Selasa, 13 Januari 2015

Menerjang Trek Menantang di Timur Hijau

Survei lokasi selalu menjadi aktivitas awal bubuhan Rabu Gowes Community (RGC) Kaltim Post ketika akan merancang event off-road bagi komunitas pesepeda gunung. Dua pekan berturut-turut para penggila mountain bike ini menerabas kawasan hijau di timur Balikpapan untuk meniti jalur hidden track.


Trek terjal dan licin sulit digowes
JADWAL survei dipatok Minggu pagi, 14 Desember lalu. Rombongan kecil RGC ini memancal sepeda ke arah  matahari terbit. Menuju pantai wisata Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur, untuk menelusuri lintasan menantang di kawasan Teritip. Iring-iringan berjumlah belasan pesepeda dipimpin Prihandoyo. Mereka menapaki medan beraspal di sepanjang Jalan Mulawarman, lantas merangsak rute off-road di kawasan Sumur Gas Lamaru 1 di Jalan Rantau Bakula.

Meski letih tetap tersenyum
Trek tanah basah sisa hujan semalam sempat mencemaskan. Ini memang selalu mengkhawatirkan pegowes. Sebab jalan yang dilintasi bakal licin, lalu membuat penggemar sepeda gunung ini bergumul dengan lumpur. Syukurnya, saat berada di lokasi kenyataannya tidak seekstrem yang dibayangkan.
Mereka melintasi lokasi pembangunan sirkuit balap Teritip, searah kemudian jalan menurun menyeberangi sungai kecil lalu disambut tanjakan single track. Sesaat kemudian meluncur beriringan melantas perkebunan karet. Naik turun bukit pun kian diakrabi.
Meski letih tetap tak menyerah

Jalan bebatuan yang mengancam ban sepeda slip berhasil diatasi penggila mountain bike ini, meskipun kayuhan sepeda melambat. Rintik gerimis menyertai selama perjalanan juga tak menghela semangat, justru pegowes kian termotivasi menyelesaikan rintangan demi rintangan.

Mereka memancal dengan kecepatan sedang melahap sekira 25 km. Menapak bukit-bukit di kawasan Gunung Binjai, dan kembali ke Lamaru untuk rehat makan siang.

LAPANGAN TEMBAK
Survei pekan berikutnya pada 21 Desember 2014. Ada 18 pegiat sepeda dalam rombongan kecil. Mereka dari komunitas Aquatic 128, Rodalink, BNI 46, BBS, BBC, dan Kobelco. Kali ini muster point-nya di pertigaan traffic light kompleks Balikpapan Baru. Pagi itu gerimis kecil sudah menyapa, tak berbeda seperti pekan lalu.

Lega ketika berada di lahan terbuka
Loading awal mereka harus melumat trek beraspal sepanjang 15 km. Sedangkan perjalanan off-road diawali dari Lapangan Tembak Rider, di Jalan Mulawarman, Kelurahan Manggar. Dari sini, rombongan melibas single track pematang di sekitar perkebunan warga. Beberapa kilometer pencinta MTB ini melewati sederet tantangan kecil, yang mengharuskan tuntun bike dan memikul sepeda masing-masing.
Menempuh puluhan kilometer tetap bersama

Cukup memerlukan endurance yang baik ketika melewati belasan kilometer jalan double track nan seksi. Pada jalan bebatuan ini membuat goweser terhambat untuk memacu cepat tunggangannya. Pasalnya, jalur macadam yang basah memaksa mereka ekstra hati-hati. Bila tidak fokus, risiko tergelincir mengancam. Terutama di jalur menurun yang kiri-kanannya rindang hutan. Beberapa sahabat goweser pun mengalaminya. Ada yang terjungkal, tergelincir, sampai terperosok ke semak-semak. Rem dan keseimbangan badan seolah tak akurat, lantaran kontur tanah yang licin sulit diprediksi. Tantangan lainnya jalan berlumpur yang sukar diterjang dengan sepeda.

Newbie Sarah Yunike
Survei lokasi kawasan timur kali ini melantas jalur berbeda dengan pekan lalu, namun tetap di kawasan perkebunan karet. “Jalur yang kita lewati ini bisa direkomendasi untuk rute event cross country,” ujar Prihandoyo, leader RGC yang akrab dipanggil Yoyok.

Menyisir lereng ladang, melewati setapak perkampungan warga di sekitar Gunung Binjai, iring-iringan pesepeda ini menempuh belasan kilometer hingga mencapai Bukit Pringgodani untuk kemudian menyelesaikan tahapan trek di sekitar Kelurahan Amborawang. Tak jauh dari kawasan ini sudah masuk di garis batas Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara.

Meski kedinginan tetap saja semangat
Jarak yang ditempuh pegiat sapida tinjak dari pagi hingga siang itu plus-minus sekira 60-an kilometer. “Bila dari kota jarak yang ditempuh sekitar 80-an kilometer,” ujar Untung, goweser RGC yang juga guru olahraga di Penajam Paser Utara.

WADUK MANGGAR
Survei berikutnya Minggu 4 Januari lalu. Rute perpaduan on-road dan off-road yang ditempuh kali ini berbeda. Titik awal dari seputaran traffic light Balikpapan Baru, kemudian menelusuri lintasan beraspal Jalan MT Haryono-Jalan Syarifuddin Yoes, lalu menuju jalan permukiman depan Polda Kaltim, dan langsung menerabas jalur terbuka di kawasan HER untuk meniti trek tunggal di sekitar instalasi pengolahan air PDAM Km 8.

Pecah ban segera teratasi
Sebelumnya para goweser ini sempat mengubek-ubek trek becek. Ini yang membuat roda sepeda seperti “donat”. Tanah liat tak diundang menggumpal di sisi fork depan, rantai, sprocket, disk brake, dan crankset. Sepeda pun tidak bisa dikayuh. Perjalanan terhenti beberapa saat untuk telaten membersihkan sepeda masing-masing.

Tujuan touring ini adalah Waduk Manggar di Km 12 jalan Soekarno-Hatta. Dari waduk ini lantas menelusuri setapak dengan berbagai tantangan, seperti jalan licin yang sulit diprediksi. Single track beralas kepingan kayu ulin memaksa mereka ekstra hati-hati, wajib soft-pedal. Kalau tidak, ancaman tergelincir mengintai.

Rintangan yang menyulitkan untuk digowes
Dan benar, beberapa sahabat goweser terperosok dan jatuh-bangun. Lintasan ini memang memaksa goweser untuk aksi portage alias memikul sepeda. Ada pula sejumlah obstacle kecil yang tetap membutuhkan konsentrasi. Beberapa tantangan bukit kecil mesti dilewati dengan teknik spin.

Trouble pun sempat mewarnai perjalanan. Salah satu sepeda harus dioprek-oprek jadi single gear lantaran rear derailleur yang patah. Sudah pasti kayuhan melambat dan memerlukan tenaga ekstra.

Rehat di tepi Waduk Manggar
Tim ramping RGC beranggotakan sepuluh pesepeda, masing-masing; Doddy, Doger, Gandhy, Umar, Ryon, Sanuri, Bebet, Wawan, Yoyok, dan Trias ini menyudahi gilasan trek off-road-nya di Kelurahan Manggar, dengan menapak jalan-jalan double track yang sedang tahap pengerasan. Setelah rehat di kedai Cak Man Manggar, pegiat MTB pun kembali meniti on-road ke arah kota. Perjalanan pagi lumayan melelahkan itu sekitar 70-an kilometer. (*)


Beriringan kembali ke jalur onroad menuju kota



Senin, 12 Januari 2015

Rem Blong di Tabalong

Penggila sepeda gunung Balikpapan mendapat tantangan berbeda. Kali ini mereka menjajal trek panjang perkebunan karet di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Cross country Sarabakawa-Kalimantan 2014 diikuti seribu lebih goweser. Menempuh jarak sekira 49 Km.


Tak ada alternatif jalur, sungai pun diseberangi
Ada enam komunitas MTB (mountain bike) dari Balikpapan yang ambil bagian di event memeriahkan HUT Tabalong ke-49 yang jatuh tanggal 1 Desember 2014 tersebut. Masing-masing, Kawan Bike Shop (KBS) Team, Aquatic 128, Mud-hogs, A-Team, Hospital Bicycle (Hobic), Blue Bike Community (BBC), Komunitas Gowes Balikpapan (KGB), dan Nekadxbike Community. Pegiat sepeda ini biasa berhimpun di Rabu Gowes Community (RGC) Kaltim Post.

Untuk menuju Tabalong rombongan goweser Kota Minyak ini menempuh jalur darat kurang lebih tujuh jam, dari Balikpapan-Penajam Paser Utara (PPU), melintas Tanah Grogot Kabupaten Paser, dan menuju Tanjung, Kalsel.


Semangat sebelum gowes offroad
Sebagian besar rombongan menginap di Aston Tanjung City. Hotel ini letaknya di jalan Mabuun, Kecamatan Murung Pudak, tak jauh dari tugu Tanjung Puri Mabuun yang menjadi icon Tabalong.

Dari hotel sekira 2 Km menuju tempat perhelatan di Lapangan Pendopo Bersinar Pembataan. Acara prakarsa Polres Tabalong itu sendiri berlangsung Minggu pagi (23/11), pukul 08.00 Wita. Seribu lebih pesepeda berkumpul di Pendopo. Mereka datang dari Kaltim, Kalbar, Kalteng, Jatim dan Kalsel sebagai tuan rumah.

Ada yang mengikuti funbike jarak pendek sekira 9 Km, dan ada yang mengambil tantangan di cross country dengan rute sepanjang 40 km lebih. Puluhan peserta dari Balikpapan menjajal sepeda lintas alam.



Melintasi sumur minyak Tabalong
Untuk rute sepeda santai melewati Kelurahan Pembataan, Kelurahan Sulingan, Desa Tanta Hulu, Tanjung Selatan dan kembali ke Pendopo. Sedangkan trek cross country melantas jalan-jalan setapak di Desa Masukau, perkebunan karet, Desa Kambitin dan berakhir di Lapangan Pendopo Bersinar.

Bagi pegowes Balikpapan, rute offroad yang dijajal tersebut bukan termasuk kategori ekstrem. Jalannya flat, tanpa tantangan tanjakan yang meletihkan. “Teman-teman di Balikpapan biasa dengan gowes tanjakan, justru di Tabalong rutenya datar saja,” ujar Prihandoyo, leader RGC.


Bila digowes jembatan goyang kiri goyang kanan
Meski begitu, stamina bubuhan Balikpapan tetap terkuras di saat membabat trek tanah, bebatuan dan beraspal. Sebagian besar mereka memacu cepat tunggangannya. Menggilas double track bebas hambatan, kemudian meranggas di jalur single track perkebunan karet yang padat.

Di perkebunan tersebut banyak ditemui tikungan tajam yang licin. Ini memerlukan technical mumpuni. Turunan pendek di apit pepohonan yang banyak menyembul akar pohon membuat sepeda seakan-akan remnya blong.

“Banyak akar pohon karet, kalau tidak hati-hati bisa jatuh,” ujar Julak Yayan, pesepeda gaek yang acap menjuarai ekshibisi MTB di luar Kalimantan.


Antre tuntunbike di jembantan gantung
Dan benar adanya. Bukan satu dua orang saja goweser Balikpapan harus terpelanting. Jatuh-bangun, kemudian melanjutkan perjalanan dengan lebih berhati-hati menerobos perkebunan rindang yang suasananya terkesan agak serem. “Saya terpental setelah menabrak “sesuatu” yang besar di kebun karet,” kata Desta Dinnatan.

Di tengah perkebunan luas ini sudah ada belasan peserta tuan rumah harus rehat, lantaran diserang kram kaki. Sebagian drop. Bahkan goweser Bebetkarebat dari RGC harus ‘’rela’’ terjun ke sungai kecil. “Saya gak nyangka ada kayu menghalang di jembatan, ban depan tergelicir. Kecebur deh,” ujar pesepeda berbadan tambun ini. Ada beberapa jembatan kecil dari kayu yang memerlukan kehati-hatian.


Trek asik di kebun karet
Pada trek menantang sebelumnya, peserta harus menerabas anak sungai. Sebagian tetap memaksa mengayuh sepeda, menerjang arus air sungai setinggi paha. Selebihnya memikul sepedanya masing-masing. “Saya lupa, ternyata handphone saya di saku celana. Basah semua. Rusak deh..” ujar Sanuri, goweser dari BBS yang bergabung di Hobic pimpinan Dr. Aspian Noor Arbain SpOG.

Ada pun tantangan yang jarang ditemukan di Kaltim, yaitu ketika melintasi jembatan gantung seperti canopy bridge di Bukit Bangkirai. Jembatan sepanjang 40 meter yang menghubungkan dua desa itu satu-satunya jalur yang dipergunakan warga sekitar. 


Undangan panitia cross country
Jembatan berlandasan papan ini tentu didesain bukan untuk beban berat. Ketika ratusan goweser memadat saling mendahului di badan jembatan selebar dua meteran itu, jembatan berayun-ayun ke kiri dan kanan. Membuat keder. Benar-benar mengkhawatirkan. Akhirnya diatur harus melintasi satu persatu, antre-lah. “Pelan-pelan saja, yang penting aman,” kata Herson Acun dari Aquatic 128.

Begitu juga saat penggila MTB ini melintasi single track di pematang yang lebarnya sekira 40 sentimeter. Kalau tidak konsentrasi bisa tercebur ke tambak. Tak sedikit peserta terpaksa tuntunbike di jalur ini. Selain letih, menghindari terperosok ke tambak. Pilihan terbaik.

Sekalipun rute yang dilintasi tidak “seganas” jambore sepeda gunung yang biasa digeber di Kaltim, namun trek Tabalong yang mayoritas terpayungi pepohonan diakui cukup menyenangkan. Cross country kali ini tidak bersifat kompetisi, namun goweser Balikpapan menjadikannya ajang uji endurance menggilas trek offroad dengan memimpin iring-iringan untuk menyelesaikan rute puluhan kilometer tersebut, khususnya komunitas dari Mud-hogs (MH) yang digawangi Arbain. Di rombongan ini ada juga goweser senior Jack Baronet, Syaiful, dan Julak Yayan.


Pagi-pagi mejeng bareng di depan Hotel Aston Tabalong
Goweser Firman Hidayat dan Jonish dari MH melesat cepat hingga ke finish dalam waktu hampir dua jam. Tangguhnya, Firman yang juga atlet peraih Perak di Porprov Kaltim 2014 ini juga memancal sepedanya dari Balikpapan menuju Tabalong.

Menurut panitia, rute yang ditempuh peserta mencapai 49 km. “Tapi menurut catatan di sepeda saya hanya sekitar 42,3 kilometer,” ujar Ali Rofiin. Apapun-lah, yang penting cross country kali ini meninggalkan kesan positif. Apalagi pendaftarannya gratis-tis.

Sampai di Pendopo peserta disambut hiburan musik, serta pembagian doorprize yang berlangsung hingga pukul empat sore. Hadiahnya ada dua sepeda motor, lemari es, TV dan puluhan sepeda gunung. Sebelum bendera start diangkat paginya, Bupati Tabalong H Anang Syakhfiani juga hadir di antara ribuan penunggang sapida tinjak untuk memberikan semangat tamu-tamu di bumi sarbakawa. (*)