Rabu, 10 Juli 2013

Rute Gendeng Cari Bandeng



Gowes bareng sambil bertamasya. Gawe ini memang selalu ditunggu kawan-kawan komunitas MTB. Minggu pertama Juni 2013 menjadi moment yang pas. Mungkin begitulah. Pilihannya adalah; Tambak Ikan Bandeng di daerah Kelurahan Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Foto bareng di tengah perjalanan
Boleh jadi acara gowes kali ini terbilang dadakan. Pasalnya tak ada informasi jauh sebelumnya.  Hanya ada bisik-bisik,  untuk mengisi hari libur nasional bertepatan dengan peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW tanggal 6 Juni 2013 yang jatuh pada hari Kamis, kawan-kawan komunitas MTB berniat gowes bareng jalur offroad. Itu saja sepenggal informasinya.

Selalu enjoy
Dua hari menjelang hari H, tiba-tiba broadcast di BBM komunitas Goweser Balikpapan mengundang para penggila sepeda gunung untuk gowes bareng ke tambak ikan bandeng. Haa? Asyieek..

‘’Provokator’’ acara dadakan ini adalah Mas Yoyok, penggila MTB yang sering dipercaya menjadi leader di komunitas Rabu Gowes. ‘’Yang mau ikutan gowes ke tambak ikan bandeng ngumpul di depan Dome jam tujuh pagi,’’ ujarnya lewat BBM. Yang dimaksud Dome adalah Balikpapan Sport and Convention Center di Jalan Ruhuy Rahayu.

Mas Yoyok mengabarkan setiap goweser harus menyetor Rp 25 ribu. Ini tak lain adalah untuk biaya makan bandeng di lokasi acara.

Trek berlumpur jadi tantangan
Yang bikin geleng-geleng kepala adalah, acara dadakan tanpa basa-basi sebelumnya ini terkesan tanpa persiapan berarti. Pokoknya langsung tancap saja. Panitianya juga gak ada. Cuma satu orang,ya Mas Yoyok itu.

Kamis pagi 6 Juni 2013 pukul 6.20 Wita saya sudah berada di lokasi acara. Saya berani mengklaim orang pertama yang berada di tempat start. (mungkin juga sudah ada goweser lain yang hadir lebih dulu, tapi saya gak lihat). Datang duluan bukan lantaran kelewat bersemangat untuk ikutan gowes bareng ke tambak bandeng, tapi karena memang jarak rumah dengan Dome hanya sekira 1 km. Jadi relatif butuh waktu hanya beberapa menit untuk menuju ke destinasi tersebut.


Rehat sejenak sembari menunggu yang lain
Satu persatu goweser berdatangan. Ada yang menggenjot sepeda dari rumah masing-masing. Ada juga yang membawa kendaraan roda empat, kemudian menurunkan sepeda kesayangannya di lokasi start. Seperti biasa, kami saling menyapa dan bersalaman antar goweser bila berjumpa. Suasana pagi ini begitu hangat dan bersahabat.

Waktu hampir pukul tujuh pagi, peserta kian banyak. Namun ‘’sang provokator’’ Mas Yoyok belum juga menampakkan batang hidungnya. Beberapa teman goweser tampak mulai gelisah. ‘’Kapan nih startnya,’’ celetuk salah satunya. ‘’Kita masih nunggu Mas Yok,’’ kata saya mencoba memberikan pengertian kawan tadi. Sabar dikitlah…

Basahi kerongkongan
Tak lama kemudian Mas Yoyok datang. Lengkap dengan sepeda, tas punggung, dan membawa map yang isinya daftar nama peserta. Dari daftar nama peserta itu tampak siapa goweser yang belum setor Rp 25 ribu. Sebagian peserta merapat ke Mas Yoyok dan menyodorkan uang pendaftaran.

Lebih baik dipikul daripada risiko
Menurut Mas Yoyok, gowes tamasya ini diikuti sekitar 50an orang dari berbagai komunitas, seperti BBC, BBS, MTB, KGB , A Team dan  CAC. Ini merupakan kegiatan awal dan pertama dari Balikpapan Cycling Community sejak terbentuknya Komunitas ini tanggal  17 May 2013. 

‘’Kegiatan ini untuk  mempererat rasa persaudaraan sesama pegowes dan sesama klub sepeda yang ada di Balikpapan,’’ kata Yoyok, sembari menyebut untuk merealisasikan gagasan spontanitas ini ia dibantu rekannya Sanuri dan Bolang, dua ‘’algojo’’ goweser kota minyak. 
          Kegiatan ini juga untuk mempromosikan potensi kota Balikpapan dimana juga ada tambak ikan bandeng tanpa duri, yang sementara ini orang beranggapan ikan bandeng berasal dari luar daerah.

Tuntun di pematang tambak
Pagi itu sebelum melahap jalur  onroad dan offroad para peserta lebih dulu dapat mengarahan rute dari Yusuf, ketua Komunitas Gowes Balikpapan (KGB), sekaligus sejenak berdoa bersama.


          Trek menuju lokasi tambak bandeng  ini melewati perumahan di Jl Praja belakang SMA 5, kemudian menuju perumahan PT HER. Disini peserta sudah mendapat tantangan tanjakan tajam dan panjang. Hampir rata-rata peserta mampu menaklukkan tantangan pertama tersebut. Hanya satu dua penggowes yang kewalahan dan harus menuntun sepedanya.

Sambal tomat dan palumara
Setibanya di perumahan PT HER, rombongan penggila MTB ini rehat sejenak sembari menunggu kawan-kawan yang tertinggal di belakang. Rute perjalanan kemudian dilanjutkan dengan melintasi rute offroad, disinilah skil dan pengalaman pegowes diuji lagi, karena banyak  tanjakan dan turunan yang sangat terjal yang membutuhkan stamina.

Trek tanah liat berlumpur, hutan dan semak semak, menjadi santapan mengasikkan bagi para goweser kali ini. Namun ada saja pesepeda pemula yang bilang begini, “Ini rute gendeng. Hanya untuk mau makan ikan bandeng saja harus naik turun bukit.” Namun bagi para pegoweser sejati justru suasana yang begini terus dirindukan. Bener ga sih? Rute ini sebenarnya acap dijadikan kawan-kawan komunitas MTB untuk melatih fisik.

Bandeng bakar yang menggoda
Sinar surya pagi itu lumayan menyengat kulit. Rasa haus pun tak terhindarkan. Tampak beberapa peserta harus membasahi kerongkongannya. Sebagian juga menyempatkan diri rehat sejenak di bawah pohon yang rindang.

Selain melewati jalan-jalan berbukit, tanah basah dan pasir putih, para penggowes juga harus memikul sepedanya lantaran beberapa single track melintasi jembatan kecil. Meski begitu kenyataannya di lapangan, ini menjadi perjalanan yang mengasikkan.

Untuk menuju tambak iklan bandeng, peserta juga harus kembali menuntun sepedanya karena harus menghadapi single track turunan terjal. Riskan untuk digowes. Sebagian peserta juga kembali menuntun sepeda masing-masing ketika melintasi pematang di sekitar tambak-tambak iklan, yang hanya bisa dilewati satu orang.

Santap siang menu bandeng bakar
Kebetulan saya penggowes pertama yang sampai di tempat tujuan. Setibanya di lokasi sudah disambut aroma ikan bandeng bakar. Uih benar-benar mengundang selera. Setelah menegak bekal air, saya langsung mendekat ke bapak yang membakar ikan bandeng. Dan, langsung mengambil satu bandeng dari pembakaran, kemudian melahapnya. Alamak nikmatinya…

Suasana di sekitar tambak tampak sepi dan lengang. Ada rasa damai menghampiri. Sesekali terdengar suara perahu motor yang melintasi alur sungai. Tambak-tambak ikan bandeng ini berada persis di bibir Sungai Manggar.

Yoyok (kanan) capek tapi lahap
Satu persatu peserta berdatangan. Mereka langsung menyantap hidangan bandeng tanpa duri, lengkap dengan nasi, sambel tomat, dan lalapan. Ada juga menu palumara. Suguhan yang lumayan komplit. ‘’Wah sambelnya benar-benar nendang,’’ celetuk salah seorang goweser paro baya. Rasa kebersamaan antar goweser saat itu begitu terasa. Sesekali ada canda yang mengundang tawa.

‘’Yang mau nambah ikan bandeng silakan,’’ tukas Mas Yoyok. Ikan bandeng bakar yang disajikan memang jumlahnya lebih banyak. Karena itu, sebagian peserta membawa pulang bandeng bakar  untuk oleh-oleh. Asik memang.

Rute dari Dome menuju tambak bandeng sekitar 20 km dan ditempuh  dalam waktu  2 jam  10 menit. Semua peserta sukses sampai ke tempat tujuan, hanya seorang goweser yang gagal lantaran putus rantai.

Sebagian besar peserta kembali ke kota dengan menggowes sepedanya masing-masing. Hanya sebagian kecil enggan meneruskan perjalanan dengan bersepeda. Mereka dijemput dengan kendaraan roda empat. 


Berfoto di tambak sebelum pulang
Memang sepertinya hanya seekor ikan bandeng , tapi disinilah nikmat dan kebersamaannya. Kenikmatan yang tak bisa dinilai dengan uang. Semua peserta merasa puas dengan rute yang sudah dilaluinya. Begitulah yang ditulis Mas Yoyok di rubrik Big Fans di Kaltim Post edisi 9 Juni 2013. (*)






..




         







Tidak ada komentar:

Posting Komentar