Dua objek wisata; Batu Dinding dan Sumber Air Panas di Bukit
Merdeka Kecamatan Samboja Kutai Kertanegara menjadi titian trek Rabu Gowes
Community (RGC) Kaltim Post. Jarak tempuhnya relatif pendek, namun sungguh
menguras tenaga.
|
Lega di puncak Batu Dinding |
UNTUK menghemat tenaga menuju Batu
Dinding dan Sumber Air Panas, rombongan kecil RGC berjumlah 16 pegiat MTB (mountain bike) harus loading sepeda
dengan kendaraan roda empat. Berkumpul di parkiran Gedung Biru Km 3,5
Soekarno-Hatta Balikpapan dinihari pukul 04.00 Wita. Harapan kami sampai ke
puncakBatu Dinding pukul 5 pagi agar bisa menyaksikan sunrise, akhirnya pupus.
|
Narsis melulu |
Ada persoalan teknis
menghadang pada bracket sepeda. Utak-atik yang menyita waktu memaksa kami harus
berangkat pukul 6 pagi. Setiba di muster point Km 38 matahari pun sudah muncul.
Iring-iringan pegiat
sepeda meluncur di aspal sepanjang tujuh kilometer menuju pintu masuk ke
lintasan Batu Dinding di Km 45, Jalan Soekarno-Hatta arah Samarinda. Dari sini,
kurang lebih 8 Km lagi untuk menuju Batu Dinding.
|
Selalu regroup agar kompak |
Keberadaan objek wisata
tersebut sebenarnya sudah lama, namun baru belakangan ini mulai banyak
dikunjungi masyarakat. Ini dampak dari media sosial. Banyak pengunjung yang
berselfiria di sana, dan menyebut-nyebut Batu Dinding mirip Great Wall (Tembok
China) di Beijing.
Pengunjung bila ke Batu
Dinding harus rela berjalan kaki sekian kilometer, karena tak semua lintasan
bisa ditaklukkan kendaraan roda dua dan empat. Melantas medan panjang ini
diwarnai wajah pebukitan di antara hutan dan perkebunan lada, merica, buah naga
dan pepohonan karet milik warga. Ada juga huma membentang mata memandang.
|
Menuju lintasan ke Batu Dinding |
Jarak gowes kali ini
memang relatif pendek, tapi ada beberapa perlintasan berbukit yang membutuhkan
skill baik. Selain elevasi kemiringan lumayan curam, tanjakan yang tak bisa
ditawar-tawar itu sebagian permukaan tanahnya tak rata. Ada lubang-lubang bekas
gerusan air. Ini membahayakan goweser.
Harus ekstra hati-hati.
Kalau tidak, risiko pun menghadang. Dan benar, goweser Eko Wahyudi harus
berjumpalitan saat menaklukkan tanjakan. Traksi yang lemah membuat sepeda
kehilangan keseimbangan. Ini pun akibat letih, sehingga upaya reflek melepas cleat
sepatu pun gagal. Glundung deh.
|
Selalu ceria meski letih menghadang |
Begitu pula saat
melintasi turunan curam yang memerlukan penguasaan baik pada handlebar.
Gowesista Hanee terpaksa terguling dua kali. Tak masalah, hanya kaki yang
lecet-lecet. Segera diatasi dengan Betadin. Lalu gowes lagi. Perjalanan ke Batu
Dinding ini pun sempat diwarnai pecah ban. Untungnya cuaca bersahabat, tidak
hujan. Bila trek licin tentu lain lagi tantangannya.
Tiba di ‘’tekape’’
semua sepeda ditaruh di kaki bukit, kemudian goweser merayap ke atas. Sinar
surya pagi itu rambat mengganas ketika kami tiba di puncak Batu Dinding.
Kami disambut pesona
rimba hijau membentang. Batu Dinding seperti punggung kuda sepanjang 400an
meter ini lumayan eksotik. Kiri-kanannya terjal sekira 70an meter. Menguji
andrenalin. Sayangnya, batu-batuan alam itu sedikit tercoreng aksi vandalisme.
Kami foto narsis sebentar, lalu istirahat di kedai untuk memupuskan dehidrasi.
|
Memandu trek pendakian yang dilintasi |
Dari Batu Dinding ini
kami kembali menulusuri single track perpaduan tanah, batu laterit, dan cor-coran
semen menuju bibir jalan raya Km 39 Soekarno-Hatta arah Balikpapan. Masuk ke
arah kanan gerbang pemukiman warga RT 11 Kelurahan Bukit Merdeka. Tujuannya
Sumber Air Panas. Setelah melantas perkebunan warga, iring-iringan pesepeda
gunung ini kembali melahap single track untuk menerebas hutan.
Beberapa meter trek
hijau tidak bisa digowes. Selain berhadapan dengan anak sungai, drop off kecil, serta obstacle akar pohon, ada ranting-ranting
liar rotan yang berduri juga mengancam. Harus tetap hati-hati.
|
Jembatan darurat harus hati-hati |
Akhirnya lega juga kami
tiba di Sumber Air Panas. Setelah foto, rehat dan bercengkerama, leader Ashari
langsung memandu perjalanan yang cukup menantang. Menaklukkan medan pendakian
panjang di tengah hutan yang benar-benar sulit untuk dipancal. Pasalnya,
permukaan tanah yang tak rata itu dipenuhi batu kerikil dan dedaunan kering.
Bila digowes roda sepeda sering traksi, tenaga pun menjadi boros. Pilihannya
adalah ramai-ramai tuntunbike.
‘’Gak usah dipaksakan,
tuntun ajalah,” ujar Hasbi, goweser dari A-Team yang juga branch manager PT
Asuransi Takaful. Sementara rekannya Ary Djatikusuma yang juga owner Keraton
Furniture tetap menggowes meski perlahan. Begitu pun Kapten Jack dari Mudhog.
Owner New Baronet ini kekeh untuk tetap mendaki, sekalipun temponya kian
melambat.
|
Rehat di sumber air panas |
Medan offroad kali ini
benar-benar membuat dua srikandi RGC, Hanne dan Shania tak lincah. Tidak cheerful
seperti biasanya. Tapi pantang menyerah. Keduanya tetap saja ngotot menggowes
meski terlihat agak melemah.
Meskipun letih, lapar,
dan haus bercampur aduk, rombongan kecil RGC ini tetap semangat menyelesaikan adventure.
Kami baru lega ketika bertemu aspal jalan raya arah Bukit Bangkirai, pertanda
perjalanan segera selesai. ‘’Begitu melihat aspal, langsung lega rasanya,” ujar
Jonathan.
Total jarak tempuh
hanya sekitar 30an kilometer. Namun beberapa trek merampas tenaga. Dua srikandi
Hanne dan Shania pun terpaksa terbaring lelah di kedai pinggir jalan.
|
Rute offroad menjadi perjalanan menyenangkan |
Gowes offroad bareng itu disudahi dengan makan
siang gratis di kediaman gowesista Erna Dwi Nana, di Telego Rejo. Ada menu sop
singkong yang menggoda perut. Gowes 6 Desember 2015 kali ini menoreh cerita,
karena berhasil menaklukkan medan tak bersahabat di Batu Dinding dan Sumber Air
Panas. (*)
|
Searah jarum jam: Rehat di kedai Dea Mandiri yang ada di
kaki Batu Dinding. Kapten Jack terampil menambal ban yang bocor. Goweser Umar atraksi
di titian pohon tumbang. Dua srikandi RGC Hanne dan Shania yang pantang
menyerah. Mejeng bareng, serta leader Anshari dan Hasbi mengisi buku tamu di
pintu masuk Batu Dinding. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar