Selasa, 13 November 2012

Mengukur Jalur Panas di Jamnas


Walikota mengangkat bendera start
Para goweser sejati pecinta offroad berkumpul lagi di event bertajuk Jambore Sepeda Nasional 2012 (Bike for Orangutan). Menggilas trek sepanjang 32 kilometer, penggila sepeda gunung ini mendapat tantangan dasyat. Menerobos hutan Kota Balikpapan, dan menggelinding di jalur onroad dengan beberapa medan tanjakan yang tak kenal kompromi.

Minggu pagi pukul 7.00 Wita tanggal 11 November ratusan pecinta gowes berkumpul di pelataran Hotel Le Grandeur di Jl Jenderal Sudirman. Mereka bersiap-siap menjajal kemampuan, menguji mental dan memancing andrenalin serta mengendalikan insting alam liar. 

Rute panas Jambore Nasional
Mereka datang dari berbagai kota, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Bandung, Banjarmasin, Tarakan, Bontang, Samarinda, Sangatta, Sendawar, Melak, Samboja, Penajam Paser Utara, Tanah Grogot, dan terbanyak peserta dari tuan rumah Balikpapan. Hampir seribu peserta unjuk gigi di event tahunan garapan Hotel Le Grandeur dan Kaltim Post ini. Dan ini sudah kali keempat.

Sebelum bendera start diangkat oleh Walikota Balikpapan H Rizal Effendi SE, pegiat sepeda ini lebih dulu melakukan pemasan senam pagi dipandu instruktur dari Daily Studio. Beberapa saat sebelumnya dijamu sarapan pagi, ubi rebus, singkong, teh dan kopi. Lumayan untuk menghangatkan badan. Kegiatan yang bukan bersifat kompetisi ini juga menyediakan iming-iming hadiah lewat pengundian doorprize.

Peserta memadat di Jl MT Haryono
Ada dua rute tersaji. Yaitu rute VIP hanya sepanjang dua kilometer lebih yang diikuti undangan para pejabat, dan original route, yaitu sepanjang 32 kilometer. Seperti biasa, begitu bendera diangkat para goweser langsung tancap gas. Ada yang sprint, medium speed, dan nyantai-nyantai saja. Waktu yang diestimasikan panitia selama 150 menit. Saya mau coba-coba begaya jadi sprinter bersama rekan-rekan komunitas MTB pecinta alam liar lainnya.
Blue Sky Community nyantai saja

Kenapa sprint? Karena khawatir apabila memacu sepeda medium speed akan terjebak dengan iring-iringan yang memadat. Sementara rute yang dijajaki kelak banyak yang single track. Dan benar, peserta medium speed terjebak dengan pemandangan antrean. Baik untuk medan downhill maupun pun trek uphill. Terjadi penumpukan goweser yang cukup menelan waktu. Berjalan pelan menurun sambil menuntun sepeda. Harus sabar. Lumayan untuk coollingdown.  
Namun bejubelnya peserta dalam satu trek ini, justru membuat suasana silaturahmi kian terasa. Ada rasa kebersamaan.

Mulai disambut aroma tak sedap
 Ini sangat berbeda dengan goweser yang menjajal sprint. Skill individu benar-benar teruji. Bahkan jarak antara peserta satu dan peserta lainnya yang memimpin di depan, relatif cukup jauh. Bisa sepuluh sampai 15 meter. Bila terjadi stag, niscaya akan semakin tertinggal jauh. Dan benar ini saya rasakan, begitu terpental di tengah hutan kota lantaran out off control, maka tertinggal sekian menit. Segera bangkit dan genjot lagi, meski nafas di ubun-ubun seperti tinggal sejengkal lagi. Ngos-ngosan dan mencoba mengusir rasa panik.

Kalau dibandingkan antara rute onroad dan offroad, lebih banyak rute offroad-nya. Perkiraan saya berkisar 60 : 40 persen. Mudah-mudahan gak meleset. Sebagian trek juga dikategorikan crosscountry, masuk keluar kampung. Penggowes juga sempat mencicipi beberapa jalur macadam yang bebatuan.

Tak ada pilihan selain mendorong
Rute yang dilintasi iring-iringan pesepeda ini adalah Jl MT Haryono, Jl Makmur, kemudian crosscountry menuju Gunung Cinta, tembus ke Jl Beler. Sayangnya di tantangan awal ini peserta sempat mendapat sajian yang kurang sedap. Yaitu aroma sampah. Di tengah nafas yang terengah-engah penggowes justru menghirup udara tak segar. Sebaiknya rute ini tak mesti dilintasi peserta.

Jalan turun pun harus antre
Setelah itu menuju kawasan Sungai Ampal dan tembus kompleks Perumahan Balikpapan Baru, kemudian menelusuri trek offroad menuju kawasan Straat Tiga dan meluncur ke arah Jl Indrakilla. Sebagian peserta menuntun sepeda, dan selebihnya memaksa tanjakan. Persis di pertigaan Rumah Ulin (eks Kantor Pajak), para peserta diberi kesempatan jeda sejenak untuk membasahi tenggorokan. Beberapa peserta merenggangkan otot di etape pertama ini. Panitia juga memberikan kelonggaran bagi peserta yang tak mampu, boleh langsung kembali ke garis finish menelusuri Jl MT Haryono.
Aksi pikul sepeda ketika masuk hutan kota

Dari pertigaan Jl Indrakilla-MT Haryono inilah awalmula andrenalin para goweser diuji. Pasalnya, rute yang akan dilintasi adalah hutan kota yang berada di belakang RSU Kanujoso Djatiwibowo. Dari titik awal jalur merah ini, peserta sudah harus mengangkat sepeda masing-masing menuruni anak tangga. Tak ada pilihan. Dari sinilah kemampuan individu peserta mulai teruji. Sebab, sepanjang rute hutan ini adalah single track, jadi tidak mungkin para peserta jalan secara bergerombol. Apalagi disambut trek dengan slop kira-kira 30 derajat. Diperkirakan di dalam hutan ini masih ada binatang berbahaya, semisal ular.
Hujan sehari sebelumnya yang membasahi kota Balikpapan, sedikitnya ikut berpengaruh. Medan di tengah hutan yang dilintasi sedikit basah. Arah jalan dari seperempat rute ini dipandu oleh personel TNI dari Yonif 600 Rider, terutama pada jalur-jalur yang berat. Selebihnya, para goweser dilepas mengikuti tanda arah dan serpihan kertas sebagai petunjuk.
Ekspatriat tak mau ketinggalan adu nyali

Meski sudah ada pemandu dan tanda, masih ada saja peserta yang tersesat. Dan itu dialami rekan dari Blue Bike Community (BBC). ‘’Waktu ujicoba rute minggu lalu, setahu saya jalur itu yang benar. Eh ternyata berubah dan keliru. Saya dan beberapa teman harus mendorong sepeda berbalik arah,’’ ujar Umar Baki dari BBC. Meski sempat tersesat, Umar dkk mampu menyelesaikan rute hingga etape terakhir.

Keluar masuk hutan
 Gowes kali ini memang menjajal rute-rute mengasyikkan, seperti menerobos padang ilalang, hutan safana, hingga mini belantara yang nyaris tak tembus sinar matahari, serta bukit terjal dengan sejumlah drop off. Penggila offroad juga harus mencicipi jalur road climbs yang memaksa harus mendorong sepeda ke atas bukit, kemudian melewati beberapa anak sungai. Sepeda tak bisa dipancal, tapi harus dipikul, lantaran jembatan dengan tiga batang bambu yang dibuat panitia cukup rawan bisa dilintasi dengan sepeda. 
Belum lagi rintangan ranting dan batang pohon ukuran kecil yang membentang di depan jalan. Kalau tidak ekstra hati-hati kepala pesepeda bisa menyentuhnya. Ada juga akar rotan muda merintang di tengah jalan, yang sempat terkait di ban dan rantai sepeda sebagian peserta. Cukup menghambat.

Sepintas saya perhatikan, banyak penggowes dengan MTB fulsus yang justru lebih aman saat melewati jalur-jalur ekstrem ini. Terutama pada rute semi all mountain. Performa endurance jenis MTB ini rata-rata lumayan baik di medan hutan kecil tersebut.

Selama menjelajah trek turun naik di antara pepohonan ini tak sedikit peserta yang kelelahan dan harus terpisah dengan komunitasnya. Selain daya tahan fisik menurun, ada peserta dari komunitas MTB Samarinda yang pingsan. Ia harus segera dievakuasi oleh tim sweeper. Salah satu pesepeda putri dari Rabu Gaul Community juga nyaris pingsan. 

Lega keluar dari trek hutan
Di etape kedua ini enerji peserta benar-benar terkuras. Bahkan ada peserta diserang rasa frustasi, enggan melanjutkan etape. Tapi apa daya? Sudah kadung di tengah hutan, sangat sulit untuk kembali ke jalur onroad. Hanya ada satu pilihan, yaitu meneruskan perjalanan jalur serba hijau  ini hingga ke pemukiman warga di Jl Tumaritis. Disini peserta disambut panitia dengan minuman orange dan buah segar semangka. Lumayan untuk menambah stamina dan coollingdown.
Saya hanya memanfaatkan waktu jeda ini sekitar setengah menit untuk menambah bekal air putih. Selain hemat waktu,  pada etape ketiga on road di Jl MT Haryono juga sangat membutuhkan air untuk menghindari dehidrasi. Beberapa trek roller-coaster, yaitu tanjakan kemudian disambut jalan menurun harus dilewati peserta di Jl MT Haryono hingga Jl Syarifuddin Yoes. Rute agak mendingan ketika masuk ke  Jl Kutilang hingga tembus ke Jl MT Haryono Dalam. Sebagian peserta juga memilih rehat sejenak setelah menaklukkan beberapa tanjakan ini. Mengulur-ulur waktu hingga ke garis finish.
Meskipun tak memanfaatkan waktu jeda, ada rasa lega ketika posisi sudah berada di pertigaan Jl MT Haryono-Jl Jenderal Sudirman. Sebab, sekitar 600 meter gerbang finish menyambut dengan terbuka . Rasa letih terkubur oleh rasa bahagia. Saya bersyukur bisa mengaspalkan roda sepeda di garis finish berbarengan dengan salah seorang goweser dari komunitas MTB Bontang, untuk menyusul tim dari Monster Community yang lebih dulu berkibar di garis akhir. Tuntas sudah penjelajahan Jambore Sepeda Nasional 2012, Bike for Orangutan ini. Sesampai di finish peserta disambut hiburan musik dari Be-Think Entertainment yang dipandu MC Ririn Muji.

Satu persatu peserta sampai ke tujuan akhir. Ada yang sendiri karena terpisah dengan komunitasnya, ada juga yang tetap kompak masuk ke garis finish meskipun jumlahnya tak utuh. Dapat disebut, hampir seluruh peserta berwajah letih.
Perhelatan sepeda akbar ini rampung hingga siang. Panitia juga menjemput para goweser yang terganjal di lapangan, dengan bantuan armada dari Lanal Balikpapan. Tak semua peserta berhasil menaklukkan jalur panas ini. Karenanya panitia melibatkan para pegiat motocross sebagai sweeper bagi peserta yang mengalami kendala. 

Seremoni pengumpulan dana untuk orangutan
Selain diikuti pecinta sepeda dari berbagai kota, jamnas tersebut juga menarik minat ekspatriat,  termasuk mantan pembalap nasional Alif Yuvana yang ikut berbaur meramaikan acara.
Meskipun event ini bukan kategori kompetisi, tapi saya cukup puas bisa menyelesaikan rute challenge dengan waktu di bawah estimasi panitia. Dan alhamdulillah, pulang membawa hadiah sepeda gunung Poligon dari undian doorprize
 Tengkyu banget buat tim dari Hidup Baru (Pandansari) yang sudah membantu menyetingkan MTB fulsus saya. Lumayan untuk offroad.

Dari kegiatan ini panitia berhasil mengumpulkan dana Rp 15 juta untuk disumbangkan ke BOSF (Balikpapan Orangutan Society Foundation). Okey, sampai jumpa di rute menantang lainnya. Oh ya, tengkyu banget buat Mas Ambri dan Mas Okky atas foto-fotonya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar