Tabalong...kami datang…
Melahap trek offroad menantang
sepanjang 50 Km. Asyik mendaki bukit, riang meniti setapak, semangat menerjang
turunan berbatu, deg-degan melintas jembatan goyang, lalu hati-hati memikul
sepeda menyeberangi sungai. Begitulah trek eksotik yang tak terlupakan.
EVEN tahunan gowes cross county di
bumi serbakawa Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, tak pernah sepi peminat.
Ribuan pegowes unjuk gigi. Tahun 2014 lalu kami hadir memenuhi undangan, dan
tahun 2015 Rabu Gowes Community (RGC) kembali setia ambil bagian.
Sayangnya,
tak banyak goweser Kota Minyak berjibaku di trek-trek menantang di Kalsel itu,
lantaran terkendala berbagai hal. Gelaran 20 Desember itu dianggap ‘’menghimpit’’
kesempatan untuk bertandang ke Tabalong. Sementara tahun 2014 lalu digeber 23
November.
Lantaran alasan
itu goweser dari Kaltim hanya bisa dihitung jari. Selain dari Balikpapan,
Penajam Paser Utara, Tanah Grogot, juga dari Tenggarong. Dari Balikpapan ada
RGC, Mudhog dan KTO. Di antara goweser ini ada tiga pelaga kompetisi MTB,
seperti Julak Yayan dan Ridwan dari Balikpapan serta Irwansyah dari kota raja
Tenggarong.
Macet yang bikin bete |
Rute yang
ditempuh pun nyaris tak berbeda dengan cross country 2014 lalu. ‘’Hanya saja
arahnya diputar balik,’’ ujar Bebet, goweser tambun dari RGC. Tahun 2014 lalu menempuh
jarak 49 Km, sedangkan tahun 2015 menjadi 50 Km.
Jarak
tempuh cross country tersebut disesuaikan dengan usia hari jadi Kabupaten Tabalong
yang jatuh tanggal 1 Desember. Kabupaten
dengan ibukota Tanjung ini jaraknya sekira 232 Km dari Banjarmasin. Dan bila
ditempuh lewat darat dari Balikpapan lumayan lama. Bisa sampai delapan jam
lantaran terkendala beberapa ruas jalan raya di sekitar perbatasan Kaltim yang
rusak parah.
Perhelatan sepeda di Tabalong itu
sama seperti tahun 2014 dipusatkan di Lapangan Pendopo Bersinar Pembataan. Tetap
memilah dua kategori, fun bike dan cross country. Iring-iringan sepeda gunung
ini melewati Kelurahan Pembataan, Kelurahan Sulingan, Desa Tanta Hulu, Tanjung
Selatan dan kembali ke Pendopo. Sementara trek cross country blusukan di
perkebunan karet, Desa Masukau, Desa Kambitin dan berakhir di Lapangan Pendopo
Bersinar.
Jembatan hanya bisa dilewati 15 orang |
Sensasi yang tak terlewatkan adalah
ketika melewati jembatan gantung. Panitia mesti mengatur goweser melintas satu
persatu. Sebagian memancal sepeda di jembatan yang bergoyang itu, selebihnya
memilih menuntun sepeda.
Iring-iringan peserta juga sempat stuck saat melintasi jembatan ulin yang
hanya bisa dilewati maksimal 15 orang. Akhirnya antrean panjang membosankan tak
terelakkan. Suasana tak berbeda juga ketika para peserta menyeberangi sungai.
Melintas sungai angkat sepeda |
Bagi goweser maniac yang pernah
ambil bagian di cross country Tabalong 2014, tentu trek Desember 2014 lalu itu
tak memberikan tantangan baru. ‘’Kalau bisa lintasan untuk tahun 2016 nanti diubah,”
timpal Bebet.
Meskipun demikian kenyataannya, trek
mengasikkan di Tabalong tetap menyimpan cerita. Akar-akar pohon karet yang
menyembul di permukaan tanah basah yang miring, tetap menguji keterampilan
goweser. Kalau tidak cermat roda sepeda bisa tergelincir. Sejumlah pegiat pun tampak
‘’menari-nari’’ di lintasan ini, kemudian terjerembab ke tanah. Perkebunan
karet nan rindang ini banyak dimanfaatkan peserta untuk sekadar rehat memupus
dahaga. Termasuk mengendurkan otot kaki saat berada di pos-pos panitia.
Manfaatkan mencuci sepeda |
Hingga lewat tengah hari ratusan
peserta baru mencapai garis finish. Panitia menyediakan lunch box untuk goweser.
Di sana rombongan RGC menginap di
Aston Tanjung City. Hotel bintang yang letaknya di jalan Mabuun, Kecamatan
Murung Pudak, dekat dengan tugu obor menyala Tanjung Puri Mabuun yang menjadi
icon Tabalong.
Jembatan gantung bergoyang |
Usai menguras tenaga di perhelatan
sepeda gunung itu kami menyempatkan waktu untuk mencari jajanan di pasar Tungging
menjelang petang. Pasar ini cukup
terkenal.
Kok namanya tungging? ‘’Kebetulan
masyarakat disini kalau berbelanja ke pasar harus nunggung, atau jongkok. Karena
penjualnya menghampar dagangannya di tikar atas tanah,” ujar Shania, srikandi
RGC yang kebetulan pernah bermukim di Tabalong.
Saban akhir pekan pasar rakyat di
Kecamatan Murung Pudak ini selalu ramai. Masyarakat disini biasa berbelanja pada
hari Jumat. Mereka menyebut sebagai hari pasar. Sedangkan pada malam harinya ramai
dikunjungi warga karena menyediakan bermacam wadai dan aneka kuliner
tradisional. Kami menikmati soto banjar, sate itik, ontok-ontok, serabi dan marning,
yakni singkong serut yang digoreng. Makanan khas ini gurih dan nikmat untuk jadi
jajanan sore hari.
Kudapan Tabalong memang selalu
menggugah selera. Sampai jumpa cross country tahun 2016. Kami menunggu
undangan. (*)