Kamis, 08 November 2012

Sepi Menepi di Peti Kemas

Poros jalan dua jalur ke TPK

Pelabuhan Terminal Peti Kemas Kariangau. Tempat inilah yang belum lama diresmikan oleh Presiden SBY. Berada di wilayah Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat, provinsi Kalimantan Timur. Jaraknya hanya sekitar 30 Km dari kota Balikpapan. Ada apa disana? Ya, tumpukan peti kemas.

Bersepeda menuju pelabuhan Terminal Peti Kemas (TPK) Kariangau bukanlah pilihan yang pas untuk sekadar bergowes di hari libur. Ini karena dorongan rasa penasaran, sehingga rute ke sana ditempuh juga. Sebelumnya saya memang sudah menjadwalkan rute ini, namun belum menentukan waktu yang pas.

Di perempatan jalan tol menuju TPK
 Minggu pagi itu sebenarnya berhasrat untuk mengikuti kawan-kawan di komunitas Blue Bike Community (BBC) untuk menjajal rute offroad yang akan dilintasi peserta event Jambore Sepeda Nasional (Bike for Orangutan) yang diselenggarakan oleh Hotel Le Grandeur dan Kaltim Post, 11 November 2012. Namun ujicoba rute gagal, lantaran miss-communication.
Mencoba rute tersebut sedianya dijadwal Sabtu pagi. Karena cuaca tak mendukung, hujan, akhirnya acara di-delay keesokannya. Lewat Blackberry Masanger (BBM) janjian Minggu pagi pukul 7.00 ngumpul di parkiran Le Grandeur (elje) dengan Mas Okky, penggowes berbadan gempal dari Kaltim Post yang rajin menjadi panitia event-event gowes di Balikpapan. 

Jembatan menuju terminal
 Namun karena salah persepsi, dan BBM delay melulu, rombongan dari BBC justru sepakat start di perumahan Wika, Jl MT Haryono untuk menjajal rute Jambore Sepeda Adventure tersebut. Akhirnya, saya pun tertinggal. Gigit jari deh. Padahal sudah siap-siap dengan MTB fulsus. Tapi tak mengapa, jadwal gowes Minggu pagi itu langsung saya arahkan ke rute baru; Pelabuhan Terminal Peti Kemas Kariangau. Jauh? Ya, memang. Yang penting hati senang.
Menuju Pelabuhan Peti Kemas Kariangau ini perlu banyak bekal, terutama air. Khawatir dehidrasi. Medan trek biasa-biasa saja, namun karena cuaca pagi itu cerah, sinar matahari serasa menembus pori-pori kulit. Peluh tak henti-henti menetes.
Melintas di depan danau kuning
Jalan ke TPK  ini sebelah kiri dari poros jalan Soekarno-Hatta, Km 13, arah menuju Samarinda. Jarak dari perempatan pembangunan jalan tol ini kurang lebih 14 km. Bukan jalan aspal, melainkan semen cor-coran padat. Di kawasan ini sedang tumbuh berkembang menjadi Kawasan Industri Kariangau (KIK). Beberapa lahan kosong tampak sudah berdiri bangunan workshop dan pergudangan milik swasta.
Lima tahun lalu, saya pernah melintasi jalan ini dengan sepeda motor untuk menuju pembangunan Jembatan Pulau Balang, yang menghubungkan antara Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kota Balikpapan. Jalannya belum sempurna, masih dalam tahap pengerasan. 

Sayangnya, proyek jembatan yang diperkirakan menelan anggaran Rp 1,5 triliun tersebut belum kunjung selesai.  Pulau Balang ini menjadi titik penghubung ke dua kabupaten kota tersebut.
Pembangunan jembatan trans Kaltim-Kalsel ini selentingannya juga masih terganjal pembebasan lahan. Dan belum lama, Pulau Balang dan Pulau Kwangan di sebelahnya diklaim kepemilikannya oleh salah seorang warga yang mengaku ahli waris. Kedua pulau akan dijual Rp 50 miliar. Uih…
Truk yang tergelincir
Ada yang berbeda bila bergowes ke TPK ini. Kita akan ditemani suara deru kendaraan berbadan besar, seperti dump truck, tronton, trailer truck, dan kendaraan angkut sejenis truk-truk gajah. Karena bebas hambatan, beberapa sopir ada yang memacu kencang kendaraannya. Yang tak bisa terhindarkan adalah: debu jalanan. Seandainya ingin gowes kembali di rute ini, sebaiknya membawa masker penutup hidung.
Bila truk melintas dari depan, saya memperlambat kayuh sepeda. Bahkan beberapa kali harus berhenti dan menepi di pinggir jalan yang sepi bila iring-iringan truk-truk gajah melintas. Maksudnya pilih aman sajalah. Tanpa kompromi mereka melaju begitu saja, wes…wes…wess. Waduhhh.
Meskipun sepi harus tetap semangat
Mestinya sopir truk-truk besar ini juga memberikan tolerasi kepada pengguna jalan lainnya. Dan hati-hati, ada beberapa kawasan di jalan ini belum sempurna, lagi pula licin. Kalau tidak ekstra hati-hati juga bisa membawa masalah. Pagi itu saya mendapati salah satu truk kargo terperosok lantaran salah jalur. Nah, apakan?
Sepanjang kiri kanan jalan menuju pelabuhan ini hanyalah perkebunan rakyat dan hutan hijau membentang. Kalau pun ada rumah penduduk, tapi tak sepadat yang diperkirakan. Beberapa bangunan perusahaan penunjang jasa migas berdiri di kawasan ini.   

Saya membayangkan, bila malam jalan ini gelap gulita lantaran penerangan jalan yang belum sempurna dan merata. Namun minggu pagi itu, sejumlah petugas tampak sedang memasang tiang untuk instalasi penerangan jalan.
Ini pelabuhan TPK dengan dua menara cran
Belum ada keelokan bernilai wisata yang bisa memanjakan mata memandang di sepanjang jalan ini. Rute tersebut memang tak cocok untuk 
bergowesria. Itu pendapat saya. Sesampai di terminal peti kemas yang didapatkan hanyalah pemandangan tumpukan container dengan berbagai ukuran, cran serta kendaraan berat. Itu saja. 

Selebihnya bentangan hutan mangrove, dan pemandangan Teluk Balikpapan. Menuju ke TPK juga mesti melewati jembatan. Di kawasan ini pun terdapat dua telaga alam, yang mungkin bisa dijadikan bendungan pengendali.
Meskipun pemandangan alam di TPK tak indah-indah amat, setidaknya rute ke sana sudah terpenuhi. Biar gak penasaran. Soalnya, tempat ini heboh banget diberitakan media lantaran diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu 24 Oktober 2012 lalu. 
Tumpukan container di TPK
Presiden SBY saat bersamaan juga meresmikan ground breaking beberapa proyek masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang diprogramkan provinsi Kaltim. Proyek yang diresmikan itu antara lain Bandar Udara Kalimaru Berau, Terminal Bandara Sepinggan Balikpapan, PT Pupuk Kaltim 5, Bandar Udara Samarinda Baru, Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional Maloy dan Proyek Jembatan Kembar Samarinda.

TPK saat sedang dibangun
 Menurut informasi yang saya baca, TPK yang melakukan ujicoba akhir Agustus 2012 ini memiliki dermaga sepanjang 270 meter dengan kedalaman laut 14 meter. Kapasitas bongkar muat di pelabuhan ini hingga 300 ribu TEUs. Apa itu? Singkatan dari twenty-foot equipment unit. Lahan pengembangan TKP seluas 72,5 hektare. 

TPK dibangun lantaran kegiatan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Semayang sudah kian crowdet, dan disebut-sebut menjadi biang kemacetan arus lalu lintas di Jl Yos Sudarso.
Diharapkan prospek pertumbuhan ekonomi di KIK ini terus berkembang. Menurut informasi masyarakat sekitar, harga jual lahan di kawasan ini melambung dan disebut-sebut ada yang di atas nilai jual objek pajak yang ditetapkan pemerintah kota Balikpapan. Weleh-weleh… (*)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar