Selasa, 10 September 2013

Sampai Membingkai Tali Silaturahmi


Penampilannya sederhana dan bersahaja. Cara bicaranya pun biasa saja. Terkesan tak ada yang istimewa darinya. Namun siapa nyana, pria pengembara bersepeda keliling Indonesia ini bukan orang biasa-biasa saja. Ia ingin mewujudkan mimpinya membingkai benang silaturahmi dari ribuan kilometer yang dikayuhnya. Dialah Muhammad Yusuf pecinta gowes dari Payakumbuh.


Yusuf ikut Gowes Spektakular
Acara Gowes Spektakuler gelaran Kaltim Post di Lapangan Merdeka akhir Januari 2013 lalu dipadati ribuan penggembira sepeda. Mereka ada yang datang dari Samarinda, Bontang, Tenggarong, Penajam Paser Utara, Banjarmasin, dan pesepeda tuan rumah Balikpapan. Namun boleh jadi tak banyak yang tahu, kalau di antara ribuan pengayuh sepeda tersebut di antaranya adalah Muhammad Yusuf. Ia salah satu sang pengembara sepeda keliling Indonesia asal Payakumbuh, Sumatera Barat.

Kebetulan saya sedang berada di Balikpapan, jadi sekalian aja ikut Gowes Spektaluer ini, ujar pria kelahiran 10 Maret 1964 ini ketika membuka perbincangan dengannya di sela-sela penarikan doorprize Gowes Spektakuler. Saya pun mempersilahkan Yusuf untuk naik ke podium untuk sesi foto. Podium ini memang dibuat panitia untuk foto komunitas sepeda peserta Gowes Spektakular yang menyediakan hadiah mobil tersebut.

Itu pertemuan pertama saya dengannya. Pertemuan kedua di lobby Gedung Biru Kaltim Post, Jl Soekarno-Hatta, Balikpapan. Saat itu Yusuf siap-siap untuk meneruskan perjalanannya ke ibukota provinsi, Samarinda. Ia tetap bersepeda dari Balikpapan-Samarinda yang jaraknya seratus kilometer lebih.
Bila kawan-kawan komunitas MTB Balikpapan berhasil menempuh empat jam lebih bersepeda dari Balikpapan ke Samarinda, tentu tidaklah  demikian Yusuf.  Kalau saya gak ada target berapa jam sampainya. Nyantai aja, yang penting sampai tujuan. Kalau letih, ya istirahatlah,katanya enteng.

Yusuf siap-siap gowes ke Samarinda
Balikpapan adalah kota pertama di bumi Kalimantan yang disinggahinya. Setelah Balikpapan dan Samarinda, ia mengayuh sepedanya menuju Bontang, Tenggarong dan Tarakan, dan beberapa kabupaten lainnya. Setelah dari Kalimantan, Yusuf meneruskan perjalanan ke Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan menyeberang kembali ke kepulauan Riau.
Sudah ribuan kilometer dikayuhnya. Yusuf hanya mengandalkan sepeda Wimcycle biru yang dilengkapi single crank, dan enam gir belakang. Grupset sepedanya sangat sederhana. Tak ada perlengkapan khusus lainnya. Namun ia selalu membawa bekal ban dalam. Menurutnya ban dalam sangat penting untuk perjalanan jauh seperti yang ia lakukan.

Sudah berapa kali ganti ban dalam? ‘’Wah sudah gak kehitung lagi. Saat di Flores saja, sudah yang keseratus dua puluh satu, terang pria yang mengaku cucu dari seorang veteran ini. Yusuf sudah sembilan kali mengganti ban luar sejak memulai perjalanannya 25 Desember 2008 silam. Sepeda yang dibelinya pada 19 Desember 2008 tersebut dihias dengan pelat bertuliskan Petualang dari R 1 AU, serta bendera Merah Putih. Selebihnya perlengkapan penunjang, seperti onderdil, alas tikar, serta tas yang isinya sejumlah dokumen dan buku perjalanan, seperti buku kesan pesan.

Hingga bincang dengannya Januari 2013 lalu, Yusuf mengaku sudah menyimpan 8 buku pesan dan kesan dari para perwira kepolisian, 9 buku dari bintara, tiga buku lapor tiba di setiap kepolisian, sepuluh map dokumen umum, serta dokumen khusus dari kepolisian ada 9 map.
Apakah buku-buku dokumen itu selalu dibawa dalam perjalanan? Oh tidak. Kalau buku sudah penuh, dan sudah tak mungkin dibawa, segera saya kirim ke rumah, ujarnya.

Buku laporan kedatangan
Apa sebenarnya misi Yusuf mengembara keliling Indonesia dengan bersepeda? Toh bukannya sudah banyak dilakukan oleh petualang pendahulunya?
Memang sudah banyak pengeliling Indonesia seperti saya. Tapi banyak juga yang kurang memperhatikan  pencatatan dan dokumentasi. Saya ingin menjadi orang pertama yang tertib administrasi. Saya mengikuti segala prosedur untuk bertemu dengan para pejabat setempat, tegasnya.

Empat misi utama yang diembanYusuf, yakni mengampanyekan perpolisian masyarakat, budaya membaca, penghentian pemanasan global, dan bersepeda itu sehat.Memang misi saya kedengarannya sederhana, dan kadang sering dianggap remeh bahkan diabaikan banyak orang, ujarnya.

 Setiap di kabupaten atau kota yang saya singgahi, saya selalu minta dukungan para pejabat baik Wali Kota, Kapolres atau Kapolda berupa tanda tangan atau stempel sebagai legalitas bahwa saya sudah sampai di wilayah tersebut,terang alumnus Universitas Riau, jurusan Fisipol Administrasi Negara tahun 1991 ini. 

Buku kesan dan pesan
Ia memulai petualangannya dari Teluk Kuantan, Desa Kampung Baru RT 01 RW 01 Kecamatan Tuan Tengah, Kabupaten Kuansing. Dari kota asalnya itu duda beranak satu ini berangkat ke arah selatan Sumatera, lalu ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, lalu ke Nusa Tenggara Timur.
Setelah transit di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, Yusuf menyeberang ke Papua dan bersepeda ke Fakfak serta 35 kabupaten lainnya. Setelah kurang lebih 10 bulan berada di Papua, dia beranjak menuju Maluku Utara kemudian ke Sulawesi hingga Kalimantan. Balikpapan adalah kota ke-339 yang dikunjunginya.

Setelah dari Kalimantan, pria berkacamata ini harus menyambangi delapan provinsi lagi, antara lain kepulauan Riau, Aceh, Medan, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Target saya pada awal 2014 perjalanan saya mengelilingi Indonesia selesai, tandas mantan wartawan yang sudah malang melintang selama 20 tahun di berbagai media lokal tersebut.

Dari ribuan kilometer yang ditempuhnya tidak semua melulu dikayuh dengan sepeda. Bila tidak mungkin dilintasi, ya harus menggunakan transportasi lain, seperti naik ferry untuk menyeberang antar pulau. Namun selama itu daratan dan terbentang akses jalan umum, maka sudah pasti Yusuf melewatinya dengan sepeda.

Selama perjalanan tidur dimana? Ya gak tentu. Dimana saja bisa. Saya paling gak repot untuk urusan tidur, tukasnya. Kadang Yusuf menginap di kantor polisi, di bawah pohon, penginapan, emperan toko, dan ditawari menginap di komunitas pencinta alam dan di komunitas sepeda setempat. Kalau dengan komunitas paling gampang, kodenya hanya salam satu aspal, ujarnya seraya tertawa lepas. 

Sinopsis membingkai benang silaturahmi

Yusuf juga tak jarang diundang oleh komunitas sepeda untuk memberikan kesan dan pengalamannya selama perjalanan. Termasuk ketika berada di Bontang, ia diundang oleh salah satu komunitas MTB. Begitu juga saat di Balikpapan diundang oleh mahasiswa Uniba.

Ada yang menggoda pikiran saya saat bincang denganYusuf, apakah ia tidak takut bersepeda sendirian?  Saya tidak takut hantu. Yang saya takuti hanya Tuhan, katanya. Sekali waktu Yusuf juga berhadapan dengan binatang buas, seperti harimau, dan beruang. Lantas apa yang harus dilakukannya? Kalau sudah begitu, saya diam tak banyak bergerak sambil mempersiapkan senjata seperti pisau. Kemudian mengamati gerak-geriknya sampai dia pergi. Sebab kalau kita lari, binatang buas seperti itu malah bisa mengejar. Wah, bahaya kan! ujarnya terkekeh.

Yusuf membiayai sendiri perjalanannya keliling Indonesia. Namun ia mengakui terkadang ada juga bantuan dari pihak lain, namun ia enggan menyebut nominalnya. Pokoknya adalah.

Selain penjelajahannya dengan sepeda Yusuf ternyata juga rajin menulis. Ia sudah membuat 378 judul puisi dari 500 karya puisi yang ditargetkannya. Ia pun sedang menyusun proposal untuk membukukan puisi-puisi tersebut kepada Kapolri. Judul buku yang direncanakannya bertajuk, Bersepeda Keliling Indonesia : Dari Sektor ke Resor Membingkai Benang Silaturahmi. 

Apa yang paling berkesan selama perjalanan? Wah banyak sekali. Sulit juga saya ceritakan. Tapi pernah selama perjalanan Lebaran pertama tahun 2009 saya habiskan bersama Jokowi di Surakarta, 
Solo,kenangnya.


M Yusuf

Ngobrol dengan Yusuf asyik juga. Tapi ada yang ingin saya tanyakan sejak awal. Apakah gak capek gowes ribuan kilometer? Gak juga, nyantai aja, jawabnya enteng.
Wah bagi dong resepnya? Yang penting hindari trauma lutut. Kalau bersepeda usahakan menggunakan bobot dan gerak tubuh, Jadi tidak hanya mengandalkan dengkul, kata Yusuf sembari mencontohkan gerakan tubuh yang dimaksud. Oalah begitu toh

Ternyata benar juga nasihat Yusuf. Setelah saya praktikkan sarannya, bersepeda sejauh 100 Km pun tembus. Terimakasih Pak Yusuf. Senang sekali bisa berbincang dengan Anda. Selamat menempuh perjalanan, semoga sukses selalu (*)



Saya sempat terkejut membaca komen dari kawan blogger emerzet615 tentang “sepak terjang” M Yusuf, atas dugaan kasus yang menimpanya. Semoga hal seperti ini tak terjadi lagi kedepannya.
Berikut ini kutipan tulisan yang dipetik dari blog atjehlink.com tersebut.

Akhir ‘Petualangan’ Pesepeda dari Riau


Banda Aceh – M Yusuf (55), pria asal Riau yang mengaku sebagai pesepeda keliling Indonesia diamankan aparat Polsek Syiah Kuala akibat dugaan tindak pidana pencurian yang dilakukannya di Sekretariat Mapala Hukum Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, Jumat (5/12/2014) malam.
Tertangkapnya pelaku berawal dari hilangnya satu unit telepon genggam milik salah seorang mahasiswa FKIP Unsyiah yang berkunjung ke Sekretariat Mapala Hukum Unsyiah. Malam itu, pelaku juga kebetulan sedang berada di sana.
Menurut Agus, anggota Mapala Hukum Unsyiah, setelah memeriksa setiap sudut ruangan sekretariat, pihaknya menemukan telepon genggam tersebut di dalam tas milik pelaku. “Pelaku berdalih telepon genggam tersebut hanya ia simpan dan rencananya akan dikembalikan saat akan pulang.”
Selanjutnya, kejadian itu dilaporkan ke Polsek Syiah Kuala. “Setelah digeledah oleh polisi, bersama tersangka juga ditemukan sejumlah telepon genggam, handycam, laptop,dan barang-barang berharga lainnya,” kata Agus.
Menurut pengakuan pelaku, ia berencana memecahkan rekor MURI dengan mengumpulkan tanda tangan alumni Akpol yang bertugas di seluruh Indonesia. Perjalanan ‘Sang Petualang’ yang mengaku telah enam tahun bersepeda keliling Indonesia itu akhirnya terhenti akibat perbuatannya tersebut. (bink)

M Yusuf (55), pesepeda asal Riau saat dibawa ke kantor polisi terkait dugaan pencurian di area Kampus Unsyiah, Jumat (5/12/2014) malam.




Nyaris Bunuh Diri, Pesepeda Asal Riau Kini Telah Bebas

Banda Aceh – Kasus hukum yang mendera M Yusuf (55), pesepeda keliling Indonesia asal Provinsi Riau yang ditangani pihak Kepolisian Sektor (Poldek) Syiah Kuala berakhir damai. (Baca: Akhir ‘Petualangan’ Pesepeda dari Riau)
Kapolsek Syiah Kuala melalui Kanit Reskrim Polsek Syiah Kuala, Bripka Iwan Wahyudi kepada AtjehLINK, Senin (15/12/2014), menuturkan, pihak korban telah membatalkan laporan atas kasus pencurian yang dilakukan tersangka.
“Ada itikad baik dari kedua belah pihak untuk berdamai. Kami dari pihak kepolisian menilai kasus ini merupakan tindak pidana ringan sebab barang yang dicuri harganya tidak sampai Rp 2,5 juta. Jadi bisa diselesaikan secara damai. Kami juga mengapresiasi itikad baik tersebut.”
Tersangka juga sempat depresi dan berencana akan melakukan bunuh diri dengan meminum cairan pembersih lantai karena sangat menyesali perbuatannya. “Beruntung petugas kami segera menenangkan tersangka. Semoga kasus ini bisa menjadi pelajaran untuk saudara M Yusuf,” imbuhnya.
“Saat ini saudara M Yusuf sudah berangkat ke medan. Dia berangkat Sabtu (13/12) lalu setelah selama seminggu lebih kita amankan di Mapolsek untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan,” tambah Iwan.

Seperti diberitakan sebelumnya, M Yusuf yang menyebut dirinya sang petualang bersepeda dari Riau ditahan pihak kepolisian setelah kedapatan mencuri satu unit telepon genggam milik mahasiswa FKIP Unsyiah yang sedang berkunjung ke Sekretariat Mapala Hukum Unsyiah. (bink)



Rabu, 04 September 2013

Dokter Goweser Mahir Manuver


Hobby sepeda gunung memang mewabah di mana-mana. Tak pandang usia, profesi, jabatan dan status sosial. Bila ada event gowes offroad bareng, peminatnya selalu tak sedikit. Pecinta MTB pun tumplek blek. Tetapi ada suasana berbeda ketika gowes bareng dengan para dokter. Kawasan Hutan Lindung Sungai Wain pun menjadi santapan.


Foto bareng di Gedung Biru sebelum gowes
Ratusan dokter bedah seluruh Indonesia berkumpul di Balikpapan, Kalimantan Timur. Mereka mengikuti sederet rangkaian kegiatan simposium. Dalam jumlah puluhan dokter di antaranya ternyata adalah penggila sepeda gunung. Selain mengikuti kegiatan dalam kaitan profesi, mereka juga menjadwalkan untuk gowes silaturahim sesama dokter. Karenanya mereka sengaja memboyong tunggangannya dari kota masing-masing untuk mencicipi trek hutan Kalimantan.

Sungguh tak mampu menolak ketika kawan Ocky Syahputra dari Blue Bike Community (BBC) Kaltim Post meminta bantuan untuk mencarikan rute offroad untuk goweser dokter bedah ini. Perbincangan siang itu tak panjang lebar. Hanya ingin trek offroad yang lumayan menantang. Tak disinggung juga, rute panjang atau pendek?

Pak Tatang angkat bendera start
Sepekan sebelum hari H gowes bareng tersebut, saya bersama enam kawan dari Hobic, komunitas sepeda pekerja kesehatan di rumah sakit Balikpapan, mencoba membuka rute gowes untuk para dokter bedah ini. Pilihannya adalah Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW). Bagi pegiat MTB Balikpapan, rute HLSW ini bukan trek asing. Mereka sering menjajal.

Pagi mengambil start di halaman parkir Gedung Biru Kaltim Post, Jl Soekarno-Hatta, kami mulai menelusuri trek onroad hingga offroad. Blusukan menelusuri jalan setapak hingga menerebas hutan, akhirnya kami tembus juga di waduk HLSW, yang berada tak jauh dari aliran Sungai Wain. Sungai ini boleh dibilang masih rawan, pasalnya buaya ganas masih berkeliaran. Beberapa waktu lalu, korban nenek Sari tewas disambar buaya di sekitar ini. Jadi perlu juga sedikit waspada!

Sukses selesaikan etape pertama
HLSW berada di Km 15 jalan raya Soekarno-Hatta arah kota Samarinda. Namun kami tidak melewati jalan raya, tapi menempuh rute offroad. Dan ke HLSW masuk dari pintu belakang.
Dalam benak kami ketika itu, rute yang ditawarkan kepada para dokter ini adalah rute untuk klasifikasi goweser pemula. Karenanya, rute memang dibuat tak kelewat menantang. Lagian mendapat informasi para dokter goweser ini sebagian berusia di atas limapuluh tahun.

Bersama rekan Umar Baki dari BBC, pagi sepekan kemudian saya menjemput para dokter ini di perumahan Toronto Balikpapan Baru, di kediaman Dr. Aspian Noor Arbain SpOG. Kebetulan mereka menitipkan sepedanya disini. Dengan bantuan truk dari STSJ (dealer resmi Yamaha), kami segera membawa sepeda tersebut ke Gedung Biru Kaltim Post.
Siap-siap etape dua full offroad

Satu persatu sepeda saya naikkan ke truk, dibantu seorang dokter dan sopir truk. Saat itu saya amati sepintas performa sepeda mereka (tanpa harus menyebutkan merek sepeda) adalah klasifikasi sepeda all mountain.

Ada juga yang menggunakan wheelset ukuran 29. Penampilan frame sebagian sepeda pun tampak kusam akibat sering menjajal medan offroad. Terkesan kalau mereka adalah goweser sejati. Itu juga bisa dilihat dari onderdil pendukung yang nempel di sepeda mereka!

Atur strategi taklukan tanjakan
Start dari parkiran Gedung Biru minggu pagi 24 Maret 2013 pukul 07.30 Wita, bendera dilepas oleh Pak Tatang Setyawan direktur Kaltim Post. Mulailah kami gowes bersama. Para dokter ini ditemani kawan-kawan Hospital Bike Community Balikpapan  dan dari berbagai komunitas yang sebagian besar bergabung dengan Rabu Gowes. Sementara dokter goweser ini didominasi dari Smansa Cycling Club (SCC) Makassar serta beberapa dokter bedah asal kota kembang Bandung.

Selalu saling bantu
Rombongan goweser mulai mengayuh tunggangan masing-masing dengan penuh semangat, kecepatan antara 20 hingga 30 km per jam. Sepeda mereka awalnya mencium trek aspal kurang lebih tiga kilometer. Setelah memasuki etape dua di daerah perumahan Griya Kariangau Baru Km 5,5, mereka mulai mencicipi jalur makadam sepanjang kurang lebih 2 kilometer. Trek sedikit berlumpur. Asyik juga.

Rute kemudian melintasi trek bukit-bukit tanah liat yang tembus ke Kawasan Industri Kariangau (KIK). Jalur lintasan kemudian melewati kawasan HLSW. Disini goweser menelurusuri single track yang kiri-kanan dihiasi hijau hutan. Usai disuguhi trek yang lumayan menantang, goweser akhirnya mencapai titik finish di pintu gerbang Kebun Raya Balikpapan sekitar pukul 9.30 Wita. 


Biar meler tetap enjoy
Jujur saja, para dokter bedah yang cukup berusia ini benar-benar goweser andal. Tak sedikit kawan-kawan kami dari komunitas MTB Balikpapan harus keteteran mengikuti kecepatan mereka mengayuh sepeda. Yang saya perhatikan, mereka sangat familiar dengan sepedanya dan terkesan terbiasa dengan trek offroad, bahkan mahir bermanuver di tikungan-tikungan tajam dan agak curam. Luar biasa! Dan benar, mereka yang lebih awal mencapai titik finish.

Sampai di titik garis akhir ini mereka langsung menyantap sajian dari kami, yaitu pisang Ambon, ubi jalar, buah semangka, dan nasi kuning. Sebagian besar dari mereka mengaku puas dengan suguhan rute menantang ke HLSW ini. Namun diakui jaraknya kurang jauh. Astaga!

Menyusuri  tepi waduk di Sungai Wain
Setelah rehat sebentar kemudian berembug, sepakat rute ditambah. Sedianya finish sampai di gerbang Kebun Raya Balikpapan, dan sepeda diangkut kembali dengan truk ke kota. Namun kenyataan tidak demikian. Mereka sepakat kembali ke kota dengan menggenjot sepeda. Okelah kalau begitu.
Dipandu kawan goweser Hengky dari Mudhog dan Pandji Arga dari Balikpapan Free Ride, para dokter bedah ini kembali ke kota melintasi jalur offroad. Sebagian rute yang dilintasi sama seperti jalur semula. 


Sampai di finish bincangkan trek
Koordinator Hospital Bike Community Balikpapan Reza Julkhair mengakui sangat puas dengan rute ini. Kawan-kawan dokter bedah dari Makassar, Samarinda, dan Bandung juga sangat senang,katanya.
Hal senada juga dikatakan oleh perwakilan Smansa Cycling Community (SCC) Makassar.  Treknya sangat bagus, kawan-kawan dari Makassar juga sangat senang, pokonya mantap, kata perwakilan SCC Abuhaer.

Setelah sampai di parkiran Gedung Biru, salah satu dokter bedah memberikan kenang-kenangan jersey SCC Makassar kepada Alamak, goweser tertua di Rabu Gowes yang berusia 72 tahun.


Foto bareng di depan Kebun Raya Balikpapan
Gowes bareng ke HLSW hari itu lumayan memberikan kesan. Dari sini kami mendapat pelajaran banyak, terutama dari para goweser dokter ini. Termasuk nasihat-nasihat bersepeda yang sehat dan baik. Lumayan dapat ilmu. Terimakasih banyak pak dokter. Kami sangat senang bersepeda dengan Anda. Oh iya, tengkyu banget Mas Ocky ya atas foto-fotonya.  (*)