Selasa, 26 Januari 2016

Nungging di Tabalong

Tabalong...kami datang…
Melahap trek offroad menantang sepanjang 50 Km. Asyik mendaki bukit, riang meniti setapak, semangat menerjang turunan berbatu, deg-degan melintas jembatan goyang, lalu hati-hati memikul sepeda menyeberangi sungai. Begitulah trek eksotik yang tak terlupakan.
Ngantre lewat jembatan

EVEN tahunan gowes cross county di bumi serbakawa Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, tak pernah sepi peminat. Ribuan pegowes unjuk gigi. Tahun 2014 lalu kami hadir memenuhi undangan, dan tahun 2015 Rabu Gowes Community (RGC) kembali setia ambil bagian.

Sayangnya, tak banyak goweser Kota Minyak berjibaku di trek-trek menantang di Kalsel itu, lantaran terkendala berbagai hal. Gelaran 20 Desember itu dianggap ‘’menghimpit’’ kesempatan untuk bertandang ke Tabalong. Sementara tahun 2014 lalu digeber 23 November.


Macet yang bikin bete
Lantaran alasan itu goweser dari Kaltim hanya bisa dihitung jari. Selain dari Balikpapan, Penajam Paser Utara, Tanah Grogot, juga dari Tenggarong. Dari Balikpapan ada RGC, Mudhog dan KTO. Di antara goweser ini ada tiga pelaga kompetisi MTB, seperti Julak Yayan dan Ridwan dari Balikpapan serta Irwansyah dari kota raja Tenggarong.

Rute yang ditempuh pun nyaris tak berbeda dengan cross country 2014 lalu. ‘’Hanya saja arahnya diputar balik,’’ ujar Bebet, goweser tambun dari RGC. Tahun 2014 lalu menempuh jarak 49 Km, sedangkan tahun 2015 menjadi 50 Km.

Jarak tempuh cross country tersebut disesuaikan dengan usia hari jadi Kabupaten Tabalong yang jatuh tanggal 1 Desember. Kabupaten dengan ibukota Tanjung ini jaraknya sekira 232 Km dari Banjarmasin. Dan bila ditempuh lewat darat dari Balikpapan lumayan lama. Bisa sampai delapan jam lantaran terkendala beberapa ruas jalan raya di sekitar perbatasan Kaltim yang rusak parah.


Jembatan hanya bisa dilewati 15 orang
Perhelatan sepeda di Tabalong itu sama seperti tahun 2014 dipusatkan di Lapangan Pendopo Bersinar Pembataan. Tetap memilah dua kategori, fun bike dan cross country. Iring-iringan sepeda gunung ini melewati Kelurahan Pembataan, Kelurahan Sulingan, Desa Tanta Hulu, Tanjung Selatan dan kembali ke Pendopo. Sementara trek cross country blusukan di perkebunan karet, Desa Masukau, Desa Kambitin dan berakhir di Lapangan Pendopo Bersinar.
Sensasi yang tak terlewatkan adalah ketika melewati jembatan gantung. Panitia mesti mengatur goweser melintas satu persatu. Sebagian memancal sepeda di jembatan yang bergoyang itu, selebihnya memilih menuntun sepeda.


Melintas sungai angkat sepeda
Iring-iringan peserta juga sempat stuck saat melintasi jembatan ulin yang hanya bisa dilewati maksimal 15 orang. Akhirnya antrean panjang membosankan tak terelakkan. Suasana tak berbeda juga ketika para peserta menyeberangi sungai.

Bagi goweser maniac yang pernah ambil bagian di cross country Tabalong 2014, tentu trek Desember 2014 lalu itu tak memberikan tantangan baru. ‘’Kalau bisa lintasan untuk tahun 2016 nanti diubah,” timpal Bebet.

Manfaatkan mencuci sepeda
Meskipun demikian kenyataannya, trek mengasikkan di Tabalong tetap menyimpan cerita. Akar-akar pohon karet yang menyembul di permukaan tanah basah yang miring, tetap menguji keterampilan goweser. Kalau tidak cermat roda sepeda bisa tergelincir. Sejumlah pegiat pun tampak ‘’menari-nari’’ di lintasan ini, kemudian terjerembab ke tanah. Perkebunan karet nan rindang ini banyak dimanfaatkan peserta untuk sekadar rehat memupus dahaga. Termasuk mengendurkan otot kaki saat berada di pos-pos panitia.

Hingga lewat tengah hari ratusan peserta baru mencapai garis finish. Panitia menyediakan lunch box untuk goweser.


Jembatan gantung bergoyang
Di sana rombongan RGC menginap di Aston Tanjung City. Hotel bintang yang letaknya di jalan Mabuun, Kecamatan Murung Pudak, dekat dengan tugu obor menyala Tanjung Puri Mabuun yang menjadi icon Tabalong.
Usai menguras tenaga di perhelatan sepeda gunung itu kami menyempatkan waktu untuk mencari jajanan di pasar Tungging menjelang petang. Pasar ini cukup  terkenal.

Kok namanya tungging? ‘’Kebetulan masyarakat disini kalau berbelanja ke pasar harus nunggung, atau jongkok. Karena penjualnya menghampar dagangannya di tikar atas tanah,” ujar Shania, srikandi RGC yang kebetulan pernah bermukim di Tabalong.

Saban akhir pekan pasar rakyat di Kecamatan Murung Pudak ini selalu ramai. Masyarakat disini biasa berbelanja pada hari Jumat. Mereka menyebut sebagai hari pasar. Sedangkan pada malam harinya ramai dikunjungi warga karena menyediakan bermacam wadai dan aneka kuliner tradisional. Kami menikmati soto banjar, sate itik, ontok-ontok, serabi dan marning, yakni singkong serut yang digoreng. Makanan khas ini gurih dan nikmat untuk jadi jajanan sore hari.

Kudapan Tabalong memang selalu menggugah selera. Sampai jumpa cross country tahun 2016. Kami menunggu undangan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar