Rabu, 09 April 2014

Rimbun di Kebun Karet

Pagi nan sejuk, pohon rindang dan teduh, lalu panas terik mengigit. Begitu suasana berbeda yang kami rasakan ketika mengayuh sepeda sepanjang 60 kilometer, perpaduan jalan on road dan offroad. Ini penelusuran mencari rute baru untuk aktivitas bergowes di wilayah Timur Balikpapan, Kaltim.

Di sumur gas Lamaru 1
SURVEI rute memang sudah menjadi hal yang wajib setiap kali akan menggelar event gowes offroad. Seperti pada dua event offroad sebelumnya, Gowes ke Pantai Ambalat dan Adventure ke Tanah Merah, Kecamatan Samboja Kutai Kertanegara, Kaltim. Dan terakhir, survei rute untuk Jambore Sepeda Nasional garapan Kaltim Post dan Hotel Le Grandeur 24 November 2013 lalu.
Sedangkan survei yang kami lakukan Minggu (9/2) adalah wilayah Lamaru dan Kelurahan Teritip. Berangkat dari seputaran Tugu Australia, Lapangan Merdeka Balikpapan, pagi pukul 7.30 Wita kami mulai menelusuri onroad sepanjang Jl Jenderal Sudirman, Jl Iswahyudi, Jl Mulawarman, hingga ke arah Pantai Wisata Lamaru. Suasana pagi itu masih sejuk.
Bertiga di lokasi sirkuit balap
Tujuan kami adalah Jl. Rantau Bakula sebelah kiri dari jalan Mulawarman, sekitar 300 meter sebelum pintu masuk Pantai Wisata Lamaru. Dari sini, trek sudah full offroad. Ada beberapa tanjakan double track yang mesti dilewati, sampai pada akhirnya bertemu dengan Sumur Gas Lamaru-1 yang dulu dikelola oleh Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) sekarang SKK Migas di Lamaru. Sumur gas ini diperbincangkan setelah 30 tahun tak dimanfaatkan, lantaran hasil penelitian tidak komersial. 
Sejatinya perusahaan minyak dan gas Virginia Indonesia Company (Vico) akan kembali mengeksploitasi, dan akan menjual gas ke Perusahaan Daerah (Perusda) Balikpapan. Namun sampai hari ini belum ada kabar kelanjutannya. Akhirnya, pompa gas tersebut terkesan terbengkalai. Di sekitarnya ditumbuhi ilalang.

Rehat di kebun karet
 Sampai disini kami bertiga sempat mengambil gambar sejenak, dibantu warga yang kebetulan berpapasan. Jepret sana jepret sini, kemudian siap-siap melanjutkan perjalan. Setelah sebelumnya membasahi kerongkongan dan melahap bekal pisang Ambon yang kami bawa dari kota.
Oh ya, dua tahun lalu, dari sumur gas ini belum ada jalan tembus. Kini jalan proyek sudah terbentang sekian kilometer, menuju lokasi pembangunan sirkuit balap yang luasnya sekitar 74 hektare. Pembangunan sirkuit senilai Rp 140 miliar itu masih tahap pematangan lahan. Untuk menuju lokasi mesti ekstra hati-hati, jalannya licin berlumpur. Andaisaja hujan, niscaya akan sulit digowes. Mau tak mau harus tuntunbike. Roda sepeda bisa jadi “donat”.

Getah karet yang belum dipanen
 Rute-rute ini sangat mengasikkan. Selain melewati rimbun perkebunan warga, ada juga perkebunan karet yang rindang, dan perkebunan pepaya kecil yang terkenal itu. Ada suasana yang berbeda. Di perkebunan karet ini kami sempat rehat dan berteduh dari sengat sinar matahari, sembari mengusir dehidrasi dengan menenggak bekal air yang kami bawa masing-masing. 
Namun mesti kami catat, rute ini bisa direkomendasikan untuk dilewati para goweser. Selain tanjakan demi tanjakan masih bisa digowes, sebagian besar rute double track. Sekalipun lumayan menguras energi. Lagian tak semua medan berlumpur, sebagian jalan juga sudah tahap pengerasan. Jadi tak masalah. Namun kawan kami, Haji Alamak (72) goweser gaek yang paling aktif, harus menuntun Poligon merah-nya. Ada beberapa tanjakan yang enggan dikayuhnya.

Siap-siap ke Teritip
 Lahan pembangunan sirkuit balap ini sedang dimatangkan. Ada beberapa alat berat beraktivitas disana, seperti eksavator dan truk-truk berbadan besar pengakut tanah. Sirkuit ini lumayan luas sepanjang mata memandang. 
Dari lokasi pembangunan sirkuit balap ini, kami mengikuti jalan tembus berkelok, nain turun bukit, dan akhirnya bertemu jalan pertigaan. Jalan pertama menuju utara tembus Km 22, tikungan kedua ke arah kiri Kelurahan Lamaru, dan yang ketiga ke arah selatan ke Gunung Binjai Kelurahan Teritip. Siang itu sinar matahari sudah meninggi. Sinarnya kian menyengat, seakan menggigit kulit.
Kami pun melantas perkebunan, jalan setapak dan double track, akhirnya menembus perkampungan warga di Kelurahan Teritip. Suasananya masih tenang. Jalan disini sebagian sudah disemen, memudahkan untuk digowes. Kendaraan roda dua tak begitu sering melintas.

Udara sejuk di kebun karet
 Ada perasaan lega ketika roda sepeda kami mulai menapaki jalur on road (aspal). Inilah jalan provinsi, jalan Mulawarman. Ke kiri arah Samboja, Kutai Kertanegara dan ke kanan arah Balikpapan. Kami mengambil arah kanan untuk menuju Kelurahan Lamaru. Tujuannya Pantai Manggar Segarasari. 
Sebenarnya ada dua pilihan, apakah destinasi akhir di Lamaru atau Manggar. Tergantung pilihan. Kelak bila membuat event gowes adventure, mungkin finisnya yang pas di Pantai Wisata Manggar Segarasari melewati gerbang pintu masuk yang baru di sekitar Lamaru. 


Meski usia 72 tahun tetap semangat
 Cuaca mulai mendung pertanda akan hujan. Kami sengaja melintas gerbang baru masuk ke Pantai Wisata Manggar, dan otomatis tak membayar tiket. Akses jalan beraspal ini belum rampung 100 persen. Masih ada sekira beberapa meter untuk menembus bibir pantai, melewati perkebunan warga. Tak tak masalah, justru offroad yang asyik. Dari jalan ini tembus ke gerbang utama Pantai Wisata Manggar Segarasari.
Sebelum kembali ke kota, kami bertiga rehat dulu untuk mencari makan siang, sekaligus menghindari rintik hujan. Pilihannya adalah ikan bakar dan es kelapa muda. Ikan Kakap, Udang dan ikan Bawal sungai jadi santapan.
Yang menarik, ikan-ikan ini justru bukan datang dari nelayan Kelurahan Manggar dimana menjadi pusat pelalangan ikan di Balikpapan Timur. Ini kami ketahui dari penjaja makanan di sekitar itu.

Disinilah pembangunan sirkuti balap, lahannya tahap pematangan
“Ikan ini malah kami beli di kota. Kami beli di Pasar Segar Balikpapan Baru,” ujarnya. Kok bisa begitu? Apa gak lebih murah beli langsung ke nelayan di Manggar?
“Oh gak. Rasanya beda,” tukas anak muda yang sedang membakar ikan untuk sajian kami. Ia menyentil kalau ikan-ikan yang dimaksud tersebut sebagian besar sudah diawetkan dengan formalin. Pantes!
Setelah kenyang kami berbegas gowes pulang ke kota. Jarak yang kami tempuh dari kota saat survei tersebut, sekira 60 Km, dengan medan offroad hanya sekitar 10 Km. Setidaknya rute baru ini bisa dijadikan alternatif. (*)


Senin, 07 April 2014

Menekan Belasan Tanjakan


Start di Rodalink Jl Ruhuy Rahayu Balikpapan
Rabu Gowes Community (RGC) kembali menjajal rute menantang. Bersepeda bareng sesama komunitas prakarsa Kaltim Post ini diikuti sekira 60 goweser dan melahap 12 tanjakan penguras enerji. Giliran Rodalink, Jl Ruhui Rahayu Balikpapan menjadi host acara mingguan tersebut.

CUACA cerah. Namun sinar matahari sore itu agak menyengat. Panasnya menembus jersey. Belum gowes, bubuhan pegiat MTB ini sudah dibalut keringat. Kondisi ini tentu saja baik untuk warming up olahraga sore. Apalagi gowes beramai-ramai yang menyenangkan, lantaran bertemu lagi sesama penggemar sepeda gunung Balikpapan.
Gowes bareng sore menyenangkan
Beberapa komunitas kembali mencatatkan kehadirannya di RGC pekan pertama Maret ini, seperti Bike Bike Saja (BBS), A-Team, Buster Bike, Hobic, Rabu Gowes, Le Grandeur, Permata Bank, Mudhog, Astra Gowes Community (AGC) dan Blue Bike Community (BBC).

Rute yang ditempuh goweser sore itu lumayan panjang. Start pukul 17.00 Wita dari depan toko sepeda Rodalink Jl Ruhuy Rahayu. Ke arah kiri menuju traffic light Perumahan Balikpapan Baru, lalu belok ke kanan Jl MT Haryono. Tanjakan awal yang “wajib” dilewati adalah depan Gedung Raffles, sebelum perumahan Daun Village. Lumayan ngos-ngosan, tapi tak perlu dipaksakan. Ini baru loading awal. 
 
Ancah memimpin tanjakan di Kutai Hills
Selanjutnya tanjakan kedua arah ke perumahan Wika. Hm, ini lebih curam dan panjang. Satu persatu pesepeda melewatinya dengan baik. Tapi sudah ada yang mulai tuntunbike. Lagi-lagi tak masalah.

Saling tunggu, kemudian melanjutkan perjalanan ke kiri gerbang perumahan Wika, hingga menelusuri aspal mendaki dan berkelok menuju lintasan paving block depan cluster Kutai Hills.
Seterusnya adalah tantangan keempat, yaitu tanjakan curam ke arah Jl Indrakilla, yang merupakan pintu masuk kompleks Kutai Hills, Wika. Tak semua penggila MTB ini mulus melewati jalan cor-coran semen itu. Yang terbiasa full speed tentu bukanlah rintangan. 

Tanjakan menikung, gak kuat tuntunbike
 Sesungguhnya dengan kecepatan sedang dan crank medium, jalan meninggi ini dapat dilalui asalkan sabar, kecepatan kayuh disesuaikan  dengan turun naik nafas. Memang tak perlu tergesa-gesa, yang penting sampai ke puncak. Jack Baronet termasuk yang stabil menapaki tanjakan ini. 

Sedangkan goweser dengan tunggangan fullsus agak ekstra menguras tenaga bila melintas pendakian ini.
Setelah mengentaskan tanjakan dasyat itu, iring-iringan penghobi sepeda gunung ini menelusuri Jl Indrakila. Mulai tampak kalau power sebagian goweser mulai kedodoran. Semua berjalan santai sembari  mengatur nafas.
 
 
Menerobos offroad di belakang Uniba
Rute selanjutnya adalah melewati pematang di sekitar sirkuit balap MTB milik BKV. Di setapak single track tersebut goweser harus toleransi dan antre satu persatu. Ini juga untuk menghindari trek licin, khawatir bila terpeleset nyemplung parit. Genjotan pedal pun agak melemah. Konsentrasi dan sangat hati-hati.

Berjalan pelan melewati perumahan warga dan tembus ke Jl AMD, akses menuju Jl Sungai Ampal. Sekira limapuluh meter kemudian sedikit menanjak, menukik ke arah kiri menelusuri setapak agak becek, lantas mencicipi tanjakan lagi ke arah Jl Beler. Di titik ini sebagian besar peserta mulai terlihat kehabisan enerji, lalu “tekun” mendorong sepedanya.
 
Tanjakan menuju kampus Uniba
Perlu rehat sejenak, tapi tak masalah bagi yang masih stabil. Sebab setelah itu jalan menurun sepanjang Beller menuju MT Haryono (Dam), lumayan bisa untuk cooling-down.

Para goweser ini melanjutkan ke trek berikutnya, sekitar perumahan TNI tembus ke Universitas Balikpapan (Uniba) Jl Pupuk Raya. Ada lagi tanjakan menyambut, tapi tetap saja tak mematahkan semangat bubuhan pecandu MTB ini. Malah sebagian pegiat sprint. Oalah edan!

Dari halaman kampus Uniba mereka menggenjot sepeda ke arah perumahan Kantor Pos, Bukit Damai Sentosa, dan tembus kembali ke MT Haryono. Iring-iringan pesepeda ini terasa mulai melambat. Rata-rata kecepatannya 10 Km per jam.

Lewati semak di Sungai Ampal
Hingga di simpangan Jl MT Haryono Dalam, rombongan peserta terbagi dua. Ada yang lurus untuk menikmati tiga tanjakan, yakni depan SPBU, dekat traffic light perempatan Balikpapan Baru, kemudian tanjakan merayap ke Jl Ruhuy Rahayu. Setelah itu berakhir di Rodalink. Rombongan awal ini dipimpin leader RGC Yoyok, Doddy dan Ancah.
Sedangkan rombongan lainnya berada di belakang dipandu Misransyah. Mereka memilih Jl MT Haryono Dalam, kemudian offroad jalan setapak Bete-bete, lantas tembus ke tanjakan “sadis” di belakang Tupperware. Di bukit ini tak sedikit peserta yang kehilangan traksi, lalu drop. Tak punya pilihan. Akhirnya menuntun sepeda masing-masing. Yang masih kuat bertahan silakan melanjutkan kayuhannya. Meski perlahan tapi mulus hingga ke titik finish di Rodalink.
 
Arman dan Anshari jelang finish
“Beberapa goweser sudah kelelahan saat menanjak di samping Tupperware, akhirnya stop gak mau memaksakan,” ujar Bambang Setyono,Direktur Percetakan Duta Manuntung.

Gowes Rabu kali ini lumayan memeras tenaga, sekira 20 Km terlewati. Hampir rata-rata jersey peserta kuyup oleh keringat. Meski begitu, RGC tetap mengasikkan serta menantang. Setibanya peserta disambut dengan minuman hangat, dan kolak pisang. Rasa letih serasa hilang ketika anggota RGC saling diskusi trek perjalan, sembari diwarnai canda.
 
Leader Yoyok masuk keluar kampung
Rabu petang 5 Maret 2014 itu Rodalink juga memberikan diskon hingga 50 persen untuk produk tertentu merek Polygon, seperti jersey, helm dan sarung tangan. Kerabat RGC pun memanfaatkan kesempatan tersebut. GM Le Grandeur Dicke Indrayana termasuk yang tak mau tertinggal belanja dengan kartu member-nya.
 (*)


Minggu, 06 April 2014

Terjungkit di Bukit Cinta



Di halaman parkir Cobek Penyet Gunung Malang
Tidak ada istilah “haram” atau gengi dalam bersepeda. Kalau memang gak mampu mendaki, ya jangan dipaksakan. Silahkan TTB alias tuntunbike. Ramai-ramai mendorong pun jadi candaan saat pegiat sepeda di Rabu Gowes Community (RGC) meniti tanjakan di Bukit Cinta.

Imansyah dan Arman di depan
HOST RGC Rabu (26/2) lalu di Cobek Penyet, resto di bilangan Jl Mayjen Sutoyo, Gunung Malang. Persis di samping Hotel Mutiara Indah, Balikpapan.

Gowes mingguan prakarsa Kaltim Post ini diikuti sekitar 50 pecinta MTB. Mereka dari Bike Buster, A-Team, Mudhog, Blue Bike Community (BBC), Hobic, Le Grandeur (LG), dan Bike Bike Saja (BBS), dan Astra Gowes Community (AGC). 

Di antara peserta ada GM Le Grandeur Dicke Indrayana, Direktur Kaltim Post Tatang Setyawan, Direktur Percetakan Duta Manuntung Bambang Setyono, owner Trans Borneo Adventure Joko Purwanto dan owner Rajawali Computer Khornaylius Eddy.
 
Terus pacu tanjakan meski perlahan
Karena ada empat goweser wanita dari LG, maka direncanakan rute yang dijajal sore itu sedianya “datar-datar” saja. Artinya, tak mencicipi tanjakan-tanjakan ekstrem. “Okey ga masalah. Kali ini kita ambil rute panjang saja,” ujar Prihandoyo leader RGC. Sepakat.
Namun semenit kemudian, rencana rute berubah. Ada yang berbisik minta jalan mendaki. Dan benar, rute disepakati awal batal seketika. “Kita ke Bukit Cinta saja,” ujar Yoyok –panggilan akrab Prihandoyo. Jadilah kalau begitu. 

Peserta pun mulai mengayuh sepeda masing-masing. Start langsung “dihajar” tanjakan samping Mutiara Indah, menuju Jl Siaga, kemudian langsung menelusuri arah Bukit Cinta. “Yang mau ambil jalur pendek silakan. Yang mau panjang, ayo ke arah SMP 7,” kata Yoyok ketika rombongan berada di persimpangan jalan baru tembus Jl Siaga dan arah Bukit Cinta. Toh akhirnya nanti bertemu juga di Bukit Cinta. Baiklah.
 
Tetap semangat gowes, lainnya nuntun
Sebagian besar peserta tahu, bila ke arah SMP 7 berarti siap-siap menjajal tanjakan yang lumayan curam. Ada yang menakar kemampuan, lalu memutuskan untuk memilih jalur pendek. Ini memang pilihan baik, dari pada memaksakan.

Tanjakan nyaris 35 derajat itu tetap saja dilewati penggila MTB ini. Sayangnya, lebih banyak goweser yang berguguran, alias tuntunbike. Ga masalah, dorong sampai ke puncak. Hanya seorang goweser wanita dari LG yang nekat mencoba tanjakan ini, namun gowes campur dorong. Cilakanya, ada goweser yang mampu mendaki namun terhalang oleh kawan-kawan di depan yang tuntunbike. Apa boleh buat, pasrah ikut mendorong. Tapi kondisi ini malah dibuat candaan akrab, dan saling ejek.
 
Tuntunbike pilihan terakhir, gak masalah
Sampai di puncak para pecinta tanjakan ini harus rehat sejenak, mengatur nafas yang ngos-ngosan, sembari menunggu rekan-rekan yang tiba belakangan. Karena perlu diingat, beberapa meter dari situ tanjakan kecil menanti. 

Trek ini menuju Bukit Cinta ini juga memeras tenaga. Di rute ini sebelumnya sulit didaki, lantaran kontur tanahnya menyulitkan. Banyak batu kecil. Goweser sering kehilangan traksi. Nah, ketika melewati jalur tersebut Rabu sore 26 Februari, sudah lebih baik. Jalan sudah dicor semen. Alhamdulillah.

Dicke dan Yoyok adu skill di tanjakan
Setelah itu menelusuri jalan menurun dan berbatu di Bukit Cinta. Gak ada masalah, bubuhan RGC terbilang sering melintasi jalur ini. 

Bisa memacu cepat sepeda, asal pandai-pandai memainkan kesimbangan antara rem belakang dan depan.
Bukit Cinta sudah tidak seperti dulu. Kini tumbuh perumahan warga yang begitu pesat. Di sekitar ini juga sedang ada pembangunan real estate.

Perjalanan mendaki sore itu belum selesai. Masih ada tanjakan dasyat mengancam di depan. Tanjakan tinggi menguras enerji ini sekitar Pesantren Baihura. Disini, beberapa goweser kembali kompak melakukan aksi dorong. Meski trek cor-coran ini kondisinya jauh lebih baik dibanding dua tahun sebelumnya, namun tetap membutuhkan daya tahan yang baik untuk bisa sampai ke puncak. Dan kudu hati-hati, kalau keliru menggunakan gear belakang bisa kehilangan traksi, atau ban depan terangkat lalu terjungkit ke belakang.
 
Jangan serius di tanjakan. Dinikmati saja
Setelah melewati tanjakan dekat pesantren itu, rombongan kembali ke Cobek Penyet melewati perkampungan warga di Gunung Guntur, kemudian melintas Jl Mayjen Sutoyo. Jarak yang ditempuh RGC kali ini memang relatif pendek. Total hanya empat tanjakan yang dijajal sore itu, tapi enerji lumayan terkuras. Bikin gedek-gedek.

Sampai di finis peserta disuguhi makanan ringan dan teh panas dari Cobek Penyet. Lumayan untuk mengganjal perut. Sebelum bubaran, Yoyok dan Sanuri membagikan kartu peserta RGC. (*)
Suguhan singkong dan kentang goreng

Tanjakan Ngacir Kocar-kacir

Garuda Indonesia di Balikpapan Permai, Jl Jenderal Sudirman, menjadi host Rabu Gowes Community (RGC) Kaltim Post, Rabu lalu (19/3). Sekira 70 lebih pegiat sepeda gunung kembali meniti rute mengasikkan. Hanya 14 km, namun tetap menguras tenaga.

Sebelum start ada seremoni jersey RGC yang baru
WAJAH ceria para sahabat goweser tampak sore itu. Bubuhan penghobi mountain bike (MTB) ini langsung disambut General Manager (GM) Branch Office Garuda Indonesia Balikpapan, Joseph Adrian Saul, yang sore itu mengenakan jersey kuning. Saling akrab berkenalan.

Peserta yang baru datang langsung disuguhi bubur kacang hijau. “Jangan terlalu banyak, ntar gak kuat nanjak,” celetuk seorang kawan goweser. Rupanya candaan itu tak begitu digubris. Sebagian tetap saja menyantap bubur kacang hangat dengan nikmatnya.

Mulai menanjak di Jl Blora
Seperti biasa, sebelum berangkat ada acara rutin, yaitu narsis foto bareng. Kali ini diselingi dengan seremoni penyerahan jersey terbaru RGC kepada Dandim 0905 Balikpapan Letkol Infanteri Dwi Endro Sasongko dan GM Garuda Indonesia Balikpapan Joseph Adrian Saul.
Ada juga GM Le Grandeur Dicke Indrayana, dan goweser jawara Yayan yang menitipkan penghargaan dan trofi yang baru diraihnya kepada pengurus BCC (Balikpapan Cycling Community). Julak –panggilan Yayan, peringkat pertama Master B Kejuaraan MTB XC Spektakuler 2014 di Adrenaline Park, Surabaya, 16 Maret lalu.

Tanjakan awal samping Bank Danamon
Jumlah peserta RGC sore itu lumayan banyak. Mereka dari A-Team, Le Grandeur (LG), Bank Permata, Bank Mandiri, Bike Bike Saja (BBS), Mudhog, Astra Gowes Community (AGC), Hobic, KGB, Uno’s Gowes, Oil City Sapidaan, Buster Bike Community, Prudential, Blue Bike Community dan Garuda Indonesia.
Rombongan sore itu juga diikuti empat srikandi RGC, masing-masing Louis (LG), Jean (LG), Echy (Bank Permata) dan Handayani.
“Okey, siap-siap,” ujar leader RGC Yoyok. Setelah itu, go… Iring-iringan dari Jl Sudirman (Markoni), kemudian ke arah kanan samping Bank Danamon. Inilah tanjakan pertama sekaligus loading para pecandu MTB sore itu. 

Semangat mendaki, yang lain tuntunbike
Lumayan berkeringat. Meniti Jl Blora, kemudian melahap tanjakan samping STM Pangeran Antasari, lalu melintasi Bukit Sion. Semua dilewati sempurna.
Setelah itu menembus ke Jl Mayjen Sutoyo (Gunung Malang), belok kiri Jl A Yani (Gunung Sari), lalu menanjak Jl Piere Tendean, dan berbelok ke arah kanan Jl RE Martadinata. Sepanjang jalan ini peserta RGC asyik-asyik saja.
Stop sejenak di depan Gedung Wanita sembari menunggu rombongan di belakang. Setelah itu memasuki perkampungan di Kelurahan Telagasari. Disinilah tantangan mulai merintang, yaitu tanjakan tajam panjang sekira 50 meter wajib dilewati goweser.
 
Hambatan rantai bermasalah
Sudah dapat ditebak, tak semua pesepeda berhasil dengan mulus sampai ke puncak. Aksi tuntunbike ramai-ramai tak terelakkan, tapi tetap sarat semangat.
Di tanjakan dasyat inilah peserta RGC mulai kocar-kacir. Ada yang tetap ngotot mendaki, oleng, lalu terhenti di pertengahan. Ada juga memilih –lebih baik-- mendorong dari bawah. Selebihnya ada yang terpaksa “terduduk” di  teras rumah warga. 

Lucunya, ada yang memang tak mau memaksakan diri, tapi malah tertawa-tawa. “Ini gara-gara kenyang makan bubur kacang, makanya gak kuat nanjak,” godanya enteng, sembari mendorong tunggangannya.
Sebenarnya banyak yang mampu, namun sempitnya track cor-coran itu menyulitkan untuk saling menyalip. Ini yang membuat peserta kehilangan power. Apalagi saat bersamaan ada kendaraan roda empat milik warga yang juga menggunakan jalan turunan. Mengusik konsentrasi. Di rute tanjakan ini salah satu goweser harus kembali ke pangkalan lantaran RD (Rear Derailleur) copot. Wadaw…

Harus ngantri di jalan menurun
Dua srikandi RGC, Echy dan Jean tetap semangat menaklukkan tanjakan meski tetap campur dorong. “Pergelangan kaki saya agak kejang,” kata Jean yang duduk di tepi jalan. Tapi sebentar saja, sekian menit kemudian ia bangkit menggowes lagi.

Sedangkan goweser Bank Mandiri Handja Soekardiono yang drop, juga harus rehat sejenak. “Saya black out,” tukasnya, sembari menumpang duduk di teras rumah warga yang berbaik hati menyuguhkan minuman hangat. Handja mengaku lama tak latihan di tanjakan.

Dwi Endro dan Joseph
Rute-rute berikutnya adalah keluar masuk kampung warga Kelurahan Telegorejo dan sejumlah jalan menurun yang curam. Membutuhkan andrenalin. “Yang gak biasa gowes turunan lebih baik dituntun saja,” saran Hasbi dari A-Team.

Sebagian tenaga goweser mulai terkuras. Dari sini rombongan mulai terpisah dua. Ada yang keluar melewati Jl Piere Tendean, lalu ke Jl ARS Mohammad, dan lurus ke Jl Sudirman. Ada pula yang melanjutkan perjalanan menantang mendaki kawasan Jl Attaka Besar, Pasir Ridge, dan tembus ke Kelurahan Prapatan. Rombongan ini dipandu Yoyok, Untung, Doddy, dan Hengky. Sedangkan goweser gaek Julak Yayan tetap setia menjadi sweeper di rombongan yang kembali lebih awal.

Enjoy di pendakian terakhir
Rute RGC sore itu lumayan memaksa keringat bercucuran. “Wah, rutenya gila ya,” celetuk Joseph, bos Garuda itu. Meski begitu, ia tetap tak menyerah dan menyelesaikan perjalanan hingga finis didampingi Ocky Muda Saputra, dan Bambang Setyono dari BBC. Yoseph mengharapkan jadwal RGC sebulan sekali digelar di Garuda Indonesia.

Empat srikandi RGC
Rombongan pertama sampai di finis dijamu nasi Padang Simpang Raya dan bubur kacang hijau. Sedangkan rombongan berikutnya belasan orang, tiba terlambat sekira pukul 18.30 Wita, lantaran rute yang ditempuh lebih panjang. Sebelum bubaran leader Yoyok menyempatkan untuk mengambil foto kelengkapan kartu anggota RGC yang baru. (*)