Gowes Tour de
Malsin 2015 Etape 3
Pada hari ketiga
Tour de Malsin 2015 rombongan pesepeda Rabu Gowes Community (RGC) Kaltim Post
sedianya menyelesaikan etape 3 menempuh jarak hanya sekira 60an kilometer dari
Johor Bahru, Malaysia ke Singapura. Sayangnya, enerji pegiat sepeda gunung ini
justru tercerabut oleh persoalan perizinan lintasan, bukan lantaran letih otot
memancal sepeda.
Di benteng A Famosa Melaka
|
Pada
hari ketiga Tour de Malsin ini sedianya kami ekstra gowes ke obyek wisata
peninggalan Portugis di Melaka. Namun karena ribetnya untuk mengurusi loading sepeda dalam truk boks, akhirnya
kami putuskan untuk naik bus saja ke tempat tersebut. Toh jaraknya tak kelewat
jauh. Hanya sekira 5 kilometer.
Di depan tugu Ratu Victoria Melaka
|
Di
tempat wisata sejarah ini sekira pukul 9 pagi. Kami sekadar mengambil foto
depan tugu air mancur Ratu Victoria di sekitar bangunan merah peninggalan
arsitektur Belanda bernama Stadthuys. Kemudian bergambar di depan puing gerbang
bangunan tua Porta de Santiago yang dikenal sebagai benteng pertahanan A
Famosa, saksi sejarah masa kejayaan Portugis disana.
Dari
destinasi ini kami melanjutkan pelancongan ke Johor Bahru dengan bus
pariwisata. Jaraknya 273 Km. Perjalanan darat sekira tiga jam benar-benar
dimanfaatkan sahabat goweser untuk relaksasi. Apalagi pemandangan kiri-kanan
jalan perkebunan sawit yang menjenuhkan membuat kelopak mata kami terasa berat.
Siap melintas Johor Bahru ke Singapura.
|
Sebelum
tiba di tempat check point keimigrasian,
rombongan lebih dulu makan siang bareng menu nasi lemak dan teh tarik di
foodcourt yang berada di ujung timur
kota semenanjung Malaysia itu. Beberapa di antara kami menyempatkan untuk bertukar ringgit ke dolar Singapura di money changer.
DIHADANG MASALAH
Menunggu verifikasi paspor di Johor Bahru
|
Kami
tak menyana kalau perjalanan kali ini terusik masalah. Gak ada tanda-tanda
bakalan ribet. Semua mulus saat di Johor Bahru Kastam Checkpoint. Begitu juga
ketika masuk ke perbatasan Singapura.
Verifikasi paspor keimigrasian di Woodlands Check Point juga lancar. Kecuali langkah tiga kawan kami sempat
terhenti untuk pemeriksaan lebih jauh karena ada yang membawa handy talky. Kami pun menunggu belasan
menit.
Yang
ini sungguh di luar dugaan. Truk pembawa sepeda kami yang mengekor bus jauh di
belakang harus terhambat di check point
gate Imigrasi Johor Bahru. Puluhan sepeda dalam truk itu tertahan di
parkiran gedung Imigrasi Sultan Iskandar Muda lantaran dianggap tak berdokumen!
Wadow..
Jonathan
yang dipercaya sebagai leader Tour de
Malsin sudah kasak-kusuk agar sepeda dalam truk bisa lolos ke Singapura. Tapi
apa lacur, petugas setempat tetap ngotot, lantas memberikan alternatif bahwa untuk melintas dari Johor Bahru ke
Singapura sepeda harus ditunggangi masing-masing oleh pemiliknya. Alamaaak!
Gowes malam di Jembatan Selat Johor |
Akhirnya
rombongan kembali ke tempat makan siang di Johor Bahru tadi, agar bisa
mengambil sepeda masing-masing untuk dipancal menuju Singapura. Okelah kalau
begitu. Kami pun harus mengulang verifikasi paspor. Hebat, dalam waktu relatif
singkat itu kami sudah pulang pergi Malaysia-Singapura-Malaysia-Singapura
lagi. Waktu tersita disini. Capek sih,
tapi tetap harus semangat. Kami sedikit “GR” alias gede rasa ketika
antre
check point seorang petugas mengira
kami adalah rombongan atlet sepeda Sea Games 2015 yang dihelat di Singapura
5-16 Juni itu?
Di teras restoran Satay By The Bay |
JALUR SEPEDA
Hari
jelang petang. Janji untuk gowes bareng wali kota Balikpapan Rizal Effendi dan
rombongan Garuda Indonesia di Singapura otomatis ter-delay. Padahal
direncanakan sore.
Kami
gowes perlahan dari Johor Bahru ke tempat check
point keimigrasian sudah pukul 06.35. Sampai disini, masih juga terhambat.
Kami tak diperbolehkan bersepeda ke
Singapura karena melintasi jalur bebas hambatan. Oalah byung.., rasanya seperti
dipingpong.
Setelah
negosiasi berulang kali, akhirnya iring-iringan bersepeda diperbolehkan
menjajal lintas batas dua negara tersebut. Saat itu matahari senja mulai
menguning, langit pun perlahan mulai menggelap. Kompak lampu sepeda kami
nyalakan.
Walikota serahkan piagam Tour de Malsin |
Ada
rasa lega ketika kami diperbolehkan melintasi perbatasan Malaysia-Singapura.
Gowes melewati jembatan sepanjang satu kilometer di atas Selat Johor itu ada
sensasi tersendiri. Ini sungguh berbeda ketika kami gowes melewati Jembatan
Dondang di Kutai Kertanegara dimana pemandangannya lebih banyak hutan mangrove
delta Mahakam.
Jembatan
perbatasan negeri tetangga itu menawarkan pemandangan indah. Lampu-lampu
gemerlap di Woodlands dari kejauhan yang mencerminkan potret metropolis Negeri
Singa cukup melegakan hati.
Tim Garuda Indonesia di Marina Bay |
Alasannya; ‘’basikal’’ dilarang melewati jalur cepat ini. Negosiasi di pinggir jalan dengan belasan petugas di sana sampai satu jam lebih, tetap juga tak berhasil. Konyol juga. Akhirnya kami kembali duduk manis dalam bus seraya menelan kecewa. Sepeda pun harus diangkut truk yang sengaja didatangkan. Suer, enerji kami seakan-akan terkuras oleh persoalan seperti ini.
Gowes pagi di kawasan Marina Bay |
Malam itu tak ada kesempatan untuk istirahat panjang. Setiba di hotel Ibis Novena, Irrawady Road, tempat kami menginap hampir pukul dua malam. Kesibukan Singapura mulai redup.
Kami
berkemas packing sepeda. Sebagian
goweser menyempatkan waktu sempit berbelanja tengah malam di Mustafa Center
kawasan little India.
Di depan Hard Rock Singapura |
Empat
rekan kami, Soeny, Srianti, Felix dan Evi tetap bertahan di ‘’negeri seribu
satu larangan’’ itu untuk keperluan lain, dan keesokannya gowes seharian
mengitari Marina Bay dan pusat perbelanjaan Orchard Road. Ketika kami di
Singapura, republik seluas 716 km persegi itu masih tetap getol menggeber
sejumlah program gaet wisata lewat Singapura Tourism Board-nya. (*)