jarak makam ini tak terlampau jauh dari Pantai Wisata Lamaru. Dari kanan Jl Mulawarman
ke lokasi makam pejuang negeri matahari terbit tersebut sekitar 400 meter. Menuju
arah pantai banyak rumah penduduk dan perkebunan warga.
Gerbang makam |
Bila menelusuri jalan kecil
itu, kita akan melewati SMA negeri 7. Ada juga Rumah
Detensi Imigrasi (Rudenim). Saya baru tahu dari media cetak Kaltim Post, ternyata di Rudemin ini ada
12 imigran dari Pakistan yang ditangkap di Tarakan, 4 Juni 2012. Mereka tak ada
paspor, jadi tak bisa dideportasi.
Peninggalan
makam Jepang ini menghadap ke laut dan dikelilingi pagar ulin berwarna cokelat.
Menuju kesana, mesti melintasi setapak ditemani suara deburan ombak yang terseret angin. Jangan membayangkan kalau di tempat ini
terdapat sejumlah makam atau kuburan. Melainkan hanya ada tugu dan prasasti, serta
pondok panggung beratap sirap yang berada di antara taman.
Tugu
tersebut dibuat untuk mengenang tentara Jepang yang gugur di medan laga saat
Perang Dunia II. Jepang ketika itu bertempur melawan tentara sekutu dari
Australia yang masuk ke Balikpapan melalui jalur laut. Konon, di sekitar inilah tentara Jepang terkuburkan.
Atribut upacara ziarah |
Situs cagar
budaya ini dikelola oleh Yayasan Sakura Balindo. Pada waktu-waktu tertentu ada wisatawan
dari Jepang yang datang berkunjung. Ketika saya berada di sana, sempat
menemukan kertas seperti sisa atribut upacara ziarah. Bisa menandakan belum
lama ada turis yang datang.
Meskipun makam
peninggalan zaman perang, tempat ini jauh dari kesan angker. ‘’Sudah dari tahun
1972 saya disini, gak ada apa-apa,’’ ujar Yatiyem, seorang ibu petugas kebun
dan kebersihan di cagar budaya tersebut. Pengakuan Yatiyem ini sekaligus
membantah cerita mistis bahwa makam Jepang di Lamaru angker.
Di dekat
makam juga terdapat sumur tua. Tapi, menurut Yatiem, itu bukan peninggalan
Jepang. Bila tak ada pengunjung, pagar di makam ini dikunci. ‘’Kalau hari libur
biasanya banyak yang datang, cuma lihat-lihat dan berfoto. Itu pun sebentar,’’
katanya.
Mahasiswa berkunjung ke makam |
Hampir
setiap pengunjung ke makam ini tak memperoleh penjelasan rinci tentang makam peninggalan
tersebut. Padahal, cagar budaya ini bisa menjadi obyek wisata yang menarik
apabila ditangani maksimal. Masih banyak yang bisa dilakukan. Misalnya dengan mempercantik
lingkungan sekitarnya, dengan menanami pohon-pohon sejenis Sakura yang terkenal
di Jepang.
Yatiem dan sumur tua |
Puisi Sakura
Bumiku
jasad tulang belulangku berserakan/terkubur
pilu di sini/di pusara tanpa prasasti/terhempas angin dan gelombang pantai Lamaru/enampuluh
sembilan tahun lalu…/kami berjibaku antara letusan dan debu meseu/teradu nyali/sungai
darah menari/nadi terenggut, merenggang nyawa/tugas negara lekat terbeban /demi
kekuasaan/demi kemaslahatan.
kurebahkan jasadku di atas tanah/tanah,
bukan tanah leluhurku/matahari, bukan matahariku/sukma bumiku lekang tak
terkenang/kurindukan sakura bertabur di makam ini.
Pantai Lamaru, Juni 2012