Gowes kali ini bukan wisata. Tapi
bersepeda menembus jalur-jalur ekstrim. Menempuh rute 25 kilometer dengan 23
medan tanjakan yang sebagian berlumpur. Tantangan offroad yang komplit dan
menguji andrenalin. Ada yang tak mampu dan terpaksa mundur. Ada pula yang
memaksa namun kelenger. Mereka yang terlatih akhirnya berhasil mulus sampai ke
garis akhir. Gowes yang asik dan sarat cerita.
Saat start semangat menggebur-gebu |
Event ini sebenarnya lebih kepada ajang silaturahmi antar
komunitas mountain bike. Penggagasnya
adalah Blue Bike Community (BBC),
komunitas pesepeda dari kelompok Kaltim Post Group, media cetak pertama dan
terbesar di Kalimantan Timur.
Lebih dari 20 komunitas ambil bagian dalam gowes kali ini. Mereka datang dari Balikpapan, Samarinda, Kutai Kertanegara, Penajam Paser Utara, Tanah Grogot, Tenggarong dan Bontang.
Lebih dari 20 komunitas ambil bagian dalam gowes kali ini. Mereka datang dari Balikpapan, Samarinda, Kutai Kertanegara, Penajam Paser Utara, Tanah Grogot, Tenggarong dan Bontang.
Rute gowes offroad |
Tim yang kompak |
Cuaca pagi itu benar-benar kurang bersahabat. Gerimis kecil
mewarnai, sementara sebagian wilayah di pinggir kota sudah diguyur hujan.
Termasuk di rute offroad yang akan
dilintasi peserta gowes, yaitu daerah perumahan PT HER, Kelurahan Sepinggan.
Sedianya bendera start diangkat pukul
06.30 Wita, namun harus tertunda karena menunggu seluruh peserta berkumpul.
Sebagian memang masih berdatangan. Uniform
mereka warna-warni dengan desain yang unik-unik, lengkap dengan atribut
penggowes sejati.
Yang sungguh tak diharapkan saat itu adalah hujan. Dan itu
benar-benar terjadi menjelang acara dimulai. Semula panitia berkeinginan
menunda beberapa menit, namun sebagian besar peserta terkesan sudah gelisah
untuk mencengkeram aspal jalanan dan berjibaku dengan medan offroad yang menantang.
Alternatif lain sepeda harus dipikul |
Kibasan bendera start yang ditunggu-tunggu akhirnya
diwujudkan juga, meskipun rintik hujan seakan enggan berhenti. CEO Kaltim Post
Bapak Ivan Firdaus SE mengeksekusi seremoni itu, persis di depan pertigaan trafficlight The Plaza Balikpapan.
Tiga..dua…satu…gowes dimulai. Ratusan penggila offroad ini langsung memacu sepedanya masing-masing. Ada yang santai,
ada juga yang langsung meluncur kencang. Wess… Tak lagi mempedulikan hujan.
Sekira limaratus meter dari garis start menuju Jalan
Jenderal Sudirman (arah ke Bandara Sepinggan), peserta dihadapkan tantangan
pertama, yaitu berbelok ke kiri jalan berbukit di samping Bank Danamon. Ini
belum apa-apa, sudah ada satu dua penggowes gugur dan menuntun sepedanya.
Padahal di depan sana masih ada 22 medan tanjakan yang lebih ‘’parah’’.
Seperti main di kubangan saja |
Tanjakan menantang kedua di daerah Bukit Sion, Gunung
Malang. Lagi-lagi sebagian peserta ‘’terhambur’’. Ekspresi wajah yang
ngos-ngosan mewarnai iring-iringan pesepeda. Tanpa mengikuti aba-aba, sejumlah
pesepeda ramai-ramai mendorong sepedanya ke atas bukit. Namun sebagian besar
lolos melewati rintangan demi rintangan.
Mencicipi medan offroad
mulai dirasakan ketika pesepeda mulai memasuki kawasan hutan kota Gunung
Guntur, melintasi jalan setapak di sekitar Pondok Pesantren Baihura.
Tetap segar dan semangat |
Ketika melintasi tanjakan yang tembus ke Jalan Beler
tersebut, satu persatu penggowes berguguran. Turun dari sepeda lalu mendorong
ke atas bukit. Tak terlihat wajah yang tersenyum. Saya perhatikan, banyak penggowes dengan MTB fulsus yang kewalahan. Mungkin ini efek bobing yang menguras enerji.
Di pertengahan medan uphill ini, saya sempat berhenti. Seorang peserta persis di depan berhenti mendadak, sembari memegang dada kanannya.
Di pertengahan medan uphill ini, saya sempat berhenti. Seorang peserta persis di depan berhenti mendadak, sembari memegang dada kanannya.
‘’Waduh, jantung saya kencang sekali denyutnya,’’ katanya
separo berteriak ketika saya mencoba menyalipnya. Ia khawatir bila memaksakan
akan terjadi sesuatu yang fatal bagi kesehatannya.
‘’Stop aja mas, jangan dipaksakan. Didorong aja sampai ke
atas,’’ saran saya. Ia pun mendorong sepedanya.
Saling tolong bila ada yang rusak |
Di bukit tanjakan persis di bibir Jalan Guntur Damai, tampak
para peserta merenggangkan otot-ototnya dan berusaha mengumpulkan tenaga. Ada
juga peserta yang tampak kewalahan, dan harus membaringkan badan di aspal.
Tampak juga salah seorang peserta putri yang mengalami kaki keram. Waduh!
Keram kaki pun tak terhindarkan. Bantu dong... |
Sejumlah penggowes menyudahi perjalanannya setelah melewati
sejumlah rintangan di etape pertama ini. Ada yang langsung pulang, ada juga
yang langsung menuju ke garis finish.
Sebagian dari mereka mengaku cemas berhadapan dengan etape berikutnya yang dikabarkan
justru lebih ekstrim.
‘’Lebih baik kembali , dari pada terjadi sesuatu,’’ khawatir
seorang penggowes. Panitia memang menyarankan agar peserta yang merasa tak
mampu melanjutkan perjalanan sebaiknya langsung kembali ke garis finis melalui
jalan kota.
Setengah perjalanan sudah klenger |
Sebenarnya tanjakan ekstrim ini tak terlalu berat. Namun
karena diguyur hujan, maka tanah liat menjadi lumpur. Licin, dan melengket di
ban sepeda. Para penggowes rombongan awal mengalami kesulitan untuk menembus
rute ini. Pasalnya, ketika genjotan mendaki ban sepeda dipenuhi tanah liat.
Baru beberapa meter kedepan sepeda langsung terhenti. Selain rantai, dan gir
yang terbalut tanah liat, sepatu para penggowes juga ikut terekat tanah merah
tersebut. Ini menambah beban.
Akhirnya sepeda harus didorong beberapa meter, lantas
terhenti lagi. Kemudian ban sepeda dibersihkan. Begitu seterusnya sampai di
atas bukit. Benar-benar menguras energi dan waktu. Tapi itu harus dilakukan,
kalau tidak, mustahil bisa melanjutkan perjalanan.Wadaw...
Jalan pintas yang paling simple adalah memikul sepeda hingga ke lintasan yang dianggap aman. Dan itu dilakukan sebagian peserta. Para penggowes yang tiba belakangan di tanjakan double track PT HER ini justu agak terbantu. Sebab lumpur sedikit mengeras karena tekanan ban-ban sepeda penggowes sebelumnya.
Jalan pintas yang paling simple adalah memikul sepeda hingga ke lintasan yang dianggap aman. Dan itu dilakukan sebagian peserta. Para penggowes yang tiba belakangan di tanjakan double track PT HER ini justu agak terbantu. Sebab lumpur sedikit mengeras karena tekanan ban-ban sepeda penggowes sebelumnya.
Di panggung mengundi hadiah kambing |
membersihkan sepedanya dari lumpur dengan genangan air hujan. Selebihnya ngotot melanjutkan perjalanan ke etape
berikutnya. Saya termasuk yang memaksakan untuk terus meluncur ke rute
selanjutnya.
Medan tanjakan terakhir yang menantang adalah jalan berbukit
menuju Jl Syarufuddin Yoes, depan Mapolda Kaltim. Sudah bisa ditebak, banyak
penggowes berguguran, dan harus menyerah. Klenger.
Saya pun tak sempat mencicipi jalur ini, karena terjadi insiden. Rantai putus
dan gir kecil sepeda rontok. Alamak!
Mejeng bareng anggota BBC |
Tak ada teknisi di perjalanan. Tak ada juga peralatan untuk
memperbaiki. Otomatis perjalanan terhenti sampai disitu. Hasrat untuk
menuntaskan rute gila ini akhirnya pupus. Syukurnya, ketua panitia yang juga
Ketua Besar BBC Pak Idris melintas dengan pickup.
Sepeda hardtail yang saya pakai pun diangkut, dan saya nunut pulang ke kota dengan seorang rekan
fotografer Kaltim Post, Mas Ambri. Alhamdulillah. Tengkyu banget buat Mas Ambri dan Pak Idris, sukses acaranya.
Sampai di garis finish
para peserta dihibur oleh music electone,
dan dijamu makan gratis. Ada pula pembagian doorprize,
seperti sepeda gunung dan barang elektronik, serta perlengkapan sepeda. Yang
menarik panitia menyediakan hadiah kambing. Seremoni pembagian hadiah event
dalam rangka HUT ke-1 BBC tersebut dihadiri Wali Kota Balikpapan H Rizal
Effendi SE.
Jajal rute hingga petang |
Dua hari sebelumnya, Jumat 12 Oktober saya sempat ujicoba
melewati rute-rute ‘’gila’’ ini, mengayuh pedal dari sore hingga disambut petang. Lumayan
menguras tenaga. Ada yang bilang memang beda menggenjot sepeda sore dan pagi. Setidaknya
tenaga lebih banyak terkuras di sore hari. Tapi tidak jugalah, medan lumpur
yang baru dilewati penggowes di tanjakan PT HER justru jauh lebih menguras
tenaga dan waktu. Rasanya begitu. Waktu tempuh yang diprediksi panitia sekitar
135 menit pun gagal. Salah satunya karena cuaca dan karakter medan yang unpredictable itu.
Okey deh, sampai bertemu di rute ekstrim lainnya. Salah satunya adalah Jambore Sepeda Nasional 11 November 2012 dengan jarak tempuh 32 kilometer dan trek kombinasi onroad-offroad (*)