Kamis, 20 September 2012

Dicintai dan Pagi Wangi Kemangi


Kemangi. Pasti sudah banyak yang tahu. Daun kemangi sering kita temui menjadi pelengkap hidangan menu lalapan di sejumlah rumah makan. Suka tidak suka, daun kemangi (Ocimum sanctum) tetap menghiasi di antara menu lalapan. Anda suka?

Ladang kemangi di Desa Lamaru
Bila diperhatikan di sejumlah rumah makan, ada juga masyarakat yang tak sudah kemangi. Meski disajikan di piring. Disentuh pun tidak. Ada juga yang sekadar mencicipi sehelai dua helai bersama sambel lalapan. Namun ada juga yang melahap habis, itu kalau yang doyan.

Namun bila diperhatikan lagi, lebih banyak konsumen yang menyisakan daun kemanginya di piring santapan. Ini yang sering saya amati di beberapa warung makan ketika menemui konsumen yang memesan menu lalapan. Saya sebenarnya salah satu yang tidak terlalu doyan kemangi.  Lalapan ini sebenarnya sebagai pendamping menu utama seperti ayam bakar, ikan bakar, dan lain-lain. Tak lengkap rasanya lalapan tanpa kemangi, meskipun hanya menjadi sisipan dari irisan kubis, mentimun dan terung.

Udara sejuk di kebun kemangi
Soal kemangi ini, membuat saya penasaran. Siapa pemasoknya? Apakah didatangkan dari luar daerah, atau ada petani yang menanamnya, khususnya di kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Rasanya menanam kemangi tak kelewat sulit. Saya membuktikan, tinggal tancap batangnya di sebuah pot bunga yang ada tanahnya, maka tumbuhlah. Tanpa pupuk. Tentu ini terlepas dari subur dan tidaknya. Atau layak dan tidaknya dikonsumsi.

Ketika berbelanja bahan sayuran suatu subuh di Pasar Baru, Balikpapan, saya mendapat informasi dari seorang pedagang bahwa daun kemangi yang ia jual dipasok dari Kelurahan Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur. Di pasar, satu ikat daun kemangi harganya murah berkisar Rp2 ribu. Daun kemangi  yang juga dikenal dengan nama Lemon Basil ini sangat mudah ditemukan di pasar, dan tak kenal musiman.

Berawal dari informasi itulah, saya menjadwalkan gowes ke Kecamatan Lamaru untuk menengok petani-petani kemangi. Minggu pagi pukul 05.30 Wita, saya sudah ancang-ancang menuju Lamaru. Mengambil start di Balikpapan Sport and Convention Center, Dome, di Jl Ruhuy Rahayu, penjelajahan ke Lamaru dimulai.
Dari Dome ke Desa Lamaru jaraknya tak terlalu jauh, sekira 20 km. Jalannya pun datar-datar saja. Sepanjang Jl Mulawarman yang saya lintasi tak ada medan yang berat. Perjalanan ini melewati jembatan sungai Manggar dan pantai wisata Manggar Segarasari. 

Ketika tiba di desa tersebut, saya mulai tengok kiri tengok kanan, mengamati dimana ada perkebunan kemangi? Begitu bertanya kepada salah seorang warga, maka saya semakin antusias. Perjalanan bersepeda kali ini ke arah pantai. Melewati jalan setapak sekira 2 Km, saya sudah mendapati ladang kemangi. Tak jauh dari bibir pantai.

 Harga murah, kemangi berkhasiat bagi kesehatan
Udaranya sejuk. Semilir angin pagi di Lamaru itu sedikit demi sedikit mengeringkan keringat, yang sepanjang perjalanan membasahi badan. Kaos di punggung yang basah keringat dan melekat di kulit mulai terasa kering.

Suasana di ladang kemangi sepi, tak banyak aktivitas pagi itu. Hanya ada seorang ibu petani, namun posisinya jauh dari saya. Ia berada di tengah-tengah kebun kemangi yang membentang luas di atas tanah hitam. Sulit saya mendekat, karena tak ada peluang jalan untuk bersepeda. Lagian saya khawatir akan mengganggu keasikannya bekerja. Dari kejauhan kelihatan ia membungkukkan badan dengan kepala tertutup caping kerucut, tampaknya sedang mengerjakan sesuatu pada tanamannya. Praktis, saya tidak mendapatkan informasi tentang bercocoktanam kemangi.
Pohon kemangi di sana tersusun rapi. Daunnya tampak segar-segar. Saya pun memetik sehelai, kemudian mengunyahnya. Rasa daun kemangi di kebun dan di sajian menu lalapan di warung makan menurut saya berbeda. Sugesti? Tentu tidak. Kalau daun kemangi di kebun gratis, sedangkan di warung bayar. Itu bedanya!

Berada di tengah-tengah kebun kemangi, membuat saya lega. Akhirnya lepas rasa penasaran itu. Setelah rehat sejenak, kemudian saya kembali melanjutkan ke arah kota. Wangi kemangi masih terngiang sepanjang perjalanan pulang pagi itu. 

Setelah saya membaca sejumlah artikel tentang kemangi, ternyata tanaman ini mempunyai khasiat yang luar biasa bagi kesehatan manusia. Menurut sejarahnya, kemangi pernah menjadi tanaman kerajaan di Prancis dan Italia. Bunga dari tanaman ini dipilih untuk menyatakan cinta. Luar biasa? Nah, bagaimana kalau mencoba menyatakan cinta ke pasangan Anda dengan bunga kemangi, agar kelihatan romantis ? Bisa jadi pasangan Anda akan tertawa. Atau hanya tersenyum-senyum. Kemudian berpikir dalam hati, Anda sudah…
Sedangkan di India kemangi merupakan salah satu tanaman disucikan yang digunakan untuk upacara-upacara keagamaan. Sementara di Tiongkok, tanaman ini digunakan sebagai obat infeksi, sakit perut, gigitan ular, serangga, obat demam dan sebagai obat kanker. Banyak negara lainnya yang juga memanfaatkan tanaman ini sebagai obat tradisional, seperti Yunani, Filipina, Tanzania, Meksiko, dan negara-negara Amerika dan Eropa.

Katakan cinta dengan bunga kemangi?
Menurut artikel lainnya, John Henry M. dalam bukunya berjudul A Dictionary of Practical Material Medical mengatakan bahwa khasiat dari daun kemangi atau sari daun kemangi bisa untuk mengatasi penyakit diare, gangguan pada vagina, nyeri payudara, hingga mengatasi batu ginjal dan albuminaria.

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Center for New Crops and Plant Products, Purdue University, AS, membuktikan bahwa daun kemangi berkhasiat ampuh mengatasi keluhan flu, diare, sakit kepala, cacingan, sembelit, hingga penyakit ginjal dan jantung.
Setelah membaca artikel ini, saya tak pernah lagi menyisakan daun kemangi setiap melahap menu lalapan. Kalau perlu porsinya ditambah. Tapi tidak untuk yang satu itu; agar dicintai pasangan dengan daun kemangi. (*)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar