Gowes
bareng sambil bertamasya. Gawe ini memang selalu ditunggu kawan-kawan komunitas
MTB. Minggu pertama Juni 2013 menjadi moment yang pas. Mungkin begitulah.
Pilihannya adalah; Tambak Ikan Bandeng di daerah Kelurahan Manggar, Balikpapan,
Kalimantan Timur.
|
Foto bareng di tengah perjalanan |
Boleh
jadi acara gowes kali ini terbilang dadakan. Pasalnya tak ada informasi jauh
sebelumnya. Hanya ada bisik-bisik, untuk mengisi hari libur nasional bertepatan
dengan peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW tanggal 6 Juni 2013 yang jatuh
pada hari Kamis, kawan-kawan komunitas MTB berniat gowes bareng jalur offroad. Itu saja sepenggal
informasinya.
|
Selalu enjoy |
Dua
hari menjelang hari H, tiba-tiba broadcast
di BBM komunitas Goweser Balikpapan mengundang para penggila sepeda gunung untuk
gowes bareng ke tambak ikan bandeng. Haa? Asyieek..
‘’Provokator’’
acara dadakan ini adalah Mas Yoyok, penggila MTB yang sering dipercaya menjadi leader di komunitas Rabu Gowes. ‘’Yang
mau ikutan gowes ke tambak ikan bandeng ngumpul di depan Dome jam tujuh pagi,’’
ujarnya lewat BBM. Yang dimaksud Dome adalah Balikpapan Sport and Convention
Center di Jalan Ruhuy Rahayu.
Mas
Yoyok mengabarkan setiap goweser harus menyetor Rp 25 ribu. Ini tak lain adalah
untuk biaya makan bandeng di lokasi acara.
|
Trek berlumpur jadi tantangan |
Yang
bikin geleng-geleng kepala adalah, acara dadakan tanpa basa-basi sebelumnya ini
terkesan tanpa persiapan berarti. Pokoknya langsung tancap saja. Panitianya
juga gak ada. Cuma satu orang,ya Mas Yoyok itu.
Kamis
pagi 6 Juni 2013 pukul 6.20 Wita saya sudah berada di lokasi acara. Saya berani
mengklaim orang pertama yang berada di tempat start. (mungkin juga sudah ada
goweser lain yang hadir lebih dulu, tapi saya gak lihat). Datang duluan bukan lantaran
kelewat bersemangat untuk ikutan gowes bareng ke tambak bandeng, tapi karena
memang jarak rumah dengan Dome hanya sekira 1 km. Jadi relatif butuh waktu
hanya beberapa menit untuk menuju ke destinasi tersebut.
|
Rehat sejenak sembari menunggu yang lain |
Satu
persatu goweser berdatangan. Ada yang menggenjot sepeda dari rumah
masing-masing. Ada juga yang membawa kendaraan roda empat, kemudian menurunkan
sepeda kesayangannya di lokasi start. Seperti biasa, kami saling menyapa dan
bersalaman antar goweser bila berjumpa. Suasana pagi ini begitu hangat dan
bersahabat.
Waktu
hampir pukul tujuh pagi, peserta kian banyak. Namun ‘’sang provokator’’ Mas Yoyok
belum juga menampakkan batang hidungnya. Beberapa teman goweser tampak mulai
gelisah. ‘’Kapan nih startnya,’’ celetuk salah satunya. ‘’Kita masih nunggu Mas
Yok,’’ kata saya mencoba memberikan pengertian kawan tadi. Sabar dikitlah…
|
Basahi kerongkongan |
Tak
lama kemudian Mas Yoyok datang. Lengkap dengan sepeda, tas punggung, dan
membawa map yang isinya daftar nama peserta. Dari daftar nama peserta itu
tampak siapa goweser yang belum setor Rp 25 ribu. Sebagian peserta merapat ke
Mas Yoyok dan menyodorkan uang pendaftaran.
|
Lebih baik dipikul daripada risiko |
Menurut
Mas Yoyok, gowes tamasya ini diikuti sekitar 50an orang dari berbagai
komunitas, seperti BBC, BBS, MTB, KGB , A Team dan CAC. Ini merupakan kegiatan awal dan pertama
dari Balikpapan Cycling Community sejak terbentuknya Komunitas ini tanggal 17 May 2013.
‘’Kegiatan
ini untuk mempererat rasa persaudaraan
sesama pegowes dan sesama klub sepeda yang ada di Balikpapan,’’ kata Yoyok,
sembari menyebut untuk merealisasikan gagasan spontanitas ini ia dibantu
rekannya Sanuri dan Bolang, dua ‘’algojo’’ goweser kota minyak.
Kegiatan ini juga untuk mempromosikan potensi kota Balikpapan
dimana juga ada tambak ikan bandeng tanpa duri, yang sementara ini orang
beranggapan ikan bandeng berasal dari luar daerah.
|
Tuntun di pematang tambak |
Pagi itu sebelum melahap
jalur onroad dan offroad para
peserta lebih dulu dapat mengarahan rute dari Yusuf, ketua Komunitas Gowes
Balikpapan (KGB), sekaligus sejenak berdoa bersama.
Trek menuju lokasi tambak bandeng ini melewati perumahan di Jl Praja belakang
SMA 5, kemudian menuju perumahan PT HER. Disini peserta sudah mendapat
tantangan tanjakan tajam dan panjang. Hampir rata-rata peserta mampu
menaklukkan tantangan pertama tersebut. Hanya satu dua penggowes yang kewalahan
dan harus menuntun sepedanya.
|
Sambal tomat dan palumara |
Setibanya
di perumahan PT HER, rombongan penggila MTB ini rehat sejenak sembari menunggu
kawan-kawan yang tertinggal di belakang. Rute perjalanan kemudian dilanjutkan
dengan melintasi rute offroad, disinilah
skil dan pengalaman pegowes diuji lagi, karena banyak tanjakan dan turunan yang sangat terjal yang
membutuhkan stamina.
Trek
tanah liat berlumpur, hutan dan semak semak, menjadi santapan mengasikkan bagi para
goweser kali ini. Namun ada saja pesepeda pemula yang bilang begini, “Ini rute
gendeng. Hanya untuk mau makan ikan bandeng saja harus naik turun bukit.” Namun
bagi para pegoweser sejati justru suasana yang begini terus dirindukan. Bener
ga sih? Rute ini sebenarnya acap dijadikan kawan-kawan komunitas MTB untuk
melatih fisik.
|
Bandeng bakar yang menggoda |
Sinar
surya pagi itu lumayan menyengat kulit. Rasa haus pun tak terhindarkan. Tampak
beberapa peserta harus membasahi kerongkongannya. Sebagian juga menyempatkan
diri rehat sejenak di bawah pohon yang rindang.
Selain
melewati jalan-jalan berbukit, tanah basah dan pasir putih, para penggowes juga
harus memikul sepedanya lantaran beberapa single
track melintasi jembatan kecil. Meski begitu kenyataannya di lapangan, ini
menjadi perjalanan yang mengasikkan.
Untuk
menuju tambak iklan bandeng, peserta juga harus kembali menuntun sepedanya
karena harus menghadapi single track
turunan terjal. Riskan untuk digowes. Sebagian peserta juga kembali menuntun
sepeda masing-masing ketika melintasi pematang di sekitar tambak-tambak iklan,
yang hanya bisa dilewati satu orang.
|
Santap siang menu bandeng bakar |
Kebetulan
saya penggowes pertama yang sampai di tempat tujuan. Setibanya di lokasi sudah
disambut aroma ikan bandeng bakar. Uih benar-benar mengundang selera. Setelah
menegak bekal air, saya langsung mendekat ke bapak yang membakar ikan bandeng.
Dan, langsung mengambil satu bandeng dari pembakaran, kemudian melahapnya.
Alamak nikmatinya…
Suasana
di sekitar tambak tampak sepi dan lengang. Ada rasa damai menghampiri. Sesekali
terdengar suara perahu motor yang melintasi alur sungai. Tambak-tambak ikan
bandeng ini berada persis di bibir Sungai Manggar.
|
Yoyok (kanan) capek tapi lahap |
Satu
persatu peserta berdatangan. Mereka langsung menyantap hidangan bandeng tanpa
duri, lengkap dengan nasi, sambel tomat, dan lalapan. Ada juga menu palumara. Suguhan
yang lumayan komplit. ‘’Wah sambelnya benar-benar nendang,’’ celetuk salah
seorang goweser paro baya. Rasa kebersamaan antar goweser saat itu begitu
terasa. Sesekali ada canda yang mengundang tawa.
‘’Yang
mau nambah ikan bandeng silakan,’’ tukas Mas Yoyok. Ikan bandeng bakar yang
disajikan memang jumlahnya lebih banyak. Karena itu, sebagian peserta membawa
pulang bandeng bakar untuk oleh-oleh.
Asik memang.
Rute
dari Dome menuju tambak bandeng sekitar 20 km dan ditempuh dalam waktu
2 jam 10 menit. Semua peserta
sukses sampai ke tempat tujuan, hanya seorang goweser yang gagal lantaran putus
rantai.
Sebagian
besar peserta kembali ke kota dengan menggowes sepedanya masing-masing. Hanya
sebagian kecil enggan meneruskan perjalanan dengan bersepeda. Mereka dijemput
dengan kendaraan roda empat.
|
Berfoto di tambak sebelum pulang |
Memang
sepertinya hanya seekor ikan bandeng , tapi disinilah nikmat dan kebersamaannya.
Kenikmatan yang tak bisa dinilai dengan uang. Semua peserta merasa puas dengan
rute yang sudah dilaluinya. Begitulah yang ditulis Mas Yoyok di rubrik Big Fans
di Kaltim Post edisi 9 Juni 2013. (*)
..