Pagi
nan sejuk, pohon rindang dan teduh, lalu panas terik mengigit. Begitu suasana
berbeda yang kami rasakan ketika mengayuh sepeda sepanjang 60 kilometer, perpaduan
jalan on road dan offroad. Ini penelusuran mencari rute baru untuk aktivitas
bergowes di wilayah Timur Balikpapan, Kaltim.
|
Di sumur gas Lamaru 1 |
SURVEI
rute memang sudah menjadi hal yang wajib setiap kali akan menggelar event gowes
offroad. Seperti pada dua event offroad sebelumnya, Gowes ke Pantai
Ambalat dan Adventure ke Tanah Merah, Kecamatan Samboja Kutai Kertanegara,
Kaltim. Dan terakhir, survei rute untuk Jambore Sepeda Nasional garapan Kaltim
Post dan Hotel Le Grandeur 24 November 2013 lalu.
Sedangkan survei yang kami lakukan Minggu (9/2) adalah
wilayah Lamaru dan Kelurahan Teritip. Berangkat dari seputaran Tugu Australia,
Lapangan Merdeka Balikpapan, pagi pukul 7.30 Wita kami mulai menelusuri onroad sepanjang Jl Jenderal Sudirman,
Jl Iswahyudi, Jl Mulawarman, hingga ke arah Pantai Wisata Lamaru. Suasana pagi
itu masih sejuk.
|
Bertiga di lokasi sirkuit balap |
Tujuan kami adalah Jl. Rantau Bakula sebelah kiri
dari jalan Mulawarman, sekitar 300 meter sebelum pintu masuk Pantai Wisata
Lamaru. Dari sini, trek sudah full
offroad. Ada beberapa tanjakan double
track yang mesti dilewati, sampai pada akhirnya bertemu dengan Sumur Gas
Lamaru-1 yang dulu dikelola oleh Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi
(BP Migas) sekarang SKK Migas di Lamaru. Sumur gas ini diperbincangkan setelah
30 tahun tak dimanfaatkan, lantaran hasil penelitian tidak komersial.
Sejatinya perusahaan
minyak dan gas Virginia Indonesia Company (Vico) akan kembali mengeksploitasi,
dan akan menjual gas ke Perusahaan Daerah (Perusda) Balikpapan. Namun sampai
hari ini belum ada kabar kelanjutannya. Akhirnya, pompa gas tersebut terkesan
terbengkalai. Di sekitarnya ditumbuhi ilalang.
|
Rehat di kebun karet |
Sampai
disini kami bertiga sempat mengambil gambar sejenak, dibantu warga yang
kebetulan berpapasan. Jepret sana jepret sini, kemudian siap-siap melanjutkan
perjalan. Setelah sebelumnya membasahi kerongkongan dan melahap bekal pisang
Ambon yang kami bawa dari kota.
Oh ya, dua
tahun lalu, dari sumur gas ini belum ada jalan tembus. Kini jalan proyek sudah
terbentang sekian kilometer, menuju lokasi pembangunan sirkuit balap yang
luasnya sekitar 74 hektare. Pembangunan sirkuit senilai Rp 140 miliar itu masih
tahap pematangan lahan. Untuk menuju lokasi mesti ekstra hati-hati, jalannya
licin berlumpur. Andaisaja hujan, niscaya akan sulit digowes. Mau tak mau harus
tuntunbike. Roda sepeda bisa jadi “donat”.
|
Getah karet yang belum dipanen |
Rute-rute ini sangat mengasikkan. Selain melewati rimbun
perkebunan warga, ada juga perkebunan karet yang rindang, dan perkebunan pepaya
kecil yang terkenal itu. Ada suasana yang berbeda. Di perkebunan karet ini kami
sempat rehat dan berteduh dari sengat sinar matahari, sembari mengusir
dehidrasi dengan menenggak bekal air yang kami bawa masing-masing.
Namun mesti kami catat, rute ini bisa
direkomendasikan untuk dilewati para goweser. Selain tanjakan demi tanjakan
masih bisa digowes, sebagian besar rute double
track. Sekalipun lumayan menguras energi. Lagian tak semua medan berlumpur,
sebagian jalan juga sudah tahap pengerasan. Jadi tak masalah. Namun kawan kami,
Haji Alamak (72) goweser gaek yang paling aktif, harus menuntun Poligon
merah-nya. Ada beberapa tanjakan yang enggan dikayuhnya.
|
Siap-siap ke Teritip |
Lahan pembangunan sirkuit balap ini sedang dimatangkan.
Ada beberapa alat berat beraktivitas disana, seperti eksavator dan truk-truk
berbadan besar pengakut tanah. Sirkuit ini lumayan luas sepanjang mata
memandang.
Dari lokasi pembangunan sirkuit balap ini, kami
mengikuti jalan tembus berkelok, nain turun bukit, dan akhirnya bertemu jalan pertigaan.
Jalan pertama menuju utara tembus Km 22, tikungan kedua ke arah kiri Kelurahan
Lamaru, dan yang ketiga ke arah selatan ke Gunung Binjai Kelurahan Teritip. Siang
itu sinar matahari sudah meninggi. Sinarnya kian menyengat, seakan menggigit
kulit.
Kami pun melantas perkebunan, jalan setapak dan double
track, akhirnya menembus perkampungan warga di Kelurahan Teritip. Suasananya
masih tenang. Jalan disini sebagian sudah disemen, memudahkan untuk digowes. Kendaraan
roda dua tak begitu sering melintas.
|
Udara sejuk di kebun karet |
Ada perasaan lega ketika roda sepeda kami mulai
menapaki jalur on road (aspal). Inilah jalan provinsi, jalan Mulawarman. Ke
kiri arah Samboja, Kutai Kertanegara dan ke kanan arah Balikpapan. Kami
mengambil arah kanan untuk menuju Kelurahan Lamaru. Tujuannya Pantai Manggar
Segarasari.
Sebenarnya ada dua pilihan, apakah destinasi akhir
di Lamaru atau Manggar. Tergantung pilihan. Kelak bila membuat event gowes
adventure, mungkin finisnya yang pas di Pantai Wisata Manggar Segarasari melewati
gerbang pintu masuk yang baru di sekitar Lamaru.
|
Meski usia 72 tahun tetap semangat |
Cuaca mulai mendung pertanda akan hujan. Kami
sengaja melintas gerbang baru masuk ke Pantai Wisata Manggar, dan otomatis tak
membayar tiket. Akses jalan beraspal ini belum rampung 100 persen. Masih ada
sekira beberapa meter untuk menembus bibir pantai, melewati perkebunan warga.
Tak tak masalah, justru offroad yang asyik. Dari jalan ini tembus ke gerbang
utama Pantai Wisata Manggar Segarasari.
Sebelum kembali ke kota, kami bertiga rehat dulu
untuk mencari makan siang, sekaligus menghindari rintik hujan. Pilihannya
adalah ikan bakar dan es kelapa muda. Ikan Kakap, Udang dan ikan Bawal sungai
jadi santapan.
Yang menarik, ikan-ikan ini justru bukan datang dari
nelayan Kelurahan Manggar dimana menjadi pusat pelalangan ikan di Balikpapan
Timur. Ini kami ketahui dari penjaja makanan di sekitar itu.
|
Disinilah pembangunan sirkuti balap, lahannya tahap pematangan |
“Ikan ini malah kami beli di kota. Kami beli di
Pasar Segar Balikpapan Baru,” ujarnya. Kok bisa begitu? Apa gak lebih murah
beli langsung ke nelayan di Manggar?
“Oh gak. Rasanya beda,” tukas anak muda yang sedang
membakar ikan untuk sajian kami. Ia menyentil kalau ikan-ikan yang dimaksud tersebut
sebagian besar sudah diawetkan dengan formalin. Pantes!
Setelah kenyang kami berbegas gowes pulang ke kota. Jarak
yang kami tempuh dari kota saat survei tersebut, sekira 60 Km, dengan medan offroad hanya sekitar 10 Km. Setidaknya
rute baru ini bisa dijadikan alternatif. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar