Selasa, 06 November 2012

Belum Terlambat ke Ambalat


Ambalat yang tak kalah indah
Pohon-pohon mangrove yang eksotik tetap berdiri tegar diterjang gerah gelombang laut. Ia menahan dorongan angin selatan. Sebagian rantingnya kering dan patah menjuntai ke bawah, mencium bulir-bulir putih pecahan ombak. Ada semi di cabang-cabangnya. Pertanda tetap tumbuh meski akarnya kian tenggerus, dijilat abrasi bibir pantai.  Begitulah gambaran sudut bingkai pemandangan Pantai Ambalat. Di sana ada rasa damai berselimut sepi.

Plang nama Pantai Ambalat
Ini adalah perjalanan saya bergowes sambil wisata ke wilayah paling ujung timur kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim). Namanya Pantai Ambalat. Nama ini mirip dengan perairan Ambalat (Ambang Batas Laut) di utara Kaltim yang sekian tahun silam pernah diklaim  oleh negara tetangga Malaysia. Meskipun secara teritorial wilayah ini masuk dalam pelukan NKRI.

Nama Ambalat yang ada di timur Balikpapan ini singkatan dari Kelurahan Amborawang Laut. Pantai wisata ini masuk wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara (Kukar), meskipun secara jarak lebih dekat  Balikpapan dibanding ibukota Kukar Tenggarong. Plang nama Pantai Wisata Ambalat hanya beberapa langkah dengan tanda perbatasan Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kertanegara. 

Jalan yang sepi
Yang pasti, penduduk di sekitar lebih tertarik untuk berbelanja memenuhi kebutuhan sehari-harinya ke Balikpapan. Ambalat bertetangga dengan Kelurahan Gunung Tembak, Kacamatan Balikpapan Timur, yang  tersohor dengan Pondok Pesantren Hidayatullah.

Kantor lurah Ambalat
Berapa jarak Pantai Ambalat dari pusat kota Balikpapan? Saya belum menghitungnya. Namun bila mengambil ancang-ancang bersepeda dari Balikpapan Sport and Convention Center (Dome) di Jl Ruhuy Rahayu, jaraknya sekira 32 km. Bila dari arah Balikpapan menuju Kecamatan Samboja Kabupaten Kertanegara, Pantai Ambalat berada di sebelah kanan Jl. Mulawarman.

Bergowesria ke Pantai Ambalat sungguh menyenangkan. Meskipun secara jarak relatif lumayan jauh, namun sepanjang perjalanan mata bebas memandang hijau perkebunan penduduk, sawah petani, sungai, pantai, bukit, dan hewan-hewan ternak. Suasana yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan kesibukan kota yang hiruk-pikuk. Sekali lagi: so pasti sungguh menyenangkan.

Pintu masuk menuju pantai
Sekadar saran, bila ingin bergowes ke Pantai Ambalat sebaiknya pagi. Atau pagi-pagi sekali. Lebih asyik bila subuh menjelang pagi. Begitu tiba di Ambalat, kita akan menikmati pemandangan yang lumayan eksotik. Mendapati surya terbit dari timur. Inilah potret keindahan alam yang mencerminkan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh, ada rasa syukur merebak.

Bersepeda ke Ambalat sebaiknya gak perlu ngotot, nyantai-nyantai saja. Yang penting sampai ke tempat tujuan. Trek yang ditempuh juga tak kelewat rumit. Jalannya lempeng-lempeng aja. 

Walaupun ada jalan tanjakan saat berada dekat Pesantren Hidayatullah, namun bukan menjadi hambatan yang berarti. Capek? Ya pasti. Namun rasa itu tertepis oleh harapan yang berbunga-bunga untuk segera bermain di pasir putih Ambalat, dan berlari-lari kecil lalu berkecipak air di pantai yang landai. Hamparan pasir yang lengang, mendorong hasrat mata bebas memandang garis horizontal laut, yang tampak erat tak terpisahkan dengan garis langit biru mahaluas.
Perjalanan gowes yang menyenangkan

Rasa lega mulai menyapa ketika berada di pintu masuk Pantai Ambalat, yang berada di sisi kanan Jl Mulawarman. Di plang nama tersebut tertulis jaraknya kuranglebih 3 kilometer. Namun setelah melihat di ukuran tempuh yang ada di stang sepeda, jarak dari bibir jalan menuju Pantai Ambalat ini hampir enam kilometer. Oalah, mana yang benar ya? Atau spidometer sepeda saya yang error? Sebaiknya hal sepele ini tak perlu dipersoalkan.

Ada hutan cemara di Ambalat
Saat menggenjot pedal sepeda menuju ke arah pantai, suasana sepi menyambut rasa damai. Pagi itu penduduk yang ada di kiri kanan jalan belum melakukan aktivitas berarti. Apa mungkin karena libur hari Minggu? Jadi leyeh-leyeh. Selintas di jalan cor-coran semen itu, melewati tanda batas Kelurahan Solok Api Laut, dan Solok Api Darat.  Menuju ke arah pantai kita mesti melintas di depan kantor Kelurahan Amborawang Laut, dan Puskesmas Pembantu, serta SMP Negeri 3 Samboja.

Pondok-pondok penjaja makanan
Di pantai Ambalat ini banyak pohon cemara, bakau, nipah, waru dan tanaman khas pesisir pantai lainnya. Harus diakui, pemandangannya indah. Dan jujur, ini kali pertama saya ke Pantai Ambalat. Boleh dibilang agak terlambat. Tapi gak apalah, dari pada tidak pernah sama sekali. Bener ga sih?

Pengunjung tempat rekreasi ini memang tak seramai di Pantai Wisata Manggar Segarasari, atau Pantai Wisata Lamaru yang benar-benar dikelola secara profesional. Namun keelokan pantai Ambalat juga  tak kalah. Sayangnya, disini belum tersedia fasilitas wisata yang lengkap untuk masyarakat. Namun tetap ada beberapa pondok penjaja makanan dan minuman. 
''Pengunjung belum ramai kalau pagi. Agak sianganlah, baru ada yang datang kesini,'' ujar salah seorang ibu penjaja makanan di pantai tersebut. Yang ia jual sekadar makanan ringan, dan minuman kemasan. 

Pantai luas dan bebas
Tidak menutup kemungkinan, ke depannya Pantai Ambalat menjadi salah satu obyek wisata andalan yang dimiliki oleh Kabupaten Kutai Kertanegara, selain Pulau Kumala. Kita tunggu saja gebrakan pemkabnya yang kini dipimpin oleh Bupati Rita Widyasari.

Bunga Bakau
Saat berada di pantai saya berjumpa dengan rombongan touring kendaraan sport roda empat. Bila memperhatikan plat nomor polisinya sejumlah mobil ini adalah kendaraan  dari Kutai Kertanegara, atau Tenggarong. Mereka terkesan menikmati perjalanan tersebut.

Saya punya ide, suatu saat akan menggelar event Gowes Wisata ke Pantai Ambalat. Beberapa kawan di komunitas sepeda ada yang setuju. Start-nya di pusat kota, dan finish di Pantai Wisata Ambalat. Sampai di garis akhir ini peserta akan dijamu dengan santapan khas, seperti barbeque. Jangan ketinggalan es kelapa muda-nya. Ada yang setuju? Kalau ya, acungkan jempol dong. Siplah kalau begitu. (*)
Potret romantisme pantai Ambalat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar