Senin, 15 Oktober 2012

Catatan Kecil Minggu Pagi


30 September 2012, Pukul 06.00 Wita
Tugu Karanganyar perlu sentuhan
Agenda gowes pagi ini tak ada yang istimewa. Sekadar keliling kota. Berangkat dari Lapangan Merdeka, kemudian meluncur ke Jl Jenderal Sudirman, melewati depan Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat Kalimantan), menyusuri depan kantor walikota, kemudian berbelok ke kiri trafficlight persis di depan The Plaza Balikpapan, lantas melintasi sepanjang Jl A Yani (Gunung Sari-Radio-Karang Jati-Tanah Abang). Jalan masih sepi kendaraan. Toko-toko belum buka. Beberapa penjaja Nasi Kuning di pinggir jalan mulai sibuk melayani pembelinya. Sesampai di bundaran titik nol kilometer, Muara Rapak, belok ke arah kiri. Terus mengayuh sepeda ke arah Karang Anyar hingga di pertigaan trafficlight arah ke Jl Yos Sudarso (dulu namanya Jalan Minyak).

Pukul 06.32 Wita
Berhenti persis di pertigaan trafficlight. Tengok kiri-tengok kanan, lalu menyeberang menuju sebuah tugu. Saya membaca di papan bercat merah putih tertulis: Tugu Peringatan Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan. Tanggal 13 Nopember 1945. Jam 08.00 Wita di Kampoeng Karang Anyar Balikpapan.
Pagar besi tak terkunci. Pintunya sedikit terbuka. Saya mendorongnya kemudian masuk.
Ada bendera Merah Putih kusam berdebu, berkibar malu-malu di tiang bendera yang tak terlalu tinggi. Sudah berapa lama bendera ini tak diganti?  Ada kesan tak terawat.

Ada kesan tak terawat
Di sebelahnya ada batu berbentuk kotak yang dilapisi keramik berwarna coklat dengan panjang sekitar 160 sentimeter, lebar 120 sentimeter serta tinggi 120 sentimeter. Di atasnya ada prasasti dari batu marmer hitam. Tertulis; Nama-nama yang Ikut Serta dalam Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan 13 Nopember 1945 jam 8 Pagi di Kampong Karang Anyar.
Dalam tinta emas terpahat, nama-nama pelopor demo. Ada 10 nama, yaitu Abdul Muthalib, Achmad Nalpin, Gani Jala, Jahya, Raden Ahmad, Hussen Yusuf, Supomo, Asnawi Musa, Yusuf Rani, dan Abdul Rahim Nur.
Rumput liar
Kemudian di bawahnya tertulis: Yang ikut menghadiri, masing-masing Abdul Mutalib/Linpat, HM Porintis, S Mawekang, Usman, Abdul Karim, Aminudin Nata, Husin Yusup, M Rasyid, H Abdul Karim, M Yunus, Achmad Napon, M Jainal, Anang Acil, Djapar, Hasim Djambang, Abdul Rahman Muchidin, Kasmani, Misran, Sumardi, Hadi Prayitno, Syamsul Waris/Nonta, Sumadi Tjipto, Mahmudin Nata, Pardan, Azhari Sholeh, Djayadi, Yusran, Gupransyah, Pabe D, dan Witarsah (Sarkawi Basri). Total ada 31 nama.

Siapa yang peduli?
Diresmikan 13 Oktober 2008. Di bawah sebelah kiri tertulis, Ketua DPK BPJSN 45 Balikpapan, Bambang Pranghutomo SH. Di sebelah kanan, Ketua DPC LVRI Balikpapan Karel Baginda. Sedangkan di tengah-tengah tertulis; Wali Kota Balikpapan H Imdaad Hamid SE.

Tugu peringatan ini dikelilingi pagar besi. Berlantai keramik putih dengan lebar sekira 300 sentimeter dan panjang 480 sentimeter. Ada kesan tugu peringatan ini tak tersentuh perawatan. Bahkan lantainya ditumbuhi rumput liar. Tampak juga bibit pohon beringin meringsek di sisi pagar. Kondisi tugu ini sangat memprihatinkan. Siapa yang bertanggungjawab?


Padahal, tugu peringatan ini dijadikan Cagar Budaya/Situs yang dilindungi Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Sayangnya tak ada penjelasan rinci tentang hal ikhwal tugu tersebut.

Pukul 07.34 Wita.
Saya bergegas meninggalkan Tugu Peringatan, menggenjot sepeda ke arah Jl Yos Sudarso, menuju Lapangan Merdeka. Sepanjang jalan bertanya-tanya dalam hati. Sudahkah pemerintah peduli atas tugu tersebut? Hanya sebatas itukah kita mengenang jasa-jasa mereka yang telah mendahului kita? Siapa yang bisa menjawabnya?


aku tak ingin dipuja…

andaikan pahlawan, ku tak ingin dikenang
darahku tumpah, merah menyalak
andaikan pejuang, ku tak perlu dipuja
semangatku berkobar, terbakar membara
demi merah putihku,
telapakku berpijak antara darah dan mesiu
ragaku, amarahmu
nadiku, pelurumu
nestapaku bukan apa-apa
namaku tak pantas terpahat

30 September 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar