Cahaya pagi mulai menjemput siang. Butir-butir
keringat jatuh tak berbekas, beriringan laju putaran roda sepeda. Mengayuh
melintasi jalan panjang, kemudian berpacu menerobos sinar mentari dari timur.
Pasir putih membentang menyapa, ditingkangi sepoi angin bertiup yang tak pernah
tertoreh. Di sana, di Pantai Lamaru.
Pantai Lamaru yang luas membentang |
Pagi-pagi di
penghujung September 2012, saya kembali mengayuh sepeda ke ujung timur kota
Balikpapan, Kalimantan Timur. Tujuannya adalah Pantai Wisata Lamaru. Lumayan jauh.
Jaraknya sekira 26 kilometer dari pusat kota. Tak ada halang merintang. Aspal
jalan pun mulus. Debu-debu sisa semalam terseret angin pagi. Menjelma kesejukan.
Memacu
sepeda dengan kecepatan sedang terukur, saya menikmati perjalanan kali ini.
Meskipun sendiri, suasana perjalanan di sepanjang Jl Mulawarman cukup
menghibur. Rasa lelah nyaris tak menghinggap di badan. Apalagi rasa penasaran
kian memuncak. Penasaran akan Pantai Wisata Lamaru yang kini berwajah baru.
Ada rindu menjemput pantai |
Pantai Lamaru
memang menyimpan sejuta kenangan. Di pantai ini, 20 tahun lalu, masih tampak
lengang. Biru ombak dan bulir-bulir gelombang pecah yang terbias sinar matahari
bagaikan mutiara yang terhampar di pasir putih membentang. Garis horizontal terpajang luas dari ufuk timur ke ufuk barat.
Ratusan batang pohon cemara menjulang tegak, rimbun daunnya diterpa angin
melahirkan bunyi. Duh, ada keindahan tersembunyi.
Hamparan karang kecil mewarnai Lamaru |
Saya punya
kenangan manis ketika bersama rombongan production house dari TVRI Nasional,
untuk membesut pemandangan indah Pantai Lamaru yang landai. Penggarapan program
tayangan musik diproduseri Isti Dary Sofia dengan bintang tamu artis bersuara
emas, Yuni Shara. Mba Yun –ketika itu, belum setenar sekarang. Ihwal; pantai Lamaru sudah terpromosikan
secara nasional.
Sekian tahun
kedepan Pantai Lamaru yang semula sepi, tumbuh dengan pondok warung pantai.
Bangunan sederhana dengan tiang bambu beratapkan daun nipah. Mengabaikan
estetika.
Bila laut pasang turap untuk memancing |
Meski
begitu, potensi wisata pantai mulai menyeruap. Di hari-hari penghunjung pekan,
pantai ini semakin mematri pengunjungnya. Anak-anak berlari girang dan berkecipak
air di pantai. Ada juga yang senang berenang dan sekadar menikmati semilir
angin yang tak kenal lelah. Pemandangan lain, nelayan tua mencari nener (bibit
ikan bandeng) di genangan air payau. Selain menyaji rezeki, Lamaru juga memberi
kesan damai.
Pagi itu,
pikiran saya benar-benar dibalut masa-masa lalu Lamaru. Sekian detik
menerawang, dan kemudian hilang dihempas angin. Sungguh, pantai ini menggali
imajinasi.
Pantai
Lamaru sekarang tetap menyimpan keindahan tersendiri. Di pantai itu kini ada
bentangan turap sepanjang 120 meter yang
memisahkan antara pasir pantai dan garis ilir sungai. Kala sore
menjelang petang, banyak warga membunuh sepi dengan memancing ikan di sini. Bongkahan
batu gunung tersusun rapi dan direkat kayu ulin itu tampak kokoh, meski diterjang
ombak bertubi.
Jadi pembatas pantai Lamaru dan bibir sungai |
Tak ada lagi
warung-warung penduduk sekitar sini, sejak pantai wisata ini ditutup awal November
2011 lalu. ‘’Sejak ditutup itu kami
tidak bisa berjualan seperti dulu lagi,’’ kata Wati, wanita paro baya.
Namun bukan
bertanda nasib penjaja makanan ini kian muram. Setelah pantai Lamaru diperbaharui dan terbuka
umum tahun 2012, Wati justru berjualan pada tempat yang jauh lebih baik. Dengan
bangunan semi permanen dan fasilitas yang sangat baik pula.
‘’Alhamdulillah,
sekarang bisa berjualan lagi,’’ katanya saat bincang sembari menyuguhkan es kelapa
muda. Bila dulu ia berjualan di pantai tak perlu menyewa, sekarang dipatok
tarif Rp 350 ribu sebulan. Itu belum termasuk fasilitas lemari pendingin.
Ada udang di balik terumbu |
Wanita yang
sempat tiga bulan bolak-balik ke kota untuk mengikuti kegiatan program
lifeskill khusus gakin (keluarga miskin) dari pemerintah kota ini mengaku bersyukur,
dua anaknya kini menjadi pegawai pengelola pantai wisata tersebut dengan pendapatan yang
lumayan.
Kehadiran
pantai Lamaru dengan wajah baru ini, sedikitnya turut memecahkan persoalan perekonomian
warga sekitar. Ada keharuan menyeruak. Bahkan, retribusi pantai Lamaru menjadi
salah satu andalan atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Balikpapan. Pengelola pun tetap
mempertahankan eksotik pantai, termasuk memelihara peninggalan bersejarah yang
ada di lokasi pantai, semisal bangker Jepang peninggalan Perang Dunia II.
Peninggalan bangker Jepang yang terawat |
Sekarang
pantai Lamaru lebih representatif. Tarif masuk Rp 5 ribu per orang. Namun terhitung 1 Oktober 2012 lalu, dinaikkan menjadi Rp 8 ribu, sudah termasuk free pemakaian toilet. Sedangkan mobil roda empat dikenakan Rp 15 ribu.
Hari itu saya berdiri di ujung pantai, melawan dorongan angin. Lantas menikmati bersepeda di pasir pantai yang basah nan lenggang. Ada kegembiraan tak tertakar. Pegal kedua pangkal kaki pun tak terasakan. Kemudian berpijak di hamparan karang-karang muda terpahat alam. Aroma khas biota laut terasa merayap ke hidung. Di sela bebatuan ada riak-riak kecil. Ada pula suara tak tik tak tik, pertanda ada udang batu bersembunyi di balik terumbu.
Hari itu saya berdiri di ujung pantai, melawan dorongan angin. Lantas menikmati bersepeda di pasir pantai yang basah nan lenggang. Ada kegembiraan tak tertakar. Pegal kedua pangkal kaki pun tak terasakan. Kemudian berpijak di hamparan karang-karang muda terpahat alam. Aroma khas biota laut terasa merayap ke hidung. Di sela bebatuan ada riak-riak kecil. Ada pula suara tak tik tak tik, pertanda ada udang batu bersembunyi di balik terumbu.
Waktu memang
menyembunyikan keasyikan di pantai. Tak terasa matahari sudah berdiri tegak.
Siang itu saya bergerak pulang ke kota.
Kini pantai
Lamaru tak punya cerita lagi tentang pencari nener. Tak ada lagi warung-warung
beratapkan daun nipah. Semua tergantikan dengan suara motor ATV, speedboat, mobil
golf dan ringkik kuda.
Bayang-bayang
masa lalu seakan melambai ketika saya meninggalkan pantai dengan ratusan pohon
kelapa, ladang petani dan rumah-rumah penduduk. Saya mengayuh cepat sepeda dan tak
menoleh lagi ke belakang. Menitipkan rindu laut pada pantai dalam ketenangan
hati. (*)
Pantai Lamaru baru yang kian memanjakan pengunjung dengan berbagai hiburan. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar