Poros jalan dua jalur ke TPK |
Pelabuhan
Terminal Peti Kemas Kariangau. Tempat inilah yang belum lama diresmikan oleh
Presiden SBY. Berada di wilayah Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan
Barat, provinsi Kalimantan Timur. Jaraknya hanya sekitar 30 Km dari kota Balikpapan.
Ada apa disana? Ya, tumpukan peti kemas.
Bersepeda
menuju pelabuhan Terminal Peti Kemas (TPK) Kariangau bukanlah pilihan yang pas
untuk sekadar bergowes di hari libur. Ini karena dorongan rasa penasaran,
sehingga rute ke sana ditempuh juga. Sebelumnya saya memang sudah menjadwalkan
rute ini, namun belum menentukan waktu yang pas.
Minggu pagi
itu sebenarnya berhasrat untuk mengikuti kawan-kawan di komunitas Blue Bike Community (BBC) untuk menjajal
rute offroad yang akan dilintasi
peserta event Jambore Sepeda Nasional (Bike for Orangutan) yang diselenggarakan
oleh Hotel Le Grandeur dan Kaltim Post, 11 November 2012. Namun ujicoba rute gagal,
lantaran miss-communication.
Di perempatan jalan tol menuju TPK |
Mencoba rute
tersebut sedianya dijadwal Sabtu pagi. Karena cuaca tak mendukung, hujan,
akhirnya acara di-delay keesokannya.
Lewat Blackberry Masanger (BBM) janjian Minggu pagi pukul 7.00 ngumpul di
parkiran Le Grandeur (elje) dengan Mas Okky, penggowes berbadan gempal dari
Kaltim Post yang rajin menjadi panitia event-event gowes di Balikpapan.
Namun karena
salah persepsi, dan BBM delay melulu,
rombongan dari BBC justru sepakat start
di perumahan Wika, Jl MT Haryono untuk menjajal rute Jambore Sepeda Adventure
tersebut. Akhirnya, saya pun tertinggal. Gigit jari deh. Padahal sudah
siap-siap dengan MTB fulsus. Tapi tak mengapa, jadwal gowes Minggu pagi itu
langsung saya arahkan ke rute baru; Pelabuhan Terminal Peti Kemas Kariangau. Jauh?
Ya, memang. Yang penting hati senang.
Jembatan menuju terminal |
Menuju
Pelabuhan Peti Kemas Kariangau ini perlu banyak bekal, terutama air. Khawatir
dehidrasi. Medan trek biasa-biasa saja, namun karena cuaca pagi itu cerah,
sinar matahari serasa menembus pori-pori kulit. Peluh tak henti-henti menetes.
Melintas di depan danau kuning |
Jalan ke TPK
ini sebelah kiri dari poros jalan
Soekarno-Hatta, Km 13, arah menuju Samarinda. Jarak dari perempatan pembangunan
jalan tol ini kurang lebih 14 km. Bukan jalan aspal, melainkan semen cor-coran
padat. Di kawasan ini sedang tumbuh berkembang menjadi Kawasan Industri
Kariangau (KIK). Beberapa lahan kosong tampak sudah berdiri bangunan workshop dan pergudangan milik swasta.
Lima tahun
lalu, saya pernah melintasi jalan ini dengan sepeda motor untuk menuju
pembangunan Jembatan Pulau Balang, yang menghubungkan antara Kabupaten Penajam
Paser Utara (PPU) dan Kota Balikpapan. Jalannya belum sempurna, masih dalam
tahap pengerasan.
Sayangnya, proyek jembatan yang diperkirakan menelan anggaran Rp 1,5 triliun tersebut belum kunjung selesai. Pulau Balang ini menjadi titik penghubung ke dua kabupaten kota tersebut.
Sayangnya, proyek jembatan yang diperkirakan menelan anggaran Rp 1,5 triliun tersebut belum kunjung selesai. Pulau Balang ini menjadi titik penghubung ke dua kabupaten kota tersebut.
Pembangunan
jembatan trans Kaltim-Kalsel ini selentingannya juga masih terganjal pembebasan
lahan. Dan belum lama, Pulau Balang dan Pulau Kwangan di sebelahnya diklaim
kepemilikannya oleh salah seorang warga yang mengaku ahli waris. Kedua pulau
akan dijual Rp 50 miliar. Uih…
Truk yang tergelincir |
Ada yang
berbeda bila bergowes ke TPK ini. Kita akan ditemani suara deru kendaraan
berbadan besar, seperti dump truck, tronton,
trailer truck, dan kendaraan angkut sejenis truk-truk gajah. Karena bebas
hambatan, beberapa sopir ada yang memacu kencang kendaraannya. Yang tak bisa
terhindarkan adalah: debu jalanan. Seandainya ingin gowes kembali di rute ini,
sebaiknya membawa masker penutup hidung.
Bila truk
melintas dari depan, saya memperlambat kayuh sepeda. Bahkan beberapa kali harus
berhenti dan menepi di pinggir jalan yang sepi bila iring-iringan truk-truk
gajah melintas. Maksudnya pilih aman sajalah. Tanpa kompromi mereka melaju
begitu saja, wes…wes…wess. Waduhhh.
Meskipun sepi harus tetap semangat |
Sepanjang kiri
kanan jalan menuju pelabuhan ini hanyalah perkebunan rakyat dan hutan hijau membentang.
Kalau pun ada rumah penduduk, tapi tak sepadat yang diperkirakan. Beberapa
bangunan perusahaan penunjang jasa migas berdiri di kawasan ini.
Saya membayangkan, bila malam jalan ini gelap gulita lantaran penerangan jalan yang belum sempurna dan merata. Namun minggu pagi itu, sejumlah petugas tampak sedang memasang tiang untuk instalasi penerangan jalan.
Saya membayangkan, bila malam jalan ini gelap gulita lantaran penerangan jalan yang belum sempurna dan merata. Namun minggu pagi itu, sejumlah petugas tampak sedang memasang tiang untuk instalasi penerangan jalan.
Ini pelabuhan TPK dengan dua menara cran |
bergowesria. Itu pendapat saya. Sesampai di terminal peti kemas yang didapatkan hanyalah pemandangan tumpukan container dengan berbagai ukuran, cran serta kendaraan berat. Itu saja.
Selebihnya bentangan hutan mangrove, dan pemandangan Teluk Balikpapan. Menuju ke TPK juga mesti melewati jembatan. Di kawasan ini pun terdapat dua telaga alam, yang mungkin bisa dijadikan bendungan pengendali.
Meskipun
pemandangan alam di TPK tak indah-indah amat, setidaknya rute ke sana sudah
terpenuhi. Biar gak penasaran.
Soalnya, tempat ini heboh banget diberitakan media lantaran diresmikan oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu 24 Oktober 2012 lalu.
Presiden SBY saat
bersamaan juga meresmikan ground breaking
beberapa proyek masterplan percepatan
dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang diprogramkan provinsi Kaltim. Proyek
yang diresmikan itu antara lain Bandar Udara Kalimaru Berau, Terminal Bandara
Sepinggan Balikpapan, PT Pupuk Kaltim 5, Bandar Udara Samarinda Baru, Kawasan
Industri dan Pelabuhan Internasional Maloy dan Proyek Jembatan Kembar
Samarinda.
Menurut
informasi yang saya baca, TPK yang melakukan ujicoba akhir Agustus 2012 ini
memiliki dermaga sepanjang 270 meter dengan kedalaman laut 14 meter. Kapasitas
bongkar muat di pelabuhan ini hingga 300 ribu TEUs. Apa itu? Singkatan dari twenty-foot equipment unit. Lahan pengembangan TKP seluas 72,5 hektare.
TPK dibangun lantaran kegiatan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Semayang sudah kian crowdet, dan disebut-sebut menjadi biang kemacetan arus lalu lintas di Jl Yos Sudarso.
Tumpukan container di TPK |
TPK saat sedang dibangun |
TPK dibangun lantaran kegiatan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Semayang sudah kian crowdet, dan disebut-sebut menjadi biang kemacetan arus lalu lintas di Jl Yos Sudarso.
Diharapkan prospek
pertumbuhan ekonomi di KIK ini terus berkembang. Menurut informasi masyarakat
sekitar, harga jual lahan di kawasan ini melambung dan disebut-sebut ada yang
di atas nilai jual objek pajak yang ditetapkan pemerintah kota Balikpapan. Weleh-weleh… (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar